Keracunan Merkuri
Keracunan merkuri mengacu pada toksisitas dari konsumsi merkuri atau menerima paparan merkuri akibat terhirup. Anak-anak dan bayi yang belum lahir adalah yang paling rentan terhadap efek keracunan merkuri.
Perlu diketahui bahwa merkuri adalah bahan kimia berjenis logam beracun yang datang dalam berbagai bentuk di lingkungan sekitar. Penyebab paling umum dari keracunan merkuri adalah dari mengkonsumsi terlalu banyak methylmercury atau merkuri organik, yang terkait dengan makan makanan laut.
Sejumlah kecil merkuri sebenarnya hadir dalam makanan dan produk sehari-hari, yang mungkin tidak memengaruhi kesehatan. Namun, terlalu banyak kadar merkuri pada tubuh dapat menjadi racun, sehingga menimbulkan keracunan makanan.
Merkuri memang muncul secara alami, tetapi jumlahnya di lingkungan kini telah meningkat akibat industrialisasi. Akibatnya, logam tersebut dapat masuk ke tanah dan air, dan akhirnya ke hewan seperti ikan.
Penyebab Keracunan Merkuri
Terdapat beberapa penyebab umum keracunan merkuri, berikut adalah penjelasannya:
1. Keracunan Merkuri dari Ikan
Keracunan metil merkuri (merkuri organik) sebagian besar diakibatkan oleh makanan laut. Hal ini dapat dipicu oleh konsumsi ikan tertentu yang mengandung merkuri atau makan ikan secara berlebihan.
Ikan mendapatkan merkuri dari air tempat mereka tinggal. Semua jenis ikan mengandung sejumlah merkuri. Jenis ikan yang lebih besar dapat memiliki jumlah merkuri yang lebih tinggi karena mereka memangsa ikan lain yang memiliki merkuri juga.
Terdapat beberapa jenis ikan yang tinggi akan merkuri dan perlu dihindari. Misalnya seperti ikan tuna, makarel, ikan hiu, dan sebagainya.
Kendati demikian, ada juga beberapa jenis ikan yang aman jika dimakan sekali atau dua kali dalam seminggu, seperti:
- Ikan teri.
- Ikan lele.
- Kerapu.
- Ikan salmon.
- Udang.
- Ikan kakap.
Meskipun opsi ini mengandung lebih sedikit merkuri secara keseluruhan, kamu harus berhati-hati dengan seberapa banyak yang kamu makan.
2. Penyebab Lainnya
Penyebab lain dari keracunan merkuri bisa dari lingkungan atau dari paparan bentuk lain dari logam. Ini termasuk:
- Termometer demam yang pecah.
- Tambalan gigi perak.
- Jenis perhiasan tertentu.
- Penambangan emas, dan ekstraksi emas rumah tangga.
- Produk perawatan kulit seperti kosmetik yang memiliki kandungan merkuri.
- Paparan udara beracun di komunitas industri.
- Kerusakan bohlam CFL.
Faktor Risiko Keracunan Merkuri
Anak-anak dan bayi di dalam kandungan lebih rentan mengalami keracunan merkuri dan biasanya akan mengalami dampak kesehatan yang lebih parah. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko keracunan merkuri, antara lain:
- Konsumsi beberapa jenis ikan seperti jenis ikan hiu, king mackerel, dan tuna.
- Penyalahgunaan obat pencahar.
- Paparan cat yang mengandung merkuri.
- Konsumsi thimerosal.
Gejala Keracunan Merkuri
Merkuri paling terkenal karena efek neurologisnya, sehingga dapat menimbulkan beberapa gejala umum. Misalnya seperti kecemasan, depresi, sifat lekas marah, masalah memori, mati rasa, hingga tremor.
Namun, jika orang dewasa mengalami keracunan merkuri tingkat lanjut, berikut adalah beberapa gejala yang dapat muncul:
- Kesulitan mendengar dan berbicara.
- Kurang koordinasi tubuh.
- Kelemahan otot.
- Kehilangan saraf di tangan dan wajah.
- Kesulitan berjalan.
- Perubahan penglihatan.
Sementara itu, keracunan merkuri juga dapat mengganggu perkembangan janin dan anak usia dini. Bayi dan anak kecil yang terpapar merkuri tingkat tinggi mungkin mengalami keterlambatan dalam:
- Perkembangan fungsi kognitif.
- Keterampilan motorik halus.
- Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa.
- Kesadaran visual-spasial.
