Dermatitis Atopik

DAFTAR ISI
- Apa Itu Dermatitis Atopik?
- Penyebab Dermatitis Atopik
- Faktor Risiko Dermatitis Atopik
- Riset Mengenai Hubungan Dermatitis Atopik dan Stres
- Gejala Dermatitis Atopik
- Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Perawatan Dermatitis Atopik
- Diagnosis Dermatitis Atopik
- Komplikasi Dermatitis Atopik
- Pengobatan Dermatitis Atopik
- Rekomendasi Obat Dermatitis Atopik
- Pencegahan Dermatitis Atopik
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan salah satu jenis dermatitis (eksim) yang terjadi akibat adanya peradangan pada kulit.
Kondisi ini bisa disertai dengan kulit yang memerah, kering, dan pecah-pecah. Peradangan biasanya berlangsung lama, bahkan hingga bertahun-tahun.
Untuk informasi secara umum mengenai dermatitis, kamu bisa baca artikel ini: Dermatitis – Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan.
Penyebab Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik atau eksim atopik adalah suatu masalah kulit kronis dan seringkali bersifat reaktif terhadap alergen atau iritan tertentu.
Sayangnya, penyebab dermatitis atopik tidak sepenuhnya dipahami.
Akan tetapi, beberapa faktor dapat berperan dalam perkembangan kondisi ini, meliputi:
- Faktor genetik: Kecenderungan genetik memainkan peran penting dalam dermatitis atopik. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat dermatitis atopik, risiko anak untuk mengembangkan kondisi ini menjadi lebih tinggi.
- Gangguan pada sistem kekebalan tubuh: Pada orang dengan dermatitis atopik, sistem kekebalan tubuh cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap zat-zat tertentu, menyebabkan peradangan pada kulit.
- Hiperaktivitas sel-sel kulit: Orang dengan dermatitis atopik mungkin memiliki sel-sel kulit yang lebih sensitif dan cenderung mengalami peradangan lebih mudah daripada orang lain.
- Faktor lingkungan: Beberapa faktor lingkungan dapat memicu atau memperburuk dermatitis atopik. Ini termasuk paparan alergen seperti debu tungau, serbuk sari, bulu hewan, polusi udara, serta iritan seperti sabun keras dan deterjen.
- Gangguan lapisan pelindung kulit: Pada orang dengan dermatitis atopik, fungsi barier kulit mungkin terganggu. Ini dapat menyebabkan kehilangan kelembaban dari kulit dan memungkinkan masuknya zat-zat iritan atau alergen.
- Perubahan hormonal: Perubahan hormonal, seperti pada masa remaja atau kehamilan, dapat mempengaruhi kondisi dermatitis atopik.
Penting untuk diingat bahwa, setiap orang dapat memiliki faktor-faktor yang berbeda dalam mengembangkan dermatitis atopik.
Pemahaman terhadap faktor-faktor ini dapat membantu dalam mengelola dan merawat kondisi tersebut.
Catat, Ini Daftar Dokter Kulit yang Bisa Obati Dermatitis Atopik.
Faktor Risiko
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena dermatitis atopik, yaitu:
- Riwayat pribadi atau keluarga terhadap eksim, alergi, hay fever, atau asma.
- Paparan lingkungan. Udara yang sangat kering atau sangat lembab dapat memperburuk kondisi kulit pada penderita dermatitis atopik.
- Sistem kekebalan tubuh yang terlalu sensitif atau terlalu aktif dapat merespons iritan atau alergen secara berlebihan.
- Infeksi kulit. Seperti misalnya infeksi bakteri atau virus.
- Stres emosional. Stres dapat menjadi pemicu bagi beberapa orang yang menderita dermatitis atopik.
Sementara itu, faktor-faktor yang meningkatkan risiko pada anak-anak meliputi:
- Tinggal di area perkotaan.
- Sering dititipkan di tempat penitipan anak.
- Memiliki gangguan hiperaktif (ADHD).
Riset Mengenai Hubungan Dermatitis Atopik dan Stres
Dermatitis atopik adalah salah satu penyakit peradangan kulit kronis yang paling umum. Studi yang diterbitkan dari Annals of Dermatology berjudul Psychological Stress and Atopic Dermatitis: A Focus Group Study (2023) memaparkan, terdapat beberapa jenis stres yang dapat memicu atau memperburuk dermatitis atopik.
Studi ini juga menyebutkan bahwa telah tercatat sejumlah besar pasien dermatitis atopik yang mengalami perburukan kondisi eksim, akibat kecemasan dan depresi yang mereka alami.
