Infeksi Usus
Infeksi usus adalah kondisi peradangan pada usus, termasuk usus kecil maupun besar. Lapisan dalam usus yang mengalami peradangan cukup parah akan menghasilkan berbagai gejala. Sementara, Infeksi ringan biasanya dapat hilang dengan sendirinya.
Namun, pengidap harus dirawat di rumah sakit jika gejalanya sudah parah dan mengganggu. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh berbagai paparan bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Penyebab Infeksi Usus
Kondisi peradangan pada usus dapat dipicu oleh paparan bakteri, virus, parasit, jamur. Nah, berikut adalah penjelasan dari masing-masing penyebab infeksi.
- Bakteri
Beberapa bakteri penyebab infeksi usus antara lain:
- E.coli. Bakteri E.coli ditemukan di usus manusia dan hewan. Sebagian besar jenisnya tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis, seperti E. coli O157:H7, dapat mengeluarkan racun penyebab kram perut, muntah, dan diare berdarah. Bakteri ini menyebar melalui air yang terkontaminasi atau makanan yang bersentuhan dengan kotoran hewan. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui kontak langsung dari orang ke orang.
- Salmonella. Infeksi Salmonella umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan hewani mentah seperti unggas, daging atau telur. Mayoritas infeksi salmonella dapat diklasifikasikan sebagai gastroenteritis.
2. Virus
Beberapa virus penyebab infeksi usus antara lain:
- Norovirus. Norovirus adalah penyebab paling umum dari penyakit ini di seluruh dunia. Virus ini sangat mudah menyebar di antara orang-orang pada ruang tertutup. Meskipun dalam kebanyakan kasus virus menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, penularan dari orang ke orang juga bisa terjadi.
- Rotavirus. Rotavirus adalah penyebab utama gastroenteritis pada anak-anak di seluruh dunia. Anak-anak umumnya terinfeksi ketika mereka menyentuh benda yang terkontaminasi virus dan kemudian memasukkan jari mereka ke dalam mulut. Untungnya, sudah tersedia vaksin rotavirus di beberapa negara.
3. Parasit
Beberapa parasit penyebab infeksi usus antara lain:
- Giardiasis. Giardia adalah parasit yang menyebar dengan mudah melalui kontak manusia dan air yang terkontaminasi. Virus ini tahan terhadap klorin dan dapat menyebar di kolam renang umum. Infeksi dapat terjadi melalui air minum dan mandi yang berasal dari danau dan sungai yang terkontaminasi.
- Kriptosporidiosis. Cryptosporidium adalah parasit mikroskopis yang menyebabkan kriptosporidiosis. Parasit ini dilapisi kulit luar keras yang membantunya bertahan hidup di luar inang dan melawan desinfeksi klorin.
4. Jamur
Dalam jumlah kecil, usus merupakan rumah bagi jamur candida. Jika penyebarannya terlalu luas dan banyak, jamur ini bisa mengakibatkan penyakit usus. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan orang terkena jamur penyebab infeksi pada usus.
- Bekerja di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain.
- Tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan.
- Minum atau makan dari air dan makanan yang terkontaminasi.
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena mengidap diabetes atau HIV/AIDS.
- Menjalani kemoterapi atau radioterapi.
- Pernah menjalani transplantasi organ.
Gejala Infeksi Usus
Sebagian besar infeksi gastrointestinal memiliki gejala yang serupa, meskipun tingkat keparahannya mungkin berbeda. Gejala infeksi pada usus dapat meliputi:
- Diare.
- Mual.
- Muntah.
- Keram perut.
- Kehilangan selera makan.
- Demam.
- Nyeri otot.
- Ketidakseimbangan elektrolit.
- Kembung.
- Penurunan berat badan yang drastis.
Sebagian besar gejalanya berlangsung kurang dari seminggu, namun dapat kemungkinan lebih lama.
Gejala infeksi yang disebabkan bakteri mirip dengan yang disebabkan virus. Sedangkan, infeksi yang disebabkan parasit dapat ditandai dengan keluarnya darah atau lendir pada saat diare dan tidak akan hilang sampai seseorang menerima pengobatan.
