Cedera Hamstring
DAFTAR ISI
- Apa Itu Cedera Hamstring?
- Faktor Risiko Cedera Hamstring
- Penyebab Cedera Hamstring
- Gejala Cedera Hamstring
- Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Cedera Hamstring
- Diagnosis Cedera Hamstring
- Pengobatan Cedera Hamstring
- Pencegahan Cedera Hamstring
Apa Itu Cedera Hamstring?
Cedera hamstring merupakan cedera yang menimpa tiga kelompok otot utama dari aspek posterior paha yang ada bagian belakang. Ketiga kelompok otot tersebut, yaitu semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris.
Otot-otot ini tidak terlalu banyak digunakan saat seseorang berdiri atau berjalan. Otot hamstring akan sangat aktif ketika seseorang melakukan aktivitas yang menuntut seseorang membengkokkan tungkai kaki, seperti berlari, melompat, dan memanjat.
Dengan melakukan aktivitas fisik melebihi batas, risiko cedera hamstring semakin tinggi. Untuk menurunkan risiko cedera hamstring, diperlukan peregangan otot dan latihan penguatan otot secara rutin.
Faktor Risiko Cedera Hamstring
Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang lebih berisiko mengalami cedera hamstring, antara lain:
- Usia, orang lanjut usia lebih sering mengalami otot hamstring tertarik.
- Pernah cedera sebelumnya.
- Saraf punggung bawah yang terjepit.
- Melakukan aktivitas olahraga yang berlebihan.
- Kelelahan dan kondisi kesehatan yang buruk.
Penyebab Cedera Hamstring
Cedera hamstring disebabkan oleh otot-otot pada bagian belakang paha yang tertarik melebihi kemampuannya. Hal ini dapat terjadi saat seseorang melakukan gerakan mendadak seperti lari cepat, melompat, atau menerjang secara tiba-tiba.
Selain itu, cedera hamstring dapat juga terjadi ketika seseorang melakukan gerakan pelan tapi menarik otot belakang paha secara berlebihan. Jika seseorang pernah mengidap cedera hamstring, ia punya risiko lebih besar untuk terkena cedera yang sama.
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terkena cedera hamstring adalah:
- Kelenturan otot yang buruk. Hal ini bisa menyebabkan otot tidak mampu menahan beban aktivitas tertentu yang memerlukan kelenturan otot.
- Perkembangan otot tidak seimbang. Beberapa ahli menyatakan bahwa jika otot-otot paha bagian depan berkembang menjadi lebih kuat, otot-otot paha bagian belakang (hamstring) lebih rentan mengalami cedera.
- Olahraga, lari cepat jarak pendek atau berdansa menuntut otot hamstring meregang lebih banyak. Ini akan membuat risiko terkena cedera hamstring lebih besar.
- Riwayat cedera hamstring. Jika seseorang pernah terkena cedera hamstring, ia memiliki risiko lebih besar untuk terkena lagi.
Gejala Cedera Hamstring
Biasanya, gejala cedera hamstring bergantung pada seberapa parah kondisi yang dialami. Berikut rincian gejalanya berdasarkan tingkat keparahan:
- Tingkat 1: Otot-otot hamstring hanya tertarik ringan atau menegang. Kaki yang cedera masih dapat menanggung beban. Biasanya, masa penyembuhan hanya beberapa hari.
- Tingkat 2: Robeknya sebagian otot-otot hamstring. Terasa lebih nyeri, tampak bengkak, memar, dan kaki yang cedera lebih lemah saat menahan beban. Masa penyembuhan bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan.
- Tingkat 3: Seluruh otot-otot hamstring robek. Sangat nyeri, bengkak, memar, terasa sensasi robekan saat cedera, dan kaki tidak dapat digunakan sama sekali untuk berjalan. Masa penyembuhan bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Cedera Hamstring
Jika kamu atau orang terdekat mengalami cedera hamstring seperti di atas, jangan abaikan dan segera hubungi dokter spesialis orthopaedi di Halodoc.
Berikut beberapa dokter yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 7 tahun yang bisa kamu hubungi.
Dokter-dokter ini telah mendapatkan penilaian terbaik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani sehingga kamu tak perlu ragu untuk menghubunginya:
Itulah berbagai daftar dokter spesialis orthopaedi yang bisa kamu hubungi.
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Cedera Hamstring
Diagnosis cedera hamstring ditentukan berdasarkan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan pemindaian, seperti X-ray dan Magnetic resonance imaging (MRI).
MRI juga bisa membantu dokter untuk membantu diagnosis cedera hamstring, meskipun bukan merupakan suatu keharusan.
Pengobatan Cedera Hamstring
Penanganan utama untuk cedera hamstring berfokus pada pengurangan rasa sakit dan pembengkakan di area yang terluka.
Namun, penting untuk diingat bahwa perawatan alternatif seperti pijat atau urut sebaiknya dihindari tanpa panduan dokter, karena bisa memperburuk cedera atau menyebabkan komplikasi tambahan.
Sebagai langkah awal, kompres dingin bisa digunakan untuk meredakan rasa sakit. Jika rasa nyeri terus berlanjut, segera periksakan kondisi ke dokter.
Berikut adalah beberapa metode perawatan yang disarankan oleh tenaga medis:
1. Penanganan Mandiri
Bagi pengidap cedera hamstring ringan, metode RICE (rest, ice, compression, and elevation) bisa diterapkan:
- Rest: Istirahat yang cukup dan hindari aktivitas yang memicu cedera.
- Ice: Gunakan kompres dingin pada area cedera selama 10–15 menit setiap 2–3 jam.
- Compression: Balut area yang terluka dengan perban untuk mengurangi bengkak dan pergerakan.
- Elevation: Letakkan paha lebih tinggi dari jantung dengan menumpuk bantal saat berbaring.
2. Obat-Obatan
Dokter biasanya juga akan meresepkan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti naproxen atau ibuprofen, untuk meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan.
3. Fisioterapi
Setelah nyeri dan bengkak berkurang, kamu mungkin disarankan untuk melakukan fisioterapi agar fungsi otot kembali normal.
Fisioterapi ini juga bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot hamstring.
4. Operasi
Jika terjadi robekan pada otot hamstring atau otot terlepas sepenuhnya dari tulang panggul atau lutut akibat tarikan hebat, operasi menjadi pilihan.
Kondisi ini serius dan memerlukan tindakan medis segera untuk menghubungkan kembali otot yang lepas.
Pencegahan Cedera Hamstring
Agar otot tak rentan terhadap cedera, biasakan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga.
Biasakan juga untuk berjalan kaki atau joging agar otot kaki tidak “kaget” saat berjalan kaki dalam jarak jauh dan dalam waktu yang lama.
Pola makan yang seimbang dan asupan cairan yang cukup juga sangat penting untuk menghindari ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi.
Dehidrasi bisa menyebabkan kram otot, sehingga meningkatkan risiko cedera otot. Beberapa ahli juga menganjurkan konsumsi suplemen nutrisi, seperti antioksidan.
Referensi: