Esofagitis
DAFTAR ISI
- Pengertian Esofagitis
- Penyebab Esofagitis
- Faktor Risiko Esofagitis
- Gejala Esofagitis
- Diagnosis Esofagitis
- Pengobatan Esofagitis
- Komplikasi Esofagitis
- Pencegahan Esofagitis
- Kapan Harus ke Dokter?
Pengertian Esofagitis
Esofagitis merupakan peradangan pada kerongkongan atau lapisan esofagus, yaitu organ tubuh yang bertugas untuk menyalurkan makanan dari mulut ke bagian lambung.
Kondisi ini ditandai dengan rasa perih di dada, serta kesulitan untuk menelan makanan dan minuman.
Durasi sembuhnya esofagitis biasanya berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari penyebab dan daya tahan tubuh pengidapnya.
Biasanya, orang yang imunitasnya baik dapat sembuh setelah menjalani perawatan antara 2 hingga 4 minggu.
Penyebab Esofagitis
Peradangan pada esofagus atau kerongkongan dapat terjadi karena beberapa hal berikut:
1. Naiknya asam lambung ke kerongkongan
Hal ini terjadi karena adanya masalah pada katup yang berfungsi menahan isi lambung supaya tidak naik ke kerongkongan. Akibatnya cairan lambung mengalir kembali ke dalam kerongkongan.
2. Alergi
Esofagitis juga bisa disebabkan karena reaksi alergi yang dipicu oleh jenis makanan tertentu, seperti susu, telur, gandum, daging sapi, dan kacang kedelai.
Tak hanya makanan, esofagitis juga bisa dipicu oleh reaksi alergi akibat debu.
3. Infeksi
Jamur, virus, dan bakteri bisa menginfeksi jaringan organ esofagus.
Masalah ini umumnya terjadi pada orang-orang dengan imunitas tubuh yang lemah. Contohnya yaitu mereka yang mengidap kanker, diabetes, dan HIV.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat seperti pereda nyeri atau antibiotik dapat mengakibatkan peradangan pada esofagus apabila terlalu lama berada di bagian kerongkongan.
Tak hanya itu, kebiasaan mengonsumsi obat dengan menelan tanpa air juga bisa menyebabkan esofagus mengalami peradangan.
Hati-hati jika kamu mengidap asam lambung. Sebab, penyakit ini juga bisa memicu esofagitis. Cari tahu informasi selengkapnya dengan membaca artikel berikut ini: Mengidap Gerd Bisa Sebabkan Esofagitis, Kok Bisa?.
Faktor Risiko Esofagitis
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami esofagitis, seperti:
- Mereka yang termasuk dalam kelompok lanjut usia.
- Ada anggota keluarga yang mengalami kondisi serupa.
- Mengidap alergi, seperti rhinitis atau asma.
- Kerap mengonsumsi makanan berlemak atau makan berlebihan.
- Mengonsumsi makanan dengan rasa mint, dan coklat.
- Minum minuman beralkohol atau mengandung kafein berlebihan.
- Kebiasaan langsung tidur setelah makan.
- Mengidap obesitas.
- Memiliki kebiasaan buruk merokok.
Gejala Esofagitis
Seorang pengidap esofagitis umumnya menunjukkan gejala sebagai berikut:
- Mengalami sakit ketika menelan.
- Mengalami kesulitan saat menelan.
- Terasa perih di bagian dada, biasanya muncul pada area belakang tulang dada ketika makan.
- Merasa mual dan muntah.
- Merasa nyeri pada bagian ulu hati atau heartburn.
- Asam lambung naik ke organ kerongkongan atau mulut. Kondisi ini disebut dengan regurgitasi.
Sementara itu, esofagitis pada anak ditandai dengan sulitnya menelan ketika makan atau menyusu, serta gangguan pertumbuhan.
Kamu mengalami sakit di tenggorokan saat menelan? Berikut ini sejumlah obat yang bisa digunakan untuk meringankan gejalanya: 10 Obat Sakit Tenggorokan untuk Orang Dewasa yang Ampuh.
Diagnosis Esofagitis
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, pertama dokter akan bertanya seputar gejala yang dirasakan pengidap, lalu dokter akan melanjutkan untuk melakukan pemeriksaan fisik.
Apabila pengidap terindikasi mengalami esofagitis, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
1. Endoskopi
Endoskopi dilakukan dengan tujuan untuk melihat keadaan esofagus. Prosedur dilakukan dengan cara memasukkan alat berupa selang endoskop yang dilengkapi dengan kamera melalui mulut.
Prosedur ini juga memungkinkan dokter mengambil sampel jaringan di esofagus untuk diperiksa di laboratorium.
Biasanya sebelum dilakukan endoskopi, dokter akan menyarankan kamu untuk berhenti makan dan minum dan berhenti mengonsumsi obat.
Pemeriksaan endoskopi merupakan prosedur non-surgical yang digunakan untuk memeriksa saluran pencernaan seseorang. Sama seperti tindakan medis pada umumnya, endoskopi juga memiliki risiko dan efek samping. Cari tahu selengkapnya pada artikel berikut ini: Pemeriksaan Endoskopi, Apa Saja Risikonya?
2. Pemindaian
Pemeriksaan ini berupa foto rontgen dengan menggunakan zat pewarna khusus berbahan barium.
Sebelum pemeriksaan, dokter akan memintamu untuk minum cairan putih yang disebut barium. Barium akan melapisi esofagus yang membuatnya lebih mudah dilihat melalui sinar-X.
Pengobatan Esofagitis
Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kondisi yang mendasarinya, membantu meredakan gejalanya, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Tindakan pengobatan yang dilakukan termasuk:
- Memberikan obat untuk menetralkan asam lambung, seperti omeprazole, lansoprazole, atau antasida.
- Memberikan obat kortikosteroid.
- Memberikan obat antivirus, antibakteri, atau antijamur sesuai dengan penyebab infeksi.
- Memberikan obat antialergi jika esofagitis disebabkan oleh alergi.
- Mengatur makanan yang bisa dikonsumsi.
- Menjalani prosedur bedah untuk menguatkan katup yang ada di antara kerongkongan dan lambung.
Apabila esofagitis telah menimbulkan komplikasi dan mengakibatkan penyempitan pada kerongkongan, dokter biasanya akan menyarankan tindakan operasi untuk melebarkan kembali kerongkongan. Tujuannya supaya makanan tidak tersangkut ketika ditelan.
Komplikasi Esofagitis
Esofagitis yang tidak mendapatkan penanganan bisa berujung pada berbagai komplikasi, seperti:
- Esofagus menyempit atau striktur. Kondisi ini dapat membuat proses menelan semakin sulit dan dapat memburuk seiring berjalannya waktu.
- Penyakit Barrett’s esophagus, suatu kondisi rusaknya dinding esofagus yang membuat pengidapnya lebih berisiko mengalami kanker esofagus.
- Luka maupun perdarahan pada bagian dinding esofagus karena makanan tersangkut.
Pencegahan Esofagitis
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pasien untuk membantu meredakan gejala esofagitis dan mencegah penyakit ini kambuh, yaitu:
- Tidak merokok.
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
- Hindari mengonsumsi makanan asam, berminyak, berlemak, dan pedas.
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Tidak langsung tidur setelah makan atau minum obat.
- Meninggikan posisi kepala ketika tidur.
- Menelan obat dengan air putih.
- Makan perlahan.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera tanyakan pada dokter atau berobat ke rumah sakit terdekat jika:
- Gejala tidak hilang hingga beberapa hari meski sudah mengonsumsi obat antasida yang dijual bebas.
- Mengalami gejala berat hingga pengidap sulit makan.
- Gejala disertai dengan nyeri otot, sakit kepala, dan demam.
- Muncul nyeri pada dada yang berlangsung selama beberapa menit.
- Sakit pada mulut atau kerongkongan ketika makan.
- Nyeri dada atau sesak napas sesaat setelah makan.
- Ada riwayat nyeri dada atau mengidap penyakit jantung.
Saat ini konsultasi dengan dokter bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui Halodoc.
Selain itu, supaya lebih mudah membeli obat yang diresepkan dokter, kamu bisa cek melalui Toko Kesehatan di aplikasi Halodoc.
Yuk, tunggu apa lagi? Segera download aplikasi Halodoc sekarang juga!