Diagnosis Infeksi Usus
Dokter akan menanyakan tentang gejala pengidap untuk mendiagnosa infeksi pada usus. Dokter selanjutnya akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
- Tes darah untuk mencari indikasi penyakit gastrointestinal.
- Pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi pada usus.
- Kolonoskopi adalah prosedur yang menggunakan tabung khusus dengan kamera dan cahaya untuk memeriksa usus besar dan ujungnya (rektum).
Pengobatan Infeksi Usus
Pengobatan untuk infeksi usus tergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan tingkat penyakit. Berikut ini adalah beberapa obat dan perawatan yang akan digunakan dokter untuk mengobati infeksi pada usus:
- Peningkatan Volume dan Sirkulasi Cairan
Menghindari potensi dehidrasi merupakan langkah pertama dalam mengobati penyakit usus dengan riwayat gangguan dalam buang air besar. Asupan nutrisi harus diperhatikan sebaik mungkin, terutama asupan garam dan kalium.
- Transplantasi Mikrobial Tinja
Jika terjadi kekambuhan, dokter akan melakukan transplantasi mikroba tinja, menggantikan bakteri di usus yang terluka dengan bakteri sehat. Karena penggunaan obat antidiare dapat memperburuk infeksi pada usus, obat ini biasanya tidak dianjurkan.
- Obat Antibiotik
Pengidap dengan infeksi usus kecil jarang diberikan antibiotik karena akan meningkatkan risiko infeksi sekunder dan konsekuensi lain yang lebih serius. Antibiotik akan digunakan untuk menghentikan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan menghentikan perkembangan infeksi.
- Operasi
Pengidap yang mengalami komplikasi karena jaringan usus yang rusak akan disarankan untuk menjalani operasi. Misalnya, pada pengidap enteritis radiasi, mereka mungkin memerlukan perubahan pada terapi radiasi.
Pengidap bahkan mungkin perlu menghentikan radiasi sepenuhnya dan perlu dilakukan prosedur pembedahan untuk memotong bagian usus yang telah rusak.
Komplikasi Infeksi Usus
Infeksi pada usus dapat meningkatkan komplikasi penyakit lainnya, apabila tidak ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
- Robekan di usus besar.
- Perdarahan hebat.
- Dehidrasi berat.
- Kanker usus besar.
- Radang otak (ensefalitis) atau radang selaput otak (meningitis).
- Kejang.
- Gagal ginjal.
- Radang pankreas (pankreatitis).
- Penurunan kadar gula darah dan elektrolit darah.
- Sindrom Guillain- Barré.
- Radang sendi reaktif (Sindrom Reiter).
- Sepsis.
Kapan Harus ke Dokter?
Waktu yang tepat untuk pergi ke dokter tergantung pada usia pengidapnya. Hal ini dibagi menjadi tiga yaitu kondisi pada orang dewasa, anak, dan bayi. Berikut penjelasannya.
- Dewasa
- Demam di atas 40°C.
- Kesulitan untuk menahan cairan selama 24 jam.
- Muntah berkala selama lebih dari 48 jam.
- Muntah darah.
- Mengalami dehidrasi: haus yang berlebihan, mulut kering, sedikit atau tidak ada urin (atau urin kuning tua), kelemahan ekstrem, pusing atau pusing.
- Mengeluarkan darah ketika buang air besar.
- Anak-anak
- Demam di atas 39°C.
- Lesu dan lelah
- Sangat mudah tersinggung
- Diare berdarah
- Dehidrasi
- Bayi
- Sering muntah selama lebih dari beberapa jam.
- Mulut kering.
- Tidak kencing dalam enam jam.
- Menangis tanpa air mata.
- Mengalami diare parah.
- Mengeluarkan darah saat buang air besar.
- Tidak responsif.
- Sering mengantuk.
- Terdapat cekungan di atas kepala mereka.
Jika kamu memiliki pertanyaan terkait kesehatanmu, kamu bisa bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan masukan dan solusi yang tepat untuk masalahmu. Yuk, segera download aplikasi Halodoc melalui Play Store maupun App Store.