Hipotiroidisme
DAFTAR ISI
- Apa Itu Hipotiroidisme?
- Penyebab Hipotiroidisme
- Faktor Risiko Hipotiroidisme
- Gejala Hipotiroidisme
- Diagnosis Hipotiroidisme
- Pengobatan Hipotiroidisme
- Pencegahan Hipotiroidisme
- Komplikasi Hipotiroidisme
Apa Itu Hipotiroidisme?
Hipotiroid, atau disebut juga hipotiroidisme, adalah kondisi yang terjadi saat kelenjar tiroid kurang aktif. Penyebab kondisi ini yaitu kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi cukup hormon tiroid untuk menjaga tubuh tetap berjalan normal.
Seseorang yang mengidap hipertiroidisme memiliki terlalu sedikit hormon tiroid dalam darah. Penyebab paling umum dari kondisi ini, seperti tiroiditis Hashimoto, operasi pengangkatan tiroid, dan pengobatan radiasi.
Penyebab Hipotiroidisme
Ada beberapa kondisi medis yang memengaruhi kelenjar tiroid sehingga menjadi penyebab hipertiroidisme. Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu di pangkal leher.
Selain itu, kelenjar tiroid memiliki peran besar pada tubuh. Setiap bagian dari metabolisme dikendalikan oleh hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon utama, yaitu tiroksin (T-4) dan triiodothyronine (T-3). Hormon-hormon tersebut mempengaruhi setiap sel dalam tubuh.
Beberapa fungsi tiroksin dan triiodothyronine yaitu:
- Mendukung tingkat di mana tubuh menggunakan lemak dan karbohidrat.
- Membantu mengontrol suhu tubuh.
- Memiliki efek pada detak jantung.
- Membantu mengontrol berapa banyak protein yang dibuat oleh tubuh.
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid memasukkan terlalu banyak hormon tiroid ke dalam aliran darah.
Kondisi yang dapat menyebabkan hipertiroidisme meliputi:
1. Penyakit graves
Merupakan gangguan autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid.
Hal tersebut mendorong tiroid untuk membuat terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit grave merupakan penyebab paling umum dari hipertiroidisme.
2. Nodul tiroid yang terlalu aktif.
Kondisi ini juga disebut sebagai adenoma toksik, gondok multinodular toksik, dan penyakit plummer.
Bentuk hipertiroidisme ini terjadi ketika adenoma tiroid yang membuat terlalu banyak hormon tiroid.
Adenoma adalah bagian dari kelenjar yang berdinding dari sisa kelenjar. Hal tersebut membentuk benjolan non-kanker yang dapat membuat tiroid lebih besar dari biasanya.
3. Tiroiditis
Penyebab hipertiroidisme selanjutnya yaitu tiroiditis. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid meradang. Dalam beberapa kasus, hal tersebut karena gangguan autoimun.
Peradangan dapat menyebabkan hormon tiroid ekstra yang disimpan di kelenjar tiroid bocor ke aliran darah dan menyebabkan gejala hipertiroidisme.
4. Mengonsumsi yodium berlebih
Jika kamu berisiko mengalami hipertiroidisme dan mengonsumsi terlalu banyak yodium (melalui makanan atau obat-obatan), ini dapat menyebabkan tiroid menghasilkan lebih banyak hormon tiroid.
Yodium adalah mineral yang digunakan tiroid untuk membuat hormon tiroid.
Beberapa penyebab lainnya tapi lebih jarang terjadi, seperti:
- Mengalami masalah ini sejak lahir.
- Sedang hamil.
- Tidak mengonsumsi cukup iodin.
- Gangguan hipofisis.
Faktor Risiko Hipotiroidisme
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah tiroid ini, seperti:
- Berjenis kelamin wanita.
- Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tiroid.
- Memiliki penyakit autoimun.
- Pernah menerima pengobatan untuk hipertiroidisme.
- Menerima tindakan radiasi ke leher atau dada bagian atas.
- Pernah menjalani operasi tiroid.