Jika kamu atau orang terdekatmu merasakan beberapa gejala tersebut dan mencurigainya sebagai keracunan merkuri, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Diagnosis Keracunan Merkuri
Diagnosis ditentukan dari riwayat kemungkinan paparan merkuri. Ceritakan pada dokter jika bekerja di lingkungan industri yang rentan terpapar merkuri. Tes lain yang dilakukan adalah foto Rontgen dada, tes urine, dan tes darah. Penilaian tingkat paparan merkuri dapat dilihat dari pemeriksaan air kencing dan darah.
Pengobatan Keracunan Merkuri
Pengobatan awal meliputi tindakan untuk menjauhi paparan dan juga dekontaminasi. Tindakan awal pada keracunan akut meliputi pemberian oksigen, pemasangan infus, dan pemantauan gejala. Pemberian arang aktif pun dapat dilakukan.
Sementara itu, terapi kelasi logam dilakukan pada awal paparan. Terapi kelasi dilakukan dengan cara memasukkan obat dalam infus. Terapi ini bekerja dengan mengikat logam atau mineral dalam darah untuk kemudian dikeluarkan melalui air kencing.
Merkuri anorganik dapat diobati dengan jenis terapi kelasi dimerkaprol diikuti oleh succimer yang diminum. Eksposur organik hanya diobati succimer. Efek samping penggunaan dimerkaprol antara lain reaksi alergi seperti gatal-gatal, sulit bernapas, kelemahan, sakit kepala, demam, nyeri, muncul benjolan di lokasi suntikan, serta pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, dan tenggorokan.
Efek samping yang lebih berat dari metode tersebut berupa kantuk berat, mual berat atau muntah, sakit perut, nyeri, tekanan di tenggorokan atau dada, kecemasan, perasaan gelisah, detak jantung cepat, kesemutan atau perasaan kaku di tangan, sensasi terbakar di mulut dan tenggorokan.
Selain itu, efek samping lainnya yang dapat terjadi adalah sensasi terbakar di penis, mata merah atau berair, kelopak mata berkedut, hidung meler, air liur banyak, jarang buang air kecil dan terasa nyeri saat melakukannya, pembengkakan di kaki atau pergelangan kaki, serta kelelahan.
Komplikasi Keracunan Merkuri
Paparan merkuri dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan perubahan neurologis jangka panjang dan terkadang permanen. Bahaya tersebut akan sangat terlihat pada anak kecil yang masih berkembang. Kondisi ini dapat memengaruhi fungsi fisik seperti keterampilan motorik. Bahkan, beberapa anak yang terpapar merkuri pada usia muda juga dapat mengembangkan ketidakmampuan belajar.
Sementara itu, orang dewasa dengan keracunan merkuri mungkin mengalami kerusakan otak dan ginjal permanen. Kegagalan sirkulasi tubuh adalah risiko komplikasi lain dari keracunan merkuri.
Pencegahan Keracunan Merkuri
Salah satu cara untuk mencegah keracunan merkuri adalah dengan mengurangi penambangan merkuri dan secara bertahap mengurangi produk-produk yang mengandung merkuri. Selain itu, pastikan untuk menerapkan beberapa hal berikut, antara lain:
- Batasi asupan ikan yang bertubuh besar.
- Hindari mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri tingkat tinggi jika kamu sedang hamil.
- Ikuti pedoman penyajian ikan dan makanan laut untuk anak-anak: anak-anak di bawah 3 tahun dapat makan 1 ons ikan, sedangkan ukuran porsi untuk anak-anak usia 4 hingga 7 adalah 2 ons.
- Lakukan tes merkuri darah atau urin sebelum hamil.
- Segera cuci tangan jika kamu merasa telah terpapar merkuri dalam bentuk lain.
- Kelola tumpahan merkuri rumah tangga (seperti dari kerusakan bohlam CFL).
- Hindari aktivitas dengan risiko paparan merkuri yang diketahui, seperti ekstraksi emas di rumah.
Di samping itu cobalah untuk menerapkan penanganan yang aman, penggunaan dan pembuangan sisa produk yang mengandung merkuri, serta meningkatkan penggunaan sumber energi bersih yang tidak menggunakan batu bara.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu sering terpapar bahan yang mengandung merkuri dan mengalami gejala keracunan merkuri, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar penanganan dapat segera dilakukan, sehingga dapat meminimalkan risiko komplikasi yang mengintai.
Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa membuat janji rumah sakit dengan dokter pilihanmu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu berlama-lama. jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi: