Kecanduan Obat
DAFTAR ISI
- Apa Itu Kecanduan Obat?
- Penyebab Kecanduan Obat
- Faktor Risiko Kecanduan Obat
- Gejala Kecanduan Obat
- Hubungi Psikiater Ini Jika Mengalami Kecanduan Obat
- Diagnosis Kecanduan Obat
- Pengobatan Kecanduan Obat
- Komplikasi Kecanduan Obat
- Pencegahan Kecanduan Obat
Apa Itu Kecanduan Obat?
Kecanduan obat adalah kondisi saat seseorang tidak bisa mengendalikan penggunaan obat tertentu, baik yang legal maupun ilegal. Mereka akan terus menggunakan obat meskipun mengetahui efek negatifnya.
Seiring berjalannya waktu, seseorang mungkin memerlukan dosis obat yang lebih besar untuk merasakan efeknya.
Saat mencoba untuk berhenti, orang tersebut bisa mengalami keinginan yang sangat kuat untuk mengonsumsi obat dan bahkan merasa sakit secara fisik. Kondisi ini dikenal sebagai gejala putus obat.
Penyebab Kecanduan Obat
Kecanduan obat biasanya disebabkan oleh dua faktor ini:
- Lingkungan. Faktor lingkungan, seperti pengaruh dari teman-teman sebaya yang mendorong penggunaan obat, bisa mempengaruhi seseorang untuk mencoba obat.
- Genetika. Setelah mencoba obat, faktor genetika juga bisa memengaruhi apakah seseorang akan menjadi kecanduan atau tidak. Ada faktor-faktor genetika yang bisa memperlambat atau mempercepat perkembangan kecanduan obat.
Faktor Risiko Kecanduan Obat
Terdapat sejumlah faktor yang membuat seseorang lebih rentan mengalami kecanduan obat. Faktor-faktor ini, antara lain:
1. Riwayat keluarga yang kecanduan
Kecanduan obat lebih rentan terjadi pada seseorang yang punya riwayat kondisi ini.
Jika kamu memiliki kerabat dekat, seperti orang tua atau saudara, yang kecanduan alkohol atau obat-obatan, kamu punya berisiko lebih besar untuk mengembangkan kecanduan obat.
2. Gangguan kesehatan mental
Seseorang yang mengidap masalah kesehatan mental seperti depresi, ADHD, atau gangguan stres pasca-trauma, lebih rentan mengalami kecanduan obat.
Pasalnya, mayoritas pengidap gangguan mental tersebut umumnya menggunakan obat untuk mengatasi perasaan yang menyakitkan, seperti kecemasan, depresi, dan kesepian.
Jika tidak digunakan benar, obat-obatan tersebut bisa menyebabkan kecanduan.
3. Tekanan dari teman sebaya
Tekanan dari teman sebaya adalah faktor yang kuat dalam memulai dan menyalahgunakan obat, terutama bagi para pemuda.
4. Kurangnya keterlibatan keluarga
Situasi keluarga yang sulit atau kurangnya ikatan dengan orang tua atau saudara dapat meningkatkan risiko kecanduan, begitu juga kurangnya pengawasan orang tua.
5. Penggunaan obat pada usia dini
Menggunakan obat pada usia dini dapat menyebabkan perubahan dalam perkembangan otak dan meningkatkan kemungkinan untuk berkembang menjadi kecanduan obat.
6. Mengonsumsi obat yang sangat adiktif
Beberapa obat, seperti stimulan, kokain, atau obat pereda nyeri opioid, dapat menyebabkan perkembangan kecanduan lebih cepat daripada obat lain.
Merokok atau menyuntikkan obat juga dapat meningkatkan potensi kecanduan.
Gejala Kecanduan Obat
Saat mengalami kecanduan obat, seseorang dapat mengalami gejala berikut:
- Merasa butuh menggunakan obat secara teratur melebihi dosis yang dianjurkan.
- Mendapat dorongan kuat untuk menggunakan obat, sehingga sulit memikirkan hal lain.
