Keracunan Makanan
DAFTAR ISI
- Pengertian Keracunan Makanan
- Penyebab Keracunan Makanan
- Faktor Risiko Keracunan Makanan
- Gejala Keracunan Makanan
- Diagnosis Keracunan Makanan
- Pengobatan Keracunan Makanan
- Komplikasi Keracunan Makanan
- Pencegahan Keracunan Makanan
- Kapan Harus ke Dokter?
Pengertian Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah suatu jenis penyakit yang dialami seseorang, akibat makanan atau minuman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi biasanya mengandung organisme infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit atau toksin, yang dihasilkan oleh organisme tertentu.
Biasanya organisme infeksius tersebut mencemari makanan pada segala titik, mulai dari proses, produksi, hingga pendistribusian suatu makanan.
Penyebab Keracunan Makanan
Keracunan makanan terjadi karena organisme kontaminan masuk ke dalam makanan. Ada beberapa organisme yang bisa menyebabkan keracunan makanan, antara lain:
1. Salmonella
Bakteri ini biasanya ditemukan pada telur mentah atau telur setengah matang, daging, unggas, serta sayur yang tidak dimasak yang telah terkontaminasi sebelumnya. Biasanya bakteri ini membutuhkan waktu 6-72 jam, hingga menimbulkan keluhan.
2. E. Coli
Bakteri ini biasanya ada pada daging cincang mentah atau produk susu yang tidak dipasteurisasi. Dibutuhkan 3 – 8 hari hingga bakteri ini dapat menimbulkan diare berdarah disertai kram perut dan muntah.
3. Campylobacter
Bakteri ini ditemukan pada produk daging dan susu yang tidak dimasak dengan baik, serta air yang terkontaminasi sebelumnya. Dibutuhkan 2 – 5 hari untuk bakteri ini menimbulkan keluhan berupa diare disertai mual, muntah, dan nyeri kepala.
4. Listeria
Ditemukan pada makanan siap santap yang didinginkan seperti sosis dan produk olahan susu seperti keju atau yoghurt. Bakteri ini memiliki masa inkubasi yang lama yaitu 3 – 21 hari, untuk dapat menimbulkan keluhan. Keluhan yang ditimbulkan oleh bakteri ini berupa demam, nyeri otot, mual, muntah, diare, hingga leher kaku dan linglung.
5. Clostridium botulinum
Biasa ditemukan pada makanan kaleng yang telah kadaluarsa atau yang memiliki tingkat keasaman rendah. Dalam 12 – 36 jam toksin dari bakteri ini dapat menimbulkan keluhan neurologi pada pengidapnya berupa lelah, lesu, vertigo, pandangan kabur, hingga kesulitan menelan dan bicara.
Faktor Risiko Keracunan Makanan
Faktor risiko biasanya bergantung pada organisme apa yang mengkontaminasi makanan, jumlah yang dimakan, umur, dan status kesehatan seseorang.
Ada beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami keracunan makanan, yaitu:
1. Orang tua
Pertambahan usia dapat membuat sistem imun mengalami penurunan fungsi. Itulah sebabnya, lansia memiliki respon imunitas yang lebih rendah terhadap makanan yang terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk mengalami keracunan makanan.
2. Wanita hamil
Perubahan metabolisme selama hamil akan meningkatkan risiko terhadap keracunan makanan. Reaksi tubuh terhadap organisme kontaminan, juga kemungkinan lebih parah dari biasanya.
3. Bayi dan anak-anak
Pada masa anak anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang layaknya orang dewasa, sehingga respons terhadap pajanan organisme kontaminan dalam makanan juga semakin rendah.
4. Orang dengan penyakit kronis
Memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit liver dapat menurunkan respons kekebalan tubuh terhadap paparan organisme kontaminan. Demikian juga orang dengan kondisi khusus seperti mereka yang sedang menjalani kemoterapi.
Gejala Keracunan Makanan
Gejala keracunan makanan cukup beragam tergantung pada sumber kontaminasi.
Sebagian besar keracunan makanan dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala berikut ini:
- Mual.
- Muntah.
- Diare yang berair atau berdarah.
- Nyeri dan kram perut.
- Demam.
- Sakit kepala.
Tanda dan gejala dapat timbul beberapa saat setelah seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, biasanya dalam hitungan jam, hari, bahkan minggu. Gejala tersebut umumnya bertahan beberapa jam saja, hingga menetap selama beberapa hari.
Diagnosis Keracunan Makanan
Keracunan makanan dapat didiagnosis berdasarkan riwayat makan sebelumnya, gejala, dan tanda yang muncul pada pasien. Selain itu, dokter juga menilai tanda-tanda dehidrasi yang dapat muncul setelah pasien mengalami keracunan makanan.
