Hematoma Subdural
Pengertian Hematoma Subdural
Subdural hematoma atau juga disebut perdarahan subdural adalah kondisi ketika darah menumpuk di antara dua lapisan di otak, yaitu lapisan arachnoid dan lapisan dura atau meningeal. Lebih singkatnya, ini adalah jenis pendarahan yang terjadi di dalam tengkorak kepala tetapi di luar jaringan otak yang sebenarnya.
Otak memiliki tiga lapisan membran atau penutup (disebut meninges) yang terletak di antara tulang tengkorak dan jaringan otak yang sebenarnya. Fungsi meningen adalah untuk menutupi dan melindungi otak. Seseorang yang mengalami hematoma subdural mengalami robekan pada pembuluh darah, paling sering vena dan darah bocor keluar dari pembuluh yang robek ke ruang di bawah lapisan membran dura mater. Ruang ini disebut ruang subdural karena berada di bawah dura. Perdarahan ke dalam ruang ini disebut perdarahan subdural.
Faktor Risiko Hematoma Subdural
Hematoma subdural bisa menimpa siapapun yang mengalami cedera kepala parah. Biasanya, hematoma subdural kronis terbentuk secara bertahap beberapa minggu setelah cedera kepala ringan. Jenis ini lebih sering dialami lansia atau seseorang yang menggunakan obat antikoagulan (pengencer darah), minum alkohol berlebihan, atau memiliki kondisi medis lain. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko hematoma subdural, seperti:
- Bertambahnya usia. Sebagian besar hematoma subdural kronis mempengaruhi lansia yang berusia di atas 60 tahun. Hal ini diduga karena otak lansia umumnya mengalami penyusutan seiring bertambahnya usia.
- Penyalahgunaan alkohol. Minum alkohol terlalu banyak dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan otak menyusut secara bertahap sehingga membuat pembuluh darah otak lebih rentan rusak.
- Memakai obat antikoagulan atau pengencer darah. Konsumsi obat untuk mengurangi risiko pembekuan darah dapat meningkatkan risiko hematoma subdural kronis.
Penyebab Hematoma Subdural
Dalam kebanyakan kasus, hematoma subdural disebabkan oleh cedera kepala yang parah. Pada kondisi ini, darah akan mengisi area otak dengan cepat. Selain cedera kepala yang parah, hematoma subdural juga bisa terjadi akibat cedera kepala yang ringan. Kondisi ini umumnya terjadi pada lansia atau orang tua karena pembuluh darah semakin melonggar akibat atrofi otak.
Gejala Hematoma Subdural
Ketika seseorang mengalami hematoma subdural, maka dirinya akan mengalami beberapa gejala medis. Gejala ini bergantung pada tingkat keparahan cedera yang dialami, ukuran, dan lokasi hematoma. Gejala dapat segera muncul atau beberapa minggu setelah cedera. Namun, ada pula beberapa orang yang terlihat baik-baik saja (lucid interval) setelah mengalami cedera. Namun, lama-kelamaan tekanan pada otak dapat menyebabkan gejala:
- Kehilangan atau perubahan tingkat kesadaran.
- Sakit kepala.
- Bicara melantur.
- Perubahan kepribadian.
- Napas yang abnormal.
- Kesulitan berjalan.
- Kelemahan pada satu sisi tubuh.
Diagnosis Hematoma Subdural
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis secara menyeluruh. Kemudian, dokter akan menanyakan tentang cedera kepala yang pasien alami, seperti kapan dan bagaimana cedera terjadi. Hal ini bertujuan untuk meninjau gejala dan masalah medis lainnya. Pemeriksaan neurologi akan mencakup pemeriksaan tekanan darah, tes penglihatan, tes keseimbangan dan kekuatan, serta tes refleks dan pemeriksaan memori.
Jika dokter menduga adanya kemungkinan hematoma subdural, mereka akan melakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan CT scan atau MRI. Pemeriksaan penunjang ini bertujuan untuk memastikan ada-tidaknya darah yang bocor dan berkumpul di otak pasien.
Komplikasi Hematoma Subdural
Tanpa pengobatan, hematoma subdural dapat menyebabkan koma dan kematian. Komplikasi lain termasuk:
- Herniasi otak. Peningkatan tekanan pada otak yang mendorong jaringan otak sehingga bergerak dari posisi normalnya. Herniasi otak sering menyebabkan kematian.
- Pendarahan berulang. Lansia yang pulih dari hematoma berisiko lebih tinggi mengalami perdarahan lain. Otak yang lebih tua tidak bisa pulih secepat otak yang lebih muda. Seiring bertambahnya usia, otak juga menyusut dan ruang antara tengkorak dan otak melebar. Kondisi ini semakin meregangkan pembuluh darah tipis kecil di antara lapisan membran luar otak dan tengkorak sehingga otak lebih rentan mengalami pendarahan ulang.
- Kejang. Kondisi ini dapat berkembang bahkan setelah hematoma telah diobati.
Pengobatan Hematoma Subdural
Untuk menentukan pengobatan hematoma subdural, dokter pastinya akan memperhatikan kondisi klinis dan radiologis pasien. Dalam masa mempersiapkan operasi, perhatian hendaknya ditujukan ke pengobatan dengan medikamentosa untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial. Contohnya, dalam pemberian manitol 0,25 gram pada per kilogram berat badan pasien, atau pula furosemide 10 miligram intravena, dihiperventilasikan. Berikut penjelasan mengenai pilihan pengobatan yang bisa dilakukan.
Andaikan ditemukan adanya gejala-gejala progresif, baik pada kasus akut maupun kronik, tindakan operasi akan dilakukan untuk mengeluarkan hematom. Namun, sebelum mengambil keputusan operasi, dokter akan memperhatikan berbagai hal. Misalnya airway, breathing, dan circulation. Kriteria penderita hematoma subdural (SDH) dilakukan operasi, meliputi:
- Pengidap SDH tanpa melihat Glasgow Coma Scale (GCS), dengan ketebalan >10 milimeter atau pergeseran midline shift >5 milimeter pada CT Scan.
- Semua pengidap SDH dengan GCS <9 harus dilakukan monitoring TIK.
- Pengidap SDH dengan GCS <9, dengan ketebalan perdarahan <10 milimeter dan pergerakan struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS >2 poin antara saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit.
- Pengidap SDH dengan GCS<9, dan atau didapatkan pupil dilatasi asimetris/fixed.
- Pengidap SDH dengan GCS < 9, dan /atau TIK >20 mmhg.
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah burr hole craniotomy. Tindakan yang paling banyak diterima karena minimal komplikasi. Trepanasi atau burr holes dimaksudkan untuk mengevakuasi SDH secara cepat dan lokal anestesi kraniotomi dan membranektomi merupakan tindakan prosedur bedah yang infasih dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi.
Pencegahan Hematoma Subdural
Hematoma subdural cenderung terjadi secara tiba-tiba. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko cedera di bagian kepala. Hal-hal tersebut meliputi:
- Gunakan perlengkapan yang aman ketika beraktivitas atau berolahraga.
- Pastikan rumah terbebas dari benda berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh, seperti barang yang berserakan di lantai atau karpet yang licin.
- Pastikan rumah aman untuk anak-anak dan pastikan jendela atau balkon tidak terjangkau oleh anak-anak.
- Selalu gunakan helm ketika mengendarai motor dan pasanglah selalu sabuk pengaman ketika mengendarai mobil.
- Hindari mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
- Hati-hati saat mengonsumsi obat pengencer darah, pastikan selalu ikuti anjuran dari dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat mengalami gejala yang disebutkan sebelumnya, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Kamu bisa buat janji rumah sakit terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc supaya lebih praktis. Jangan tunda sebelum kondisinya semakin memburuk, download Halodoc sekarang juga!