Gejala Hipotiroidisme
Gejala yang timbul bergantung pada tingkat keparahannya. Kondisi ini cenderung berkembang dengan perlahan, seringkali dalam hitungan tahun. Banyak orang yang tidak menyadari gejala dari kondisi ini.
Saat usia terus bertambah dan metabolisme terus melambat, gejalanya mungkin lebih terlihat. Beberapa gejala hopotiroidisme antara lain:
- Mudah lelah.
- Lebih sensitif terhadap dingin.
- Mengalami sembelit.
- Kulit kering.
- Penambahan berat badan tanpa sebab.
- Wajah yang membengkak.
- Kelemahan pada otot.
- Mengalami nyeri otot, nyeri tekan, dan kaku.
- Siklus menstruasi yang lebih berat dari biasanya atau tidak teratur.
- Detak jantung melambat.
- Mengalami masalah memori.
Gejala hipotiroidisme pada bayi
Bayi juga dapat mengalami gangguan ini. Salah satu penyebabnya yaitu lahir tanpa kelenjar tiroid atau tidak berfungsi dengan baik.
Saat masalah ini tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan segera, gejalanya dapat muncul.
Beberapa gejalanya, antara lain:
- Kesulitan untuk makan.
- Pertumbuhan yang buruk.
- Pertambahan berat badan yang tidak sesuai.
- Menguningnya kulit dan bagian putih mata.
- Kulit yang kering.
- Lidah membesar.
- Pembengkakan atau tonjolan lunak dekat pusar, atau hernia umbilikalis.
Gejala hipotiroidisme pada anak dan remaja
Pada anak dan remaja, gejala yang muncul mirip dengan orang dewasa. Namun ada beberapa gejala tambahan yang mungkin muncul, seperti:
- Pertumbuhan yang buruk sehingga menyebabkan tubuh lebih pendek dari anak seusianya.
- Keterlambatan perkembangan gigi permanen.
- Tertundanya pubertas.
- Perkembangan mental yang buruk.
Jika mengalami gejala tersebut, Ini Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Pengobatan Hipotiroid.
Diagnosis Hipotiroidisme
Dokter dapat mendiagnosa hipertiroidisme dengan beberapa cara, di antaranya:
1. Pemeriksaan fisik
Jika kamu mengalami gejala hipertiroidisme, dokter mungkin memeriksa beberapa hal berikut selama pemeriksaan fisik:
- Tiroid. Dokter memeriksa tiroid melalui bagian luar leher dengan memegangnya, apakah terasa membesar, bergelombang, atau lunak.
- Mata. Selain itu dokter mungkin memeriksa mata apakah ada pembengkakan, kemerahan, menonjol, atau tanda-tanda penyakit mata lainnya.
- Jantung. Dokter menggunakan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
- Tangan. Dokter akan memintamu untuk mengulurkan tangan untuk melihat apakah kamu mengalami tremor. Selain itu, ia juga akan melihat adalah perubahan pada kuku.
- Kulit. Dokter juga mungkin memeriksa kulit untuk melihat apakah hangat dan lembap.
2. Tes darah
Dokter mungkin mengambil sampel darah untuk mencari kadar hormon tiroid yang tinggi. Pemeriksaan ini juga disebut sebagai pengujian fungsi tiroid.
Ketika kamu mengalami hipertiroidisme, kadar hormon tiroid T3 dan T4 berada di atas normal dan hormon perangsang tiroid lebih rendah dari normal.
3. Tes pencitraan
Jenis tes ini dapat membantu dokter melihat lebih dekat, sehingga dokter juga dapat menentukan kemungkinan penyebabnya.
Tes pencitraan yang dapat dokter gunakan untuk memeriksa tiroid meliputi:
- Tes serapan yodium radiokatif (RAIU). Untuk tes ini, dokter akan memintamu meminum yodium radioaktif dosis kecil yang aman (radiotracer) melalui mulut untuk melihat seberapa banyak yang tiroid serap.
- Pemindaian tiroid. Prosedur ini merupakan perpanjangand ari RAIU, di mana selain mengukur jumlah radioaktivitas yang diserap oleh tiroid, dokter akan memeriksamu dengan menggunakan kamera gamma untuk mengambil gambar dari tiroid.
- Ultrasonografi tiroid. Prosedur ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambar tiroid.
Pengobatan Hipotiroidisme
Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan secara umum. Selain itu, tergantung pada seberapa parah kondisi hipertiroidisme.
Pengobatan hipotiroidisme yang mungkin dokter rekomendasikan termasuk:
- Obat-obatan, untuk membantu menurunkan kadar hormon tiroid dalam darah.
- Yodium radioaktif. Obat ini secara perlahan akan menghancurkan sel-sel kelenjar tiroid sehingga dapat sedikit mengontrol hormon tiroid yang dibuat.
- Operasi. Kamu mungkin perlu mengangkat seluruh atau sebagian tiroid melalui prosedur pembedahan.
- Beta blocker. Obat-obatan ini memblokir aksi hormon tiroid pada tubuh. Hal tersebut dapat membantu mengatasi detak jantung yang cepat dan jantung berdebar.
- Steroid. Obat ini dapat kamu gunakan untuk menenangkan peradangan yang menyebabkan beberapa bentuk tiroiditis.
Mengenai pengobatan hipertiroidisme, kamu juga bisa membaca artikel ini lebih lanjut: 3 Langkah untuk Atasi Hipertiroidisme.
Pencegahan Hipotiroidisme
Nyatanya, belum ada cara untuk mencegah hipotiroidisme. Namun, pengidap perlu mendapatkan tindakan pencegahan agar masalah ini tidak menimbulkan kondisi yang serius atau gejalanya semakin parah.
Selain itu, orang yang memiliki Hashimoto autoimun mungkin mendapatkan manfaat dari menjalani diet bebas gluten.
Menurut jurnal yang terbit di Clinical Medicine & Research, antara penyakit celiac dan penyakit tiroid autoimun, atau keduanya memiliki komponen inflamasi.
Maka itu, menghindari makanan yang mengandung gluten dapat membantu mencegah penyakit autoimun non-celiac.
Namun, tetap penting untuk bertanya pada dokter sebelum menghentikan makanan yang mengandung gluten.
Hal yang paling penting kamu ingat, jika kamu mengalami salah satu gejala atau lebih dari gangguan kelenjar tiroid ini, sebaiknya segera mendapatkan penanganan dari dokter.
Semakin dini masalah ini terdiagnosis dan diobati, semakin kecil kemungkinan untuk mengalami komplikasi.
Komplikasi Hipotiroidisme
Jika gangguan pada kelenjar tiroid ini tidak diatasi, ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi, seperti:
- Goiter, atau pembesaran pada kelenjar tiroid.
- Mengalami gangguan jantung.
- Neuropati perifer.
- Mengalami infertilitas.
- Cacat lahir pada bayi dalam kandungan.
- Koma miksedema.
- Masalah keseimbangan.
- Nyeri sendi.
- Masalah kesehatan mental.
- Obesitas.
Selain itu, kamu juga perlu Hati-Hati, Dampak Hipertiroid Bisa Sebabkan 5 Kondisi Serius Ini.
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu atau keluarga perlu segera menghubungi dokter jika merasakan adanya gejala yang mencurigakan.
Seperti disebutkan sebelumnya, semakin dini masalah ini terdiagnosis, semakin cepat penanganan yang kamu lakukan dan semakin tinggi tingkat kesembuhan.
Jika seseorang mengonsumsi obat hormon tiroid untuk hipotiroidisme, pastikan ikuti saran dari dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin.
Hal ini untuk memastikan dosis obat yang dokter berikan tepat dan dapat membantu kondisi serta efektivitas dari pengobatan.
Awali dengan konsultasi dokter di Halodoc untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk mencegah kondisi yang lebih parah. Klik gambar di bawah ini.✔️