HIV dan AIDS
DAFTAR ISI
- Apa Itu HIV dan AIDS?
- Penyebab HIV dan AIDS
- Faktor Risiko HIV dan AIDS
- Gejala HIV dan AIDS
- Hubungi Dokter Ini Jika Merasa Terinfeksi HIV
- Diagnosis HIV dan AIDS
- Pengobatan HIV dan AIDS
- Rekomendasi Obat HIV AIDS
- Komplikasi HIV dan AIDS
- Pencegahan HIV dan AIDS
Apa itu HIV dan AIDS?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal.
Penyebab HIV dan AIDS
Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.
Nah, Ini Dokter Spesialis yang Paham Seputar HIV.
Faktor Risiko HIV dan AIDS
Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:
- Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual. Oleh karena itu, ketahui 7 Manfaat Menggunakan Kondom untuk Kesehatan.
- Mereka yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
- Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
- Pengguna narkotika suntik.
- Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.
Gejala HIV dan AIDS
Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.
Tahap Pertama:
- Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
- Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
- Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
Tahap Kedua:
- Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
- Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
- Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
- Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga:
- Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
- Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
- Merasa lelah setiap saat.
- Sulit bernapas.
- Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
- Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
- Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
- Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.
Supaya kamu waspada, Ketahui Ciri-Ciri HIV ketika Pertama Kali Terinfeksi berikut ini.
Hubungi Dokter Ini Jika Merasa Terinfeksi HIV
Jika kamu memiliki faktor risiko atau gejala yang disebutkan di atas, ada baiknya untuk segera lakukan tes untuk memastikan diagnosis.
Jika ragu, kamu juga bisa menghubungi dokter di Halodoc terlebih dahulu. Nah, berikut beberapa dokter spesialis penyakit dalam yang sudah berpengalaman yang bisa kamu hubungi untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Dokter-dokter ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Siska Damayanti Sp.PD
- dr. Handoko Tejo Utomo Sp.PD
- dr. Yosa Tamia Marisa Sp.PD
- dr. Vera Bahar Sp.PD
- dr. Andrea Livina Sp.PD
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis HIV dan AIDS
Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium.
Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:
Tes antibodi
Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV.
Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
Tes antigen
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24.
Tes antigen tersebut dapat kamu lakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.
Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya.
Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat.
Tes ini bisa kamu lakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya dokter teliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:
Hitung sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang HIV hancurkan. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah.
AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
Pemeriksaan viral load (HIV RNA)
Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri.
Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani.
Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.
Tes resitensi (kekebalan)
Pemeriksaan ini bisa kamu lakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Ini karena beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.
Kini kamu bisa melakukan pemeriksaan HIV dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar).
Pengobatan HIV dan AIDS
Meskipun sampai saat ini belum ada pengobatan HIV yang bisa menyebmbuhkan total, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV).
Untuk informasi lebih lengkap mengenai obat ini, kamu bisa baca di artikel ini: Ini Jenis dan Rekomendasi Obat HIV yang Perlu Diketahui.
ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang virus HIV butuhkan untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 bisa kamu lakukan tiap 3–6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu bisa kamu lanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Agar perkembangan virus dapat terkendali, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV.
Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan kamu tunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter.
Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.
Untuk Cegah Komplikasi, Ini Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV/AIDS.
Rekomendasi Obat HIV AIDS
Berikut ini beberapa rekomendasi obat HIV AID yang biasa dokter berikan:
- Kifovir/Ricovir 300 mg 30 Tablet. Merupakan antivirus yang mengandung Tenofovir Disoproxil Fumarate untuk perawatan hepatitis B kronis serta infeksi HIV.
- Tafnat 30 Tablet. Mengandung Tenofovir Alafenamide untuk pengobatan hepatitis B kronis dan HIV pada orang dewasa.
- Heplav 100 mg 30 Tablet. Merupakan obat yang mengandung zat aktif Lamivudin untuk mengatasi penyakit hepatitis B kronis.
- Lopivia 200 mg/ 50 mg 120 Tablet. Mengandung lopinavir dan ritonavir untuk mengontrol infeksi HIV.
Kamu bisa mendapatkan obat HIV dan AIDS tersebut dari Toko Kesehatan Halodoc. Tidak perlu khawatir, produk akan dikirim dari apotek terpercaya dan privasimu akan terjaga.
Komplikasi HIV dan AIDS
Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu.
Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah:
Pneumocystis Pneumonia (PCP)
Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah.
Kandidiasis (sariawan)
Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina.
Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS.
Sitomegalovirus
Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya.
Meningitis kriptokokus
Ini adalah kondisi peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait dengan HIV, yang terjadi akibat infeksi jamur di tanah.
Toksoplasmosis
Infeksi yang berpotensi mematikan ini terjadi akibat Toxoplasma gondii, parasit yang disebarkan terutama oleh kucing.
Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia.
Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak.
Limfoma
Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS.
Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan.
Sarkoma kaposi
Ini juga merupakan tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru.
Kanker terkait HPV
Ini adalah kanker yang terjadi akibat infeksi human papillomavirus (HPV) dan bisa terjadi pada area anal, mulut, dan serviks.
Sindrom wasting
HIV/AIDS yang tidak kamu obati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam.
Komplikasi neurologis
HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan.
Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi.
Penyakit ginjal
Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian tubuh teruskan ke urine.
Penyakit hati
Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS.
Jika butuh saran perawatan dan resep obat, berikut Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Perawatan AIDS sehingga bisa kamu hubungi.
Pencegahan HIV dan AIDS
Ada berbagai upaya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:
- Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.
- Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
- Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
- Kamu bisa bicarakan dengan dokter jika mendapatkan hasil tes positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
- Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
- Jika menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang bisa kamu konsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.
Selain pencegahan, ketahui juga beberapa fakta bahwa HIV Tidak Akan Menular karena Hal Ini.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai upaya lanjutan sebagai pencegahan HIV/AIDS, jangan ragu untuk tanyakan langsung melalui chat dokter Halodoc berpengalaman.