- Seiring waktu, membutuhkan lebih banyak obat atau dosis yang lebi tinggi untuk mendapatkan efek yang sama
- Mengonsumsi lebih banyak obat dalam jangka waktu yang lebih lama dari yang seharusnya.
- Selalu memastikan ketersediaan obat.
- Mengeluarkan uang untuk obat, meskipun sebenarnya tidak mampu.
- Tidak dapat memenuhi kewajiban kerja atau tanggung jawab, atau mengurangi aktivitas sosial atau rekreasi karena penggunaan obat.
- Tetap menggunakan obat, meskipun tahu bahwa obat tersebut menyebabkan masalah dalam hidup dan merugikan fisik maupun psikologis.
- Melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan untuk mendapatkan obat, seperti mencuri.
- Mengemudi atau melakukan aktivitas berisiko lainnya saat terpengaruh efek obat-obatan.
- Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan obat, menggunakan obat, atau pulih dari efek obat.
- Gagal berusaha berhenti menggunakan obat.
- Mengalami gejala putus obat saat mencoba untuk berhenti mengonsumsi obat.
Hubungi Psikiater Ini Jika Mengalami Kecanduan Obat
Jika kamu merasakan tanda-tanda di atas, sebaiknya segera hubungi psikiater. Semakin cepat kamu melakukan konseling, maka kecanduan yang kamu alami bisa segera di atasi,
Kamu bisa menghubungi dokter spesialis kejiwaan di Halodoc yang sudah berpengalaman lebih dari 7 tahun.
Jangan khawatir, konseling di Halodoc aman dan privasi pasti terjaga.
Para ahli ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
- dr. Mariati Sp.KJ
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis Kecanduan Obat
Dokter akan melakukan evaluasi yang cermat untuk mengetahui apakah seseorang kecanduan obat. Evaluasi ini biasanya melibatkan pertimbangan dari psikiater, psikolog, atau konselor yang ahli dalam masalah alkohol dan obat.
Selain itu, tes darah, urine, atau tes laboratorium juga digunakan untuk melihat penggunaan obat.
Akan tetapi, tes ini tidak bisa langsung mendiagnosis kecanduan. Namun, tes-tes ini dapat membantu dokter dalam memantau pengobatan dan proses pemulihan.
Jika ingin Cek Ketergantungan Obat, Inilah Prosedur yang Harus Dilalui pasien.
Untuk mendiagnosis gangguan penggunaan zat, kebanyakan ahli kesehatan mental menggunakan kriteria yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
Pengobatan Kecanduan Obat
Ada berbagai pilihan perawatan yang dapat membantu seseorang terlepas dari kecanduan obat.
Perawatan tergantung pada jenis obat yang digunakan dan gejala yang dialami. Berikut program perawatan yang bisa diberikan
1. Terapi putus obat
Terapi putus obat seringkali disebut juga dengan detoksifikasi. Tujuan terapi ini untuk membantu seseorang berhenti mengonsumsi obat yang membuat kecanduan secepat dan seaman mungkin.
Untuk beberapa orang, terapi putus obat bisa dilakukan sebagai rawat jalan. Namun, beberapa mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit atau pusat perawatan rawat inap.
Detoksifikasi bisa melibatkan pengurangan dosis obat secara bertahap atau menggantinya dengan zat lain, seperti metadon, buprenorfin, atau kombinasi buprenorfin dan nalokson.
2. Terapi perilaku
Psikoterapi atau terapi perilaku juga dilakukan untuk mengurangi kecanduan. Terapi ini dapat dilakukan oleh seorang psikolog atau psikiater.
Terapi dan konseling dapat dilakukan secara individu, keluarga, atau kelompok. Terapis perilaku berfokus untuk:
- Membantu mengembangkan cara-cara untuk mengatasi keinginan mengonsumsi obat.
- Mengajarkan strategi untuk menghindari obat dan mencegah kekambuhan.