Stres psikologis dapat memengaruhi berbagai zat dalam tubuh yang mengatur sistem saraf dan hormon, yang pada akhirnya bisa memicu peradangan di kulit dan merusak pelindung alami kulit.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa banyak faktor yang bisa menyebabkan pengidap dermatitis atopik bisa mengalami stres. Misalnya seperti situasi di tempat kerja, beban kerja yang berlebihan, suasana hati yang buruk, dan tuntutan lainnya yang memicu kondisi kulit menjadi semakin parah. Di samping itu, kelelahan dan gangguan tidur juga dapat menyebabkan kondisi kulit semakin buruk.
Para peneliti menyarankan agar pengidapnya rutin melakukan olahraga. Tujuannya untuk membantu mengurangi stres yang dapat memperburuk gejala dermatitis atopik. Contohnya seperti relaksasi seperti yoga, meditasi, atau jalan kaki yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Gejala Dermatitis Atopik
Setiap pengidap dapat merasakan gejala yang berbeda tergantung pada usia. Berikut adalah gejala dermatitik atopik yang sesuai dengan penggolongan usia:
1. Pada bayi
Pada bayi yang berusia 0-2 tahun, umumnya gejala dermatitis atopik dapat berupa:
- Ruam merah dan gatal pada kulit.
- Kulit kering dan bersisik.
- Perubahan pada lipatan kulit.
- Peradangan yang menyebabkan gatal hebat.
- Infeksi kulit hingga luka dan bernanah.
2. Pada balita
Pada usia balita, dermatitis atopik bisa menimbulkan gejala seperti:
- Kulit bersisik.
- Kulit kemerahan.
- Kerak di area pipi, kulit kepala, tangan, dan kaki.
3. Pada remaja dan dewasa (usia 12 tahun ke atas)
Sedangkan pada anak-anak dan orang dewasa, gejala eksim atopik yang sering muncul adalah ruam merah dan terasa sangat gatal di area belakang leher, lutut, dan siku. Gejala lainnya dapat berupa:
- Kulit gatal dan kering.
- Ruam di lipatan kulit.
- Perubahan kulit tebal dan gelap (likenifikasi).
- Peradangan dan lecet.
- Eksaserbasi dengan stress.
4. Gejala umum (untuk semua usia)
Selain gejala tersebut, pengidap juga dapat merasakan gejala lain, seperti:
- Ruam yang menonjol dan mengeluarkan cairan.
- Kulit kering dan bersisik.
- Kulit di telapak tangan atau area bawah mata mengkerut atau kusut.
- Kulit di sekitar mata lebih gelap.
- Kulit pecah-pecah, terkelupas, hingga mengeluarkan darah.
Rasa gatal yang muncul akibat dermatitis atopik biasanya lebih buruk saat malam hari. Selain itu, kulit akan menjadi lebih tebal, timbul bopeng atau berlubang, dan menggelap jika digaruk. Terus-menerus menggaruk area kulit yang bermasalah pun dapat memicu infeksi.
Rekomendasi Makanan Sehat untuk Pengidap Dermatitis Atopik
1. Makanan yang kaya akan omega-3 untuk membantu mengurangi peradangan.
2. Probiotik seperti pada yoghurt dan kefir untuk mengurangi inflamasi kulit.
3. Makanan yang kaya antioksidan seperti sayuran berwarna cerah dan buah-buahan untuk memperbaiki kulit yang teriritasi dan menjaga kesehatan kulit.
4. Makanan dengan vitamin D seperti telur, ikan, dan susu yang dapat membantu mengatur respons imun dan mengurangi peradangan.
5. Makanan dengan zat besi dan zinc seperti daging merah dan kacang-kacangan untuk mendukung penyembuhan kulit dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Perawatan Dermatitis Atopik
Jika kamu atau orang terdekat mengalami dermatitis atopik, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis kulit lewat aplikasi Halodoc.
Jangan menganggap kondisi ini sepele, sebab banyak pengidapnya yang bisa sembuh jika melakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis kulit yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun.
Mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apa lagi? Ayo pakai Halodoc sekarang!
Diagnosis Dermatitis Atopik
Langkah diagnosis dermatitis atopik biasanya melibatkan evaluasi oleh seorang profesional kesehatan, seperti dokter kulit atau dermatologist.
Berikut adalah beberapa langkah yang mungkin dilakukan dalam proses diagnosis dermatitis atopik:
1. Wawancara medis terkait riwayat kesehatan dan gejala
- Dokter akan meminta riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat keluarga terkait kondisi kulit.
- Identifikasi dan deskripsi gejala yang dialami oleh pasien, seperti gatal, kemerahan, dan peradangan kulit.
