Hepatitis
DAFTAR ISI
- Apa itu Hepatitis?
- Apa Gejala Pertama Hepatitis?
- Daftar Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Pengobatan Hepatitis
- Apa Penyebab dari Penyakit Hepatitis?
- Faktor Risiko Hepatitis
- Diagnosis Hepatitis
- Pengobatan Hepatitis
- Pencegahan Hepatitis
- Komplikasi Hepatitis
Apa Itu Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang memiliki gejala berupa peradangan pada organ hati. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun atau obat-obatan tertentu.
Jenisnya terbagi dua berdasarkan sifatnya, yaitu akut dan kronis. Jenis akut terjadi bisa secara tiba-tiba dalam kurun waktu yang cenderung singkat.
Sementara yang kronis berkembang perlahan dan merupakan kondisi jangka panjang. Sialnya, keduanya sama-sama mengganggu berbagai fungsi tubuh, terutama yang berkaitan dengan metabolisme.
Hal ini terjadi karena hati berperan penting dalam metabolisme tubuh, seperti menghasilkan empedu, mengurai berbagai zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim dan lain sebagainya.
Apa Gejala Pertama Hepatitis?
Penyakit ini tak selalu menunjukan gejala. Gejalanya baru timbul setelah tubuh terjadinya kerusakan yang dapat memengaruhi fungsi hati.
Apabila bersifat akut, tanda dan gejalanya dapat muncul dengan cepat.
Adapun sejumlah gejala yang umumnya terjadi pada pengidap penyakit ini, yaitu:
- Mengalami gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan lemas.
- Feses berwarna pucat.
- Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.
- Nyeri di bagian perut.
- Turun berat badan.
- Urine menjadi gelap seperti teh.
- Kehilangan nafsu makan.
Apakah kamu Mengidap Hepatitis B? 5 Dokter Spesialis Ini Bisa Beri Solusi.
Daftar Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Pengobatan Hepatitis
Jika kamu atau anggota keluarga memiliki tanda dan gejala hepatitis, segera konsultasi dengan dokter di Halodoc✔️ untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Semakin cepat kondisi ini terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan, maka dampak buruk yang mungkin terjadi juga dapat kamu cegah.
Berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun.
Mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani, berikut daftarnya:
- dr. Siska Damayanti Sp.PD
- dr. Andrea Livina Sp.PD
- dr. Amaranto Santoso Ongko Sp.PD
- dr. Edwin Hadinata Sp.PD
- dr. I Gusti Gede Agung Ngurah Sp.PD
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Apa Penyebab dari Penyakit Hepatitis?
Kondisi ini dapat terjadi karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Ada pun jenis-jenis virus yang patut kamu waspadai, seperti:
1. Hepatitis A
Jenis ini terjadi akibat virus hepatitis A (HAV). Dapat menular melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari pengidap.
2. Hepatitis B
Penyakit ini terjadi akibat virus hepatitis B (HBV). Jenis ini umumnya menular melalui cairan tubuh dari pengidap, seperti darah, cairan Miss V, dan air mani.
Penularan penyakit ini juga bisa terjadi melalui proses persalinan. Simak selengkapnya di sini → Hepatitis B Bisa Menular Melalui Persalinan, Benarkah?
3. Hepatitis C
Jenis ini terjadi akibat infeksi virus hepatitis C (HCV). Cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom dapat menularkan penyakit ini.
Nah, Ini Rekomendasi Dokter Umum di Halodoc yang Bisa Dihubungi.
4. Hepatitis D
Jenis berikutnya yaitu hepatitis D, yang terjadi akibat oleh virus hepatitis D (HDV). Virus tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B.
Penyakit dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Hepatitis E
Penyebab jenis ini adalah virus hepatitis E (HEV). Jenis ini banyak terjadi di lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus pada sumber air.
6. Hepatitis Autoimun
Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh dapat salah mengira bahwa hati sebagai organ yang berbahaya dan menyerangnya.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya peradangan berkelanjutan yang kadarnya ringan hingga berat, dan sering kali menghambat fungsi hati.
Penyakit ini lebih rentan terjadi pada wanita daripada pria.
Penyebab penyakit ini belum jelas. Namun kondisi tersebut lebih mungkin muncul pada orang dengan kondisi autoimun lain, seperti tiroiditis, diabetes tipe 1, anemia hemolitik, penyakit celiac, dan kolitis ulseratif.
7. Hepatitis Neonatal
Hepatitis neonatal merupakan peradangan hati yang terjadi hanya pada awal masa bayi, biasanya antara satu hingga dua bulan setelah lahir.
Mengutip Johns Hopkins Medicine, sekitar 20 persen bayi dengan kondisi ini terinfeksi oleh virus yang menyebabkan peradangan sebelum lahir yang tertular dari ibunya.
Kondisi yang dapat terjadi setelah bayi lahir juga termasuk cytomegalovirus, rubella (campak), dan virus hepatitis A, B, atau C.
Sementara itu dalam kebanyakan kasus lainnya, virus tidak dapat teridentifikasi secara spesifik sebagai penyebabnya.
8. Hepatitis Alkoholik
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan hati.
Kondisi tersebut juga bernama hepatitis alkoholik. Perlu kamu ketahui, alkohol dapat melukai sel-sel hati secara langsung.
Seiring berjalan waktu, kerusakan tersebut dapat permanen sehingga menyebabkan penebalan atau jaringan parut pada jaringan hati (sirosis) dan gagal hati.
9. Toxic Hepatitis
Penyebab penyakit ini adalah penggunaan obat-obatan tertentu yang melebihi dosis.
Akibatnya, hati mengalami peradangan atau rusak karena bekerja terlalu keras dalam memecah obat-obatan yang kamu konsumsi.
10. Hepatitis Akibat Cacing Hati
Penyakit ini juga dapat terjadi akibat infeksi cacing hati, yaitu opisthorchiidae dan fasciolidae.
Infeksi cacing hati dapat menjangkiti seseorang apabila sering mengonsumsi makanan mentah atau belum matang, serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi larva cacing hati.
11. Hepatitis Akut Misterius
Penyebab penyakit ini belum jelas, sehingga nama lainnya adalah hepatitis akut misterius.
Namun ahli menduga bahwa penyakit ini berkaitan dengan Adenovirus dan SARS-CoV-2. Anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun merupakan kelompok yang rentan mengalaminya.
Nah jika kamu atau orang terdekat Mengidap Hepatitis, 5 Dokter Ini Paham Cara Mengobatinya.
Faktor Risiko Hepatitis
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gejala hepatitis, yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Contoh faktor lingkungan yang bisa menjadi penyebab atau pemicu penyakit ini, antara lain:
- Air yang tidak layak untuk minum atau untuk mencuci peralatan makan.
- Kurangnya fasilitas sanitasi; Kamar mandi atau tempat cuci tangan.
- Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau benda lain yang terkontaminasi darah yang terinfeksi.
2. Gaya Hidup
Ada beberapa perilaku atau aktivitas yang berpotensi terpapar virus, bahan kimia beracun, atau zat penyebab penyakit ini, yaitu:
- Berbagi jarum suntik atau benda lain.
- Melakukan hubungan seksual yang tidak aman; Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau bergonta-ganti pasangan.
- Bekerja di sekitar bahan kimia beracun. Petugas kebersihan, pelukis, penyedia layanan kesehatan, atau pekerja pertanian, berpotensi terkena penyakit ini.
- Minum air yang belum matang atau makan makanan yang tidak terolah dengan aman dan benar.
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
- Minum obat yang terkait dengan kondisi ini.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan seseorang juga bisa memengaruhi terjangkitnya penyakit ini. Berikut sejumlah hal yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini:
- Belum mendapatkan vaksinasi.
- Memiliki infeksi akut atau kronis dengan satu atau lebih virus.
- Memiliki gangguan autoimun.
- Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B.
Diagnosis Hepatitis
Langkah pertama mendiagnosis kondisi ini adalah menanyakan riwayat timbulnya gejala hepatitis dan mencari faktor risiko dari pengidap.
Setelah itu, pemeriksaan fisik perlu untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pengidap.
Misalnya, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati atau memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Beberapa tes lain yang dapat kamu lakukan untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain:
1. Tes Fungsi Hati
Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk menentukan seberapa efisien hati untuk melakukan fungsinya.
Hasil dari tes fungsi hati ini dapat menjadi indikasi terjadinya masalah.
Terutama jika tidak ada gejala selama pemeriksaan fisik. Saat tingkat enzim hati yang tinggi, itu berarti organ tersebut sedang mengalami stres, rusak, atau bermasalah.
