Body Dysmorphic Disorder
Apa Itu Body Dysmorphic Disorder?
Gangguan dismorfik tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan kesehatan mental ketika seseorang tidak bisa berhenti memikirkan kekurangan yang dalam penampilannya.
Padahal, kekurangan ini tampak kecil atau tidak terlihat, bahkan tidak menjadi perhatian besar bagi orang lain. Namun, pengidap akan merasa sangat malu, gelisah, dan cemas sehingga menghindari banyak situasi sosial.
Ketika memiliki gangguan ini, seseorang akan sangat fokus pada penampilan dan citra tubuh sendiri. Mereka akan berulang kali melihat bayangan pada cermin, berdandan atau mengoreksi sesuatu. Terkadang, hal ini dapat terjadi selama selama berjam-jam setiap hari.
Kekurangan yang mereka rasakan dan perilaku berulang menyebabkan pengidap mengalami kesulitan yang signifikan. Tak jarang, hal ini akan memengaruhi aktivitas sehari-hari pengidap.
Selain itu, pengidap akan mencari berbagai prosedur kosmetik untuk mencoba “memperbaiki” kekurangan yang mereka rasakan. Setelah itu, mereka akan merasakan kepuasan sementara.
Sayangnya, kecemasan sering kali terjadi kembali dan pengidap dapat melanjutkan mencari cara lain untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi.
Penyebab Body Dysmorphic Disorder
Sayangnya, para ahli belum mengetahui dengan pasti apa yang menjadi penyebab body dysmorphic disorder.
Namun, para ahli menduga masalah mental ini terjadi karena gabungan dari banyak faktor berikut:
- Genetik. Studi menyebutkan, BDD lebih sering terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat kesehatan yang sama. Meski begitu, belum pasti apakah kelainan ini muncul karena kondisi genetik atau gabungan antara lingkungan serta pola asuh.
- Kelainan pada struktur otak. Kelainan yang terjadi pada struktur otak maupun senyawa yang terdapat pada bagian dalamnya juga dapat menjadi penyebab gangguan ini.
- Lingkungan. Penilaian yang tidak baik dari lingkungan terhadap citra diri pengidap, trauma masa lalu dan pengalaman buruk seperti menerima perlakukan body shaming, juga dapat memicu terjadinya body dysmorphic disorder.
Faktor Risiko Body Dysmorphic Disorder
Body dysmorphic disorder biasanya terjadi pada awal masa remaja dan memengaruhi semua jenis kelamin.
Meski begitu, ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi kelainan mental ini, yaitu:
- Memiliki keluarga dengan kelainan yang sama atau obsesif-kompulsif.
- Pengalaman hidup yang negatif, seperti ejekan, penelantaran, atau pelecehan masa kanak-kanak.
- Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti perfeksionisme.
- Tekanan sosial atau ekspektasi kecantikan.
- Memiliki kondisi kesehatan mental lain, seperti kecemasan, depresi atau anoreksia nervosa.
Gejala Body Dysmorphic Disorder
Secara umum, tanda dan gejala body dysmorphic disorder, antara lain:
- Menjadi sangat sibuk dengan kekurangan yang muncul dalam penampilan yang bagi orang lain tidak terlihat atau tampak kecil.
- Keyakinan yang kuat bahwa memiliki cacat penampilan yang membuat tubuh terasa jelek atau kurang.
- Perasaan yakin bahwa orang lain memperhatikan penampilan diri mereka secara negatif atau mengejeknya.
- Terlibat dalam perilaku yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyembunyikan kekurangan yang muncul yang sulit dikendalikan, seperti sering bercermin.
- Mencoba menyembunyikan kekurangan yang mereka rasakan dengan gaya, riasan, atau pakaian.
- Terus-menerus membandingkan penampilan dirinya dengan orang lain.
- Sering mencari kepastian tentang penampilan dirinya dari orang lain.
- Memiliki kecenderungan perfeksionis.
- Mencari prosedur kosmetik dengan sedikit kepuasan.
- Menghindari situasi sosial.
Fokus dengan penampilan dan pikiran berlebihan serta perilaku berulang dapat menjadi hal yang tidak diinginkan, sulit dikendalikan, dan sangat memakan waktu sehingga dapat menyebabkan tekanan atau masalah besar dalam kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, atau fungsi lainnya.
Pengidap gangguan ini terlalu fokus pada satu atau lebih bagian tubuhnya. Bagian yang mereka fokuskan juga bisa berubah seiring waktu.
Namun, area paling umum yang cenderung membuat pengidapnya sering merasa kurang, antara lain:
- Wajah, seperti hidung, kulit wajah, kerutan, jerawat dan noda lainnya.
- Rambut, seperti penampilan, penipisan, dan kebotakan.
- Penampilan kulit dan vena.
- Ukuran payudara.
- Ukuran dan massa otot.
- Alat kelamin.
Suatu bentuk fokus membangun tubuh menjadi terlalu kecil atau tidak cukup berotot (dismorfia otot) terjadi