- Membicarakan masalah-masalah mengenai pekerjaan, masalah hukum, dan hubungan dengan keluarga dan teman
- Mengajarkan cara mengatasi kekambuhan jika terjadi.
- Melibatkan anggota keluarga untuk membantu mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik dan memberikan dukungan.
- Mengatasi kondisi kesehatan mental lainnya.
3. Kelompok dukungan mandiri
Kelompok dukungan mandiri dapat mengurangi rasa malu dan isolasi yang bisa menyebabkan kekambuhan.
Di sini, pengidap bisa saling memberi dukungan dengan pengidap kecanduan lain tentang tips sembuh dari kondisi ini.
Terapis dapat membantu kamu untuk menemukan kelompok dukungan mandiri. Kamu juga dapat menemukan kelompok dukungan di komunitas atau di internet.
4. Perawatan lanjutan
Meskipun telah menyelesaikan perawatan awal, perawatan dan dukungan berkelanjutan juga sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Perawatan lanjutan dapat mencakup janji temu berkala dengan psikiater, melanjutkan program mandiri, atau menghadiri sesi kelompok secara teratur.
Komplikasi Kecanduan Obat
Kecanduan obat dapat memiliki efek yang berbahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Risikonya lebih tinggi jika mengonsumsi dosis tinggi atau menggabungkannya dengan obat lain atau alkohol. Beberapa contohnya adalah:
- Metamfetamin, opiat, dan kokain sangat adiktif dan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti perilaku psikotik, kejang, bahkan kematian akibat overdosis. Mengonsumsi opioid bersamaan dengan alkohol meningkatkan risiko ini.
- GHB dan flunitrazepam bisa menyebabkan kantuk, kebingungan, dan hilang ingatan. Pada dosis tinggi, bisa menyebabkan kejang, koma, dan kematian, terutama jika dikombinasikan dengan alkohol.
- MDMA atau ekstasi dapat mengganggu regulasi suhu tubuh, menyebabkan kerusakan organ vital, dan kematian. Penggunaan obat-obatan ini bersamaan dengan alkohol meningkatkan bahayanya.
- Inhalan dapat menyebabkan kerusakan otak yang serius bahkan dari satu kali paparan, dan dapat berujung pada kematian mendadak.
Kecanduan obat juga bisa menyebabkan komplikasi serius lainnya, seperti:
- Penyebaran penyakit menular
- Masalah kesehatan mental dan fisik
- Kecelakaan
- Bunuh diri
- Konflik keluarga
- Masalah di tempat kerja dan sekolah
- Adanya masalah hukum
- Masalah keuangan.
Pencegahan Kecanduan Obat
Cara terbaik untuk mencegah kecanduan obat adalah dengan tidak mengonsumsi obat sama sekali.
Jika dokter meresepkan obat yang berpotensi membuat kecanduan, gunakan dengan hati-hati sesuai petunjuk.
Dokter seharusnya meresepkan obat dengan dosis dan jumlah yang aman, serta memantau penggunaannya agar tidak diberikan dosis terlalu besar atau untuk waktu yang terlalu lama.
Jika kamu merasa perlu mengonsumsi lebih dari dosis yang diresepkan, segera bicarakan dengan dokter.
Untuk mencegah penyalahgunaan obat pada anak-anak dan remaja, berkomunikasilah dengan mereka tentang risiko penggunaan dan penyalahgunaan obat.
Jadilah pendengar yang baik saat mereka berbicara tentang tekanan dari teman sebaya dan dukunglah usaha mereka untuk menolaknya.
Tunjukkan contoh yang baik dengan tidak menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan adiktif.
Simak Tips Agar Terhindar Dari Kecanduan Obat lainnya berikut ini.
Bagi seseorang punya riwayat kecanduan obat, mereka lebih berisiko tinggi kembali ke pola kecanduan.
Ikuti rencana pengobatan, pantau keinginan menggunakan obat, dan hindari situasi berisiko tinggi. Dapatkan bantuan segera jika kamu mulai menggunakan obat lagi.