Lewy Body Dementia
Pengertian Lewy Body Dementia
Lewy body dementia (LBD) adalah salah satu bentuk demensia progresif akibat deposit protein abnormal yang disebut alpha-synuclein dalam sel saraf otak. Deposit protein tersebut memengaruhi aktivitas kimiawi dan fungsi neuron dalam otak, sehingga menyebabkan sejumlah masalah.
Masalah tersebut termasuk gangguan dalam mengingat, berpikir, bergerak, berperilaku, dan perubahan suasana hati (mood) pada seseorang. LBD hampir mirip dengan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Penyakit ini memengaruhi 10-15 persen dari keseluruhan pengidap demensia.
Penyebab Lewy Body Dementia
Lewy body dementia disebabkan oleh gumpalan protein alpha-synuclein yang abnormal di dalam sel saraf otak. Belum diketahui penyebab pasti perkembangan deposit abnormal protein tersebut. Selain itu, tidak ada bukti yang mendukung bahwa LBD merupakan penyakit yang diwarisi secara genetik.
Faktor Risiko Lewy Body Dementia
Berikut ini beberapa faktor risiko LBD yang perlu diketahui:
- Usia. Seseorang di atas usia 50 tahun memiliki risiko lebih besar.
- Jenis kelamin. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria ketimbang wanita.
- Sejarah keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan LBD atau penyakit Parkinson memiliki risiko lebih tinggi.
Gejala Lewy Body Dementia
Intensitas gejala yang muncul tergantung pada tingkat keparahan kondisi pengidap. Berikut ini beberapa gejala umum yang dialami:
Gejala Kognitif
- Demensia. Kondisi ini ditandai dengan kehilangan kemampuan berpikir yang parah, gangguan pada perhatian, kesulitan dalam membuat perencanaan, multitasking, pemecahan masalah, dan penalaran.
- Fluktuasi kognitif. Kondisi ini ditandai dengan perubahan konsentrasi, atensi, dan kewaspadaan yang semakin parah seiring berjalannya waktu. Gejala terkadang terjadi sepanjang hari.
- Halusinasi. Kondisi ini ditandai dengan halusinasi visual atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi non-visual seperti mendengar atau mencium aroma sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Gangguan Gerakan
Beberapa pengidap mengalami gangguan gerakan pada tahap awal. Beberapa pengidap mengembangkan gejala ini seiring berjalannya waktu. Intensitas muncul sangat ringan dan sering diabaikan seperti perubahan tulisan tangan.
Gangguan Tidur
- REM Sleep Behavior Disorder (RBD). Kondisi ini terjadi saat tidur dan ditandai berbicara dan gerakan kasar sampai terjatuh dari tempat tidur. RBD menjadi gejala awal dan menahun sebelum gejala lainnya muncul.
- Excessive Daytime Sleepiness. Kondisi ini ditandai dengan tidur selama 2 jam atau lebih di siang hari, meskipun sudah memiliki waktu tidur yang cukup di malam hari.
- Insomnia. Kondisi ini ditandai kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur di malam hari.
- Restless Leg Syndrome atau sindrom kaki gelisah. Kondisi ini ditandai dengan sensasi yang tidak menyenangkan atau tidak biasa pada kaki saat beristirahat.
Perubahan Perilaku dan Mood
- Depresi, yaitu perasaan sedih, tidak berharga, atau ketidakmampuan untuk menikmati aktivitas secara terus-menerus dan sering kali disertai dengan kesulitan untuk tidur dan makan.
- Apatis, yaitu kurangnya minat dalam kegiatan sehari-hari yang normal dan kurang berinteraksi sosial.
- Cemas, yaitu kekhawatiran atau ketakutan yang mendalam terhadap suatu situasi atau masa depan, yang ditandai dengan pertanyaan berulang.
- Agitasi, yaitu keresahan yang dapat dilihat dari mondar-mandir, meremas-remas tangan, mengulang-ulang kata, dan mudah marah.
- Delusi, yaitu memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan atau bukti.
- Paranoid, yaitu memiliki kecurigaan yang ekstrim dan tidak rasional seperti kecurigaan seseorang mengambil atau menyembunyikan sesuatu.
Gejala Lainnya
Pengidap LBD juga dapat mengalami perubahan signifikan pada bagian sistem saraf yang mengatur fungsi otomatis tubuh seperti jantung, kelenjar, dan otot. Hal tersebut memicu gejala berupa:
- Perubahan suhu tubuh.