Pemeriksaan darah rutin, feses rutin, parasit feses, serta kultur bakteri feses biasanya perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi penyebab keracunan makanan.
Pengobatan Keracunan Makanan
Pada beberapa kasus, gejala keracunan makanan bisa hilang dengan sendirinya dalam hitungan hari. Namun, ada juga kasus keracunan yang membutuhkan penanganan, seperti:
- Pada pengidap dewasa dan anak yang kehilangan cairan begitu banyak karena diare dan muntah, perlu mendapatkan asupan cairan tambahan melalui infus.
- Kasus keracunan makanan berat yang disebabkan oleh bakteri, biasanya membutuhkan tambahan antibiotik untuk mengeliminasi penyebab dari keracunan makanan.
- Penanganan sementara di rumah dapat dilakukan dengan menambah asupan cairan dan elektrolit. Asupan cairan dan elektrolit dapat mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare dan muntah.
- Menghindari makanan yang mengiritasi lambung seperti kopi, alkohol, makanan pedas dan berlemak, dapat digunakan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan pengidap.
Mau tahu apa saja obat keracunan makanan? Baca di artikel ini: “Ini 7 Rekomendasi Obat Keracunan Makanan agar Cepat Pulih“.
Komplikasi Keracunan Makanan
Dalam beberapa kondisi, keracunan makanan dapat menyebabkan komplikasi seperti:
- Dehidrasi akibat kehilangan banyak air, garam, dan mineral.
- Komplikasi penyakit sistemik seperti gumpalan darah di ginjal, bakteri dalam darah, sepsis, hingga meningitis.
- Komplikasi pada kehamilan seperti keguguran, bayi lahir mati, serta sepsis dan meningitis pada bayi yang baru lahir.
- Komplikasi langka seperti artritis, sindrom iritasi usus besar, sindrom guillain barre, hingga kesulitan bernapas.
Umumnya komplikasi serius jarang terjadi, karena biasanya keracunan makanan hanya berlangsung dalam waktu singkat, dan kebanyakan orang sembuh tanpa mengalami komplikasi.
Pencegahan Keracunan Makanan
Kontaminasi makanan dapat terjadi di segala titik pembuatan makanan, mulai dari proses pengambilan bahan baku, pemasakan, hingga pendistribusian makanan.
Kontaminasi ini terjadi di segala tempat mulai dari kantin, katering, hingga di dapur rumah sendiri.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari keracunan makanan, yaitu:
1. Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan cara mencuci tangan, serta membersihkan alat memasak dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri makanan.
2. Memasak pada suhu yang tepat
Hampir sebagian besar organisme kontaminan dapat mati pada pemanasan dengan suhu yang tepat. Sebagai contoh, memasak daging merah minimal pada suhu 71 derajat Celcius dan daging unggas pada suhu diatas 74 derajat Celcius, untuk dapat membunuh bakteri.
3. Menyimpan bahan makanan dengan tepat
Proses penyimpanan makanan membantu meminimalisir risiko keracunan makanan. Sebab, beberapa bakteri dapat berkembang biak meskipun pada suhu lemari pendingin. Jadi, dibutuhkan suhu yang lebih rendah untuk menghentikan aktivitas bakteri.
Penyimpanan bahan makanan yang disesuaikan letaknya juga menurunkan risiko kontaminasi silang. Sebagai contoh, buah dan sayur pada box buah, sementara daging dan ikan pada freezer.
4. Membuang makanan yang tak layak konsumsi
Perubahan warna, bau dan bentuk merupakan salah satu tanda bahwa bahan makanan sudah tidak layak digunakan. Jika terdapat salah satu bahan yang diragukan kualitasnya, penting untuk segera membuang makanan tersebut daripada menggunakannya.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun keracunan makanan dapat membaik dalam beberapa hari, pengidap perlu segera mencari pertolongan medis jika mengalami tanda-tanda serius seperti:
- Dehidrasi.
- Muntah yang disertai dengan darah.
- BAB berdarah.
- Nyeri perut hebat.
- Diare yang tak mereda setelah tiga hari.
Lakukan konsultasi dengan dokter segera, untuk menentukan perawatan dan pengobatan. Konsultasi dengan dokter kini bisa kamu lakukan dengan mudah kapan saja dan di mana saja, melalui Halodoc.
Selain itu, jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan suplemen harian tubuh ya. Semuanya bisa kamu beli lewat Toko Kesehatan Halodoc. Belum punya aplikasinya? Segera download Halodoc ya!