2. Pemeriksaan fisik:
- Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menilai kondisi kulit secara langsung.
- Dokter akan mencari tanda-tanda khas dermatitis atopik, seperti kemerahan, kulit kering, ruam, dan lecet.
3. Kriteria diagnostik
Dokter mungkin akan menggunakan kriteria diagnostik, seperti yang ditetapkan oleh American Academy of Dermatology, untuk memastikan apakah gejala dan temuan fisik sesuai dengan dermatitis atopik.
4. Pemantauan perkembangan gejala
Dokter mungkin akan meminta pasien untuk mencatat perkembangan gejala kulit mereka, termasuk faktor pemicu yang mungkin memperburuk kondisi.
5. Penghapusan alergen atau iritan lain
Jika diperlukan, dokter dapat merekomendasikan penghapusan atau mengurangi paparan terhadap alergen atau iritan tertentu untuk melihat apakah hal itu mempengaruhi perbaikan kondisi.
6. Tes tambahan
Meskipun tidak selalu diperlukan, beberapa tes tambahan mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pemicu atau kondisi lain yang mungkin mempengaruhi kulit.
Contoh tes tersebut termasuk tes alergi kulit (patch test) atau tes darah untuk mengukur kadar antibodi tertentu.
Komplikasi Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik bisa menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya adalah:
- Masalah tidur. Siklus gatal-garuk dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.
- Asma dan demam. Lebih dari separuh anak kecil dengan dermatitis atopik mengalami asma dan demam pada usia 13 tahun.
- Gatal kronis dan kulit bersisik. Kondisi kulit yang disebut neurodermatitis (lichen simplex chronicus) dimulai dengan bercak kulit yang gatal. Ketika menggaruk area tersebut hanya akan membuatnya semakin gatal. Kondisi ini dapat menyebabkan kulit yang terkena menjadi berubah warna, tebal dan kasar.
- Infeksi kulit. Goresan berulang yang merusak kulit dapat menyebabkan luka terbuka dan retak. Ini meningkatkan risiko infeksi dari bakteri dan virus, termasuk virus herpes simpleks.
- Dermatitis tangan iritan. Terutama memengaruhi orang-orang yang pekerjaannya mengharuskan tangan mereka sering basah dan terkena sabun, deterjen, dan desinfektan yang keras.
- Dermatitis kontak alergi. Kondisi ini umum terjadi pada orang dengan dermatitis atopik.
Pengobatan Dermatitis Atopik
Pengobatan dermatitis atopik dilakukan untuk mengurangi tanda dan gejala penyakit serta mencegah kekambuhan di kemudian hari. Bagaimana perawatan kulit dermatitis atopik?
1. Perawatan saat mandi
- Mandi 1–2x sehari dengan menggunakan air hangat kuku (suhu 36–37 derajat Celcius).
- Lama mandi kira-kira 10–15 menit.
- Menggunakan sabun yang mengandung pelembab, pH 5,5–6, tidak mengandung pewarna dan pewangi.
- Mencegah bahan iritan saat mandi, seperti sabun antiseptik
2. Perawatan setelah mandi
- Setelah mandi (dalam waktu 3 menit setelah mandi), segera oleskan salep khusus atau pelembap khusus keseluruh kulit kecuali kulit kepala.
- Cara aplikasi: menggunakan tangan dan dioleskan tipis di seluruh permukaan kulit kecuali kulit kepala. Apabila kulit terkena air atau bahan lain dalam waktu kurang dari 5 menit setelah pengolesan, prosedur diulang kembali.
3. Perawatan kulit lainnya
- Memakai pakaian yang ringan, lembut, halus, dan menyerap keringat
- Mencegah bahan iritan, seperti deterjen, sabun cair pencuci piring, dan desinfektan saat mencuci pakaian bayi.
- Menghindari faktor pencetus alergen, seperti tungau debu rumah, binatang peliharaan, dan serbuk bunga.
- Menjaga suhu ruangan tempat bayi berada agar tidak ekstrem, misalnya terlau panas atau terlalu dingin.
Rekomendasi Obat Dermatitis Atopik
Ada beberapa rekomendasi obat untuk mengatasi dermatitis atopik, antara lain:
- Topicare + Ceramide Soothing Cream 100 g. Krim yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa gatal pada kulit kering, iritasi, dan gatal-gatal pada kulit kering, kulit sensitif, serta kulit yang mengalami infeksi.
- Apolar 0.5 mg/g Cream 10 g. Mengandung desonide untuk mengatasi kulit yang mengalami inflamasi akibat penyakit dermatitis kontak maupun dermatitis atopik.