- Gangguan tekanan darah.
- Pusing.
- Pingsan.
- Sering terjatuh.
- Sensitif terhadap panas dan dingin.
- Disfungsi seksual.
- Inkontinensia urin.
- Konstipasi.
- Penurunan kemampuan indra pencium.
Diagnosis Lewy Body Dementia
Diagnosis LBD tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu pemeriksaan tunggal. Pasalnya, kondisi ini sangat sulit untuk didiagnosis karena memiliki gejala-gejala yang sangat mirip dengan penyakit Parkinson dan Alzheimer. Diagnosis LBD dapat dilakukan dengan:
- Menanyakan riwayat medis, menanyakan gejala-gejala yang terjadi secara terperinci.
- Melakukan pemeriksaan fisik seperti tekanan darah dan tanda-tanda vital lainnya
- Pemeriksaan neurologis seperti penilaian keseimbangan, respon sensorik, refleks, dan fungsi kognitif.
- Pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah dan cairan. Hal tersebut dilakukan dengan pemeriksaan kadar berbagai bahan kimia, hormon, dan vitamin dalam tubuh.
- Pemeriksaan pencitraan otak, seperti CT Scan, MRI, dan PET Scan untuk mengidentifikasi stroke, tumor, dan penyakit lainnya pada otak yang menyebabkan demensia organik. Pemeriksaan ini juga dapat mengidentifikasi perubahan struktur dan fungsi otak.
- Tes fungsi kognitif dan neuropsikologis untuk mengevaluasi memori, pemecahan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan matematik, dan kemampuan lain yang terkait dengan fungsi mental.
Pengobatan Lewy Body Dementia
Sampai dengan saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit LBD. langkah pengobatan dan perawatan hanya dilakukan untuk membantu mengurangi gejala yang dialami, sehingga kualitas hidup pengidap dapat meningkat. Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan:
- Acetylcholinesterase Inhibitors, seperti donepezil, rivastigmine, dan galantamine untuk mengatasi gejala halusinasi, kebingungan dan kantuk.
- Levodopa, yang digunakan untuk meringankan gangguan gerakan. Penggunaannya perlu hari-hari, karena dapat memperburuk gejala lain.
- Antidepresan, yang diberikan pada pengidap dengan gejala depresi.
- Clonazepam, yang diberikan untuk membantu pengidap dengan gangguan tidur REM sleep behaviour disorder (RBD).
Selain pemberian obat-obatan, pengidap LBD perlu melakukan beberapa terapi lainnya, seperti program rehabilitasi medik untuk membantu meningkatkan kualitas hidup sehari-hari. Jenis terapi yang dapat dilakukan antara lain:
- Terapi okupasi. Terapi dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan berpakaian dan membantu mencari solusi.
- Terapi wicara dan bahasa. Terapi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi atau masalah menelan pada pengidap.
- Fisioterapi. Terapi dilakukan untuk membantu pengidap yang mengalami kesulitan bergerak atau melakukan gerakan tertentu.
- Terapi psikologis. Terapi dilakukan untuk meningkatkan daya ingat, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan berbahasa.
- Teknik relaksasi. Teknik relaksasi dilakukan dengan pemijatan, terapi musik, atau menari untuk mengurangi gejala kecemasan.
- Konseling kesehatan mental. Langkah ini dapat membantu pengidap dan keluarganya untuk belajar bagaimana menangani emosi dan perilaku menyimpang yang ditunjukan pengidap.
Komplikasi Lewy Body Dementia
Sejumlah gejala yang dibiarkan begitu saja memicu munculnya komplikasi berupa:
- Demensia berat.
- Perilaku agresif.
- Depresi.
- Peningkatan risiko jatuh dan cedera.
- Memburuknya tanda dan gejala parkinson, seperti tremor.
- Kematian.
Pencegahan Lewy Body Dementia
Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko LBD:
- Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
- Menjaga berat badan yang sehat.
- Berolahraga secara teratur.
- Menjaga alkohol dalam batas yang direkomendasikan.
- Berhenti merokok.
- Menjaga tekanan darah Anda pada tingkat yang sehat.
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila keluarga atau kerabat dekat mengalami gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya segera buat janji rumah sakit untuk segera mendapat perawatan. Pasalnya, gejala-gejala LBD dapat membahayakan pengidapnya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kamu membutuhkan informasi lain seputar kesehatan, silahkan download Halodoc sekarang juga!