2. Tes Darah
Jika hati tidak bekerja seperti semestinya, dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi sumber masalah.
Metode ini dapat memeriksa virus yang terdapat dalam darah. Hal ini juga dapat mendeteksi kondisi antibodi tubuh yang dapat menyebabkan hepatitis autoimun.
3. USG
Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang ultrasonik untuk melihat kondisi hati melalui gambar.
Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa hati dan organ di sekitarnya, seperti kerusakan hati, tumor hati, hingga kelainan kandung empedu.
4. Biopsi Hati
Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati. Sampel tersebut menentukan adanya infeksi atau peradangan yang terjadi pada hati.
Hal ini juga bisa untuk mengambil sampel area yang tidak normal atau bermasalah pada hati.
Pengobatan Hepatitis
Pada umumnya, hepatitis A, B, dan E akut jarang membutuhkan pengobatan spesifik.
Jika dilakukan, pengobatan akan fokus untuk meredakan gejala-gejala hepatitis yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut).
Pemberian obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidapnya sedang terganggu.
Berikut ini beberapa pilihan pengobatan sesuai dengan jenis dan kondisinya:
1. Obat antivirus
Apabila penyakit bersifat kronis, dokter akan memberikan obat antivirus dengan tujuan menghambat perkembangbiakan virus.
Selain itu, obat antivirus dapat mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Dokter biasanya akan meresepkan obat antivirus berupa entecavir, ribavirin, atau tenofovir.
Obat-obatan tersebut bermanfaat untuk pengidap hepatitis B atau C kronis.
2. Obat imunosupresan
Apabila penyakit terjadi akibat kondisi autoimun, maka pengobatannya dapat menggunakan obat imunosupresan.
Terutama yang golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide.
Selain itu, dokter mungkin meresepkan obat azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
3. Obat interferon
Obat ini juga bertujuan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati menjadi lebih parah.
Dokter biasanya meresepkan obat interferon melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan.
4. Obat cacing hati
Apabila penyakit ini terjadi akibat cacing hati, maka obat yang dokter resepkan akan sesuai dengan jenis cacing yang menginfeksi.
isalnya, obat praziquantel atau albendazole untuk membunuh cacing clonorchiasis.
Sedangkan jika infeksi terjadi akibat cacing fasciolosis, dokter akan meresepkan obat triclabendazole dan possibly nitazoxanide.
5. Transplantasi hati
Apabila kerusakan hati sudah sangat berat, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur transplantasi hati.
Prosedur ini akan mengganti organ hati pengidap dengan organ hati yang sehat dari pendonor.
Pencegahan Hepatitis
Ada beberapa cara yang dapat kamu alakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko untuk terserang penyakit ini.
Namun, semua ini tergantung dari jenis penyakit ini yang menyerang.
Contohnya, pastikan untuk tidak banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol.
Berikut ini pencegahan kondisi ini yang dapat kamu lakukan:
- Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Menjaga kebersihan sumber air.
- Mencuci bahan makanan yang kamu konsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
- Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
- Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.
- Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).
Komplikasi Hepatitis
Setiap jenis berbeda tingkat keparahannya. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, kamu bisa cek di sini → Ini Tingkatan Hepatitis dari yang Paling Tidak Berbahaya
Namun, apapun jenisnya, apabila kamu biarkan tanpa penanganan, gejala hepatitis bisa memicu berbagai komplikasi, antara lain:
- Fibrosis hati, kondisi ketika hati penuh oleh jaringan parut sehingga tidak lagi bisa berfungsi dengan baik.
- Sirosis hati, merupakan tahap lanjut dari fibrosis.
- Kanker hati, bisa terjadi sebagai komplikasi dari sirosis.
- Gagal hati. Meski komplikasi ini jarang terjadi, tapi gagal hati merupakan kondisi serius yang bisa berakibat fatal.
- Glomerulonefritis, gangguan ginjal yang terjadi akibat peradangan yang seringkali berhubungan dengan respon imun.
- Krioglobulinemia, penyakit langka yang terjadi akibat sekelompok protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil.
- Ensefalopati Hepatik. Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat menyebabkan otak meradang, yang bernama ensefalopati.
- Hipertensi portal, terjadi ketika sistem sirkulasi portal hati tersumbat akibat sirosi dan masalah lain.
- Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.
- Koinfeksi virus, yaitu ketika ada dua infeksi virus pada saat yang bersamaan.