- Noroid Derma Rash Cream 60 ml. Merupakan krim yang bisa digunakan untuk membantu menyejukkan kulit, melembapkan, serta memperbaiki fungsi pertahanan kulit pada kondisi dermatitis atopik, kulit kering, dan kulit sensitif.
- Cinogenta Cream 10 g. Obat kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi dan gatal pada dermatosis. Contohnya infeksi dermatitis atopik, dermatitis seboroik, neurodermatitis lokalisata, pruritus anogenital.
- Elox 0.1% Cream 10 g. Krim dengan kandungan mometasone furoate 0,1% untuk mengobati kondisi eksim yang memicu bengkak dan kemerahan pada kulit, psoriasis, alergi dan ruam.
Pencegahan Dermatitis Atopik
Cara utama untuk mencegah kambuhnya dermatitis atopik adalah dengan menghindari faktor pemicunya. Sebagai contoh, jika pencetusnya berupa susu, hindari semua makanan dan minuman yang mengandung susu.
Selain itu, melakukan beberapa hal berikut juga dapat membantu:
- Bersihkan secara berkala perlengkapan tidur. Ganti seprai dan sarung bantal guling minimal 2 minggu sekali.
- Gunakan selimut saat tidur, khususnya jika tidak tahan dengan udara dingin.
- Bersihkan rumah secara rutin.
- Gunakan pelembab untuk membantu menjaga kelembaban kulit dan mencegah kulit kering yang dapat memperburuk dermatitis atopik.
- Gunakan sabun atau pembersih yang lembut dan bebas pewangi agar kulit tidak teriritasi.
- Stres dapat memperburuk gejala dermatitis, oleh karena itu penting untuk mengelola stres dengan baik. Misalnya dengan teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.
- Hindari mengonsumsi makanan yang dapat memicu gejala.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila kamu mengalami gejala-gejala yang mungkin menjadi pertanda dermatitis atopik, segera temui dokter. Kamu juga bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai gejala tersebut melalui aplikasi Halodoc.
Halodoc juga menyediakan fitur Toko Kesehatan Halodoc, yang bisa kamu gunakan untuk membeli obat dan suplemen kesehatan tubuh lainnya.
Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Diperbarui pada 17 Januari 2025.
Referensi:
American Academy of Dermatology. Diakses pada 2025. Atopic Dermatitis.
Cochrane Database of Systematic Reviews. Diakses pada 2025. Probiotics for Prevention and Treatmenet of Atopic Dermatitis.
Dermatologic Clinics. Diakses pada 2025. Diet and Dermatology.
European Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 2025. Dietary omega-3 fatty acids in the Management of Atopic Dermatitis: A Review of Clinical Studies.
Journal of Clinical Dermatology. Diakses pada 2025. The Role of Vitamin D in Atopic Dermatitis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Atopic Dermatitis (Eczema).
National Eczema Association. Diakses pada 2025. Eczema and Stress.
Nutrition in Clinical Practice. Diakses pada 2025. Zinc Deficiency and its Role in Inflammatory Skin Disorders.
WebMD. Diakses pada 2025. Eczema (Atopic Dermatitis).
Frequently Asked Questions
1. Dermatitis atopik terjadi karena apa?
Dermatitis atopik sebenarnya bisa terjadi karena beberapa hal seperti faktor genetik, kondisi lingkungan, dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Beberapa hal tersebut juga bisa saling berkaitan untuk menimbulkan gejala dermatitis atopik.
2. Dermatitis atopik apakah bisa hilang?
Dermatitis atopik mungkin tidak bisa hilang sepenuhnya, tetapi dengan pengelolaan dan perawatan yang tepat, banyak pengidapnya yang bisa mencapai periode tanpa gejala atau remisi.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin untuk menemukan perawatan yang efektif.
3. Dermatitis atopik tidak boleh makan apa?
Makanan-makanan yang dapat memicu alergi seperti susu, telur, kacang. Hindari pula makanan yang mengandung histamin tinggi seperti makanan fermentasi, makanan pedas dan berlemak, makanan yang mengandung gula tinggi, dan makanan yang mengandung aditif dan pengawet,
4. Dermatitis atopik diobati dengan apa?
Dermatitis atopik biasanya melibatkan kombinasi perawatan topikal (dioleskan langsung pada kulit) dan perubahan gaya hidup. Untuk kasus ringan, biasanya pelembab dan kortikosteroid cukup efektif. Namun, untuk kasus parah, diperlukan terapi biologis atau fototerapi untuk membantu penyembuhan.