Elektrokardiogram (EKG)
Artikel ini telah di-review oleh dr. Fauzan Azhari SpPD
DAFTAR ISI
- Apa Itu Elektrokardiogram (EKG)?
- Fungsi Elektrokardiogram
- Kenapa Melakukan Elektrokardiogram (EKG)?
- Jenis-jenis Elektrokardiogram
- Kapan Harus Melakukan Elektrokardiogram (EKG)?
- Perbedaan Elektrokardiogram dan Elektroensefalogram
- Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Elektrokardiogram (EKG)?
- Di mana Elektrokardiogram (EKG) Dilakukan?
Apa Itu Elektrokardiogram (EKG)?
Elektrokardiogram adalah alat diagnostik non-invasif yang merekam aktivitas listrik jantung melalui elektroda yang ditempatkan di permukaan tubuh.
EKG berfungsi untuk memvisualisasikan pola listrik jantung yang dihasilkan selama depolarisasi dan repolarisasi miokardium, yang kemudian diinterpretasikan untuk menilai fungsi listrik dan mekanis jantung.
EKG merupakan alat penting untuk mendiagnosis berbagai kondisi kardiovaskular, termasuk aritmia, iskemia miokard, infark miokard, gangguan elektrolit, dan efek obat pada jantung.
EKG juga digunakan untuk memantau kesehatan jantung secara rutin atau sebagai bagian dari evaluasi klinis pada pasien dengan gejala yang mencurigakan.
Prosedur ini tergolong aman, cepat, dan tidak menyakitkan karena dilakukan tanpa pengaliran arus listrik dan tanpa sayatan (non-invasif).
Fungsi Elektrokardiogram
Secara garis besar, elektrokardiogram berfungsi untuk mengetahui bagaimana jantung bekerja dan mendeteksi adanya gangguan pada organ tersebut.
Beberapa penyakit jantung yang dapat dideteksi melalui elektrokardiogram antara lain:
- Kardiomiopati atau gangguan pada otot jantung
- Aritmia atau detak jantung yang tidak teratur
- Serangan jantung
- Penyakit jantung koroner
Selain itu, elektrokardiogram juga dapat mendeteksi gangguan lain pada jantung, seperti ketidakseimbangan elektrolit atau efek samping dari obat-obatan yang memengaruhi ritme jantung.
Kenapa Melakukan Elektrokardiogram (EKG)?
Elektrokardiogram dilakukan jika kamu mengalami gejala penyakit jantung, seperti nyeri dada, sulit bernapas, cepat lelah, badan lemas, jantung berdebar, dan gangguan irama jantung (takikardia maupun bradikardia).
Tes ini bertujuan mendeteksi masalah kesehatan yang berkaitan dengan jantung, seperti serangan jantung, penyakit jantung koroner, gangguan elektrolit, keracunan dan efek samping obat, serta evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung yang digunakan.
Efek samping EKG berupa reaksi alergi pada kulit akibat elektrode yang ditempel pada tubuh.
Kelainan jantung yang hilang timbul terkadang sulit dideteksi hanya dengan pemeriksaan EKG.
Pada kasus ini, kelainan jantung dideteksi dengan pemeriksaan aktivitas listrik jantung yang sedikit berbeda dengan pemeriksaan EKG standar, yaitu:
- Tes stres atau EKG treadmill test. Ini adalah pemeriksaan non-invasif untuk menilai respons jantung terhadap aktivitas fisik. Pasien berjalan atau berlari di treadmill dengan intensitas meningkat, sementara EKG, tekanan darah, dan gejala diawasi untuk mendeteksi iskemia miokard atau gangguan irama jantung.
- Holter monitor. Ini adalah pemeriksaan non-invasif yang merekam aktivitas listrik jantung secara terus-menerus selama 24-48 jam atau lebih. Pasien memakai perangkat portabel untuk mendeteksi aritmia, iskemia, atau gangguan jantung lainnya yang mungkin tidak muncul pada EKG standar.
Jenis-jenis Elektrokardiogram
Menurut buku Basic and Bedside Electrocardiography karya Romulo F. Baltazar, EKG memiliki beberapa jenis utama yang digunakan sesuai kebutuhan klinis dan kondisi pasien.
Berikut adalah jenis-jenis EKG yang dijelaskan dalam buku tersebut:
1. Standard 12-Lead Elektrokardiogram
Merupakan jenis EKG paling umum yang menggunakan 12 lead (elektroda) untuk merekam aktivitas listrik jantung dari berbagai sudut.
Digunakan untuk mendiagnosis aritmia, iskemia, infark miokard, dan hipertrofi jantung.
2. Single-Lead Elektrokardiogram (Rhythm Strip)
Menggunakan satu lead (biasanya lead II atau V1) untuk merekam ritme jantung secara terus-menerus.
Berguna untuk memantau aritmia atau perubahan ritme jantung dalam jangka pendek.
3. Holter Monitoring
Merekam EKG secara terus-menerus selama 24-48 jam atau lebih menggunakan perangkat portabel.
Digunakan untuk mendeteksi aritmia episodik, iskemia tersembunyi diam, atau gejala yang tidak konstan.
4. Event Recorder
Serupa dengan Holter, tetapi hanya merekam saat pasien menekan tombol selama gejala muncul.
Cocok untuk pasien dengan gejala aritmia yang jarang terjadi.
5. Stress Test EKG (Treadmill Test)
Merekam EKG saat pasien melakukan latihan fisik untuk mengevaluasi iskemia miokard atau toleransi terhadap stres.
Berguna dalam mendiagnosis penyakit arteri koroner.
6. Signal-Averaged EKG (SAEKG)
Menggunakan teknik komputerisasi untuk mendeteksi potensi listrik kecil yang mungkin menunjukkan risiko aritmia ventrikel.
Biasanya digunakan pada pasien pasca-infark miokard.
7. Ambulatory Blood Pressure Monitoring with EKG
Kombinasi antara pemantauan tekanan darah secara berkala dan rekaman EKG untuk mengevaluasi hubungan tekanan darah dan aktivitas listrik jantung.
8. Intraoperative EKG Monitoring
Dilakukan selama operasi untuk memantau kondisi jantung secara real-time, terutama saat anestesi.
Fokus pada deteksi aritmia atau iskemia mendadak.
Jenis-jenis EKG ini dipilih berdasarkan indikasi klinis, durasi gejala, dan tujuan diagnostik.
Apa Kata Riset?
Berdasarkan studi dalam jurnal Hearts pada 2021, elektrokardiogram (EKG) tidak hanya mencatat aktivitas listrik jantung, tetapi juga mampu mendeteksi berbagai kondisi seperti aritmia, penyakit jantung, gangguan elektrolit, dan penyakit paru-paru.
Meskipun EKG merupakan alat diagnostik yang sederhana, cepat, non-invasif, dan hemat biaya, efektivitasnya sangat bergantung pada akurasi interpretasinya.
Namun, dengan meningkatnya penggunaan analisis komputer untuk EKG, kemampuan tenaga medis dalam membaca EKG secara manual mulai menurun.
Penelitian ini juga mengulas potensi algoritma EKG berbasis kecerdasan buatan (AI-ECG) yang dapat membantu menginterpretasi, mendiagnosis, dan mengelompokkan risiko pasien dengan lebih efisien.
Penemuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien serta mendukung alur kerja klinis.
Fakta Unik
1. EKG pertama kali ditemukan pada tahun 1903 oleh Willem Einthoven.
2. Prosedur EKG hanya memerlukan waktu sekitar 5-8 menit dan sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit.
Kapan Harus Melakukan Elektrokardiogram (EKG)?
Kamu perlu melakukan pemeriksaan EKG bila berisiko terkena penyakit jantung karena ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Kondisi lain yang membutuhkan pemeriksaan EKG adalah perokok aktif, orang dengan obesitas, pengidap diabetes, kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan EKG juga dibutuhkan jika kamu mengalami gejala sebagai berikut:
- Sakit pada dada.
- Sesak napas.
- Pusing.
- Pingsan mendadak.
- Detak jantung cepat atau tidak teratur (palpitasi).
Pemeriksaan EKG sering dilakukan untuk memantau kesehatan orang yang telah didiagnosis dengan masalah jantung, untuk membantu menilai alat pacu jantung buatan, atau untuk memantau efek obat tertentu pada jantung.
Perbedaan Elektrokardiogram dan Elektroensefalogram
Meskipun namanya terdengar serupa, elektrokardiogram dan elektroensefalogram adalah dua hal yang berbeda.
EKG adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menganalisis organ jantung, sedangkan elektroensefalogram adalah tes medis yang dilakukan untuk memeriksa aktivitas di otak.
Namun, keduanya memiliki kesamaan, yaitu memonitor impuls listrik yang dihasilkan oleh organ yang bersangkutan.
Itulah penjelasan mengenai elektrokardiogram. Pemeriksaan ini menjadi prosedur medis yang penting bagi pengidap dengan keluhan jantung.
Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Elektrokardiogram (EKG)?
Nah, begini prosedur pelaksanaan EKG:
Sebelum Elektrokardiogram (EKG)
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan EKG karena pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada keadaan gawat darurat.
EKG dilakukan untuk mendeteksi serangan jantung dan mengetahui kondisi jantung yang menyertai penyakit lainnya.
Jika pemeriksaan ini direncanakan, kamu dianjurkan menghindari pemakaian losion, minyak, atau bedak pada tubuh (khususnya area dada).
Hal ini bisa menyulitkan penempelan elektrode pada tubuh. Pastikan dokter mengetahui riwayat konsumsi obat-obatan dan suplemen yang pernah dan sedang dikonsumsi.
Pelaksanaan Elektrokardiogram (EKG)
EKG berlangsung singkat, hanya sekitar 5–8 menit. Kamu akan diminta melepas pakaian atas dan aksesori yang ada dalam kantung pakaian sebelum pemeriksaan dilakukan.
Saat pemeriksaan berlangsung, elektrode ditempelkan di dada, lengan, dan tungkai.
Elektrode yang dipasang biasanya berjumlah 10 atau 12 buah, berbahan plastik, dan berukuran kecil.
Tiap kabel elektrode tersambung ke mesin EKG untuk merekam aktivitas kelistrikan jantung.
Dokter akan menginterpretasi hasil pemeriksaan yang ada di layar pemantau, kemudian hasilnya dicetak pada kertas.
Setelah Elektrokardiogram (EKG)
Kamu bisa beraktivitas seperti biasa setelah EKG dilakukan, kecuali jika hasil pemeriksaan abnormal.
Pada kasus ini, aktivitas tertentu akan dibatasi sesuai dengan penyakit yang diidap.
Hasil dari rekaman EKG bisa didiskusikan dengan dokter, atau kamu bisa membuat janji kembali untuk membahasnya.
Informasi yang bisa didapat dari pemeriksaan EKG antara lain denyut jantung, irama jantung, perubahan struktur otot jantung, dan suplai oksigen untuk jantung.
Pemeriksaan lanjutan dilakukan sesuai hasil temuan dari EKG.
Di mana Elektrokardiogram (EKG) Dilakukan?
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di penyedia layanan kesehatan atau klinik yang menyediakan mesin EKG.
Kalau kamu butuh informasi lebih lengkap terkait pemeriksaan ini, kamu bisa tanya dokter di Halodoc. Belum punya aplikasinya? Yuk, download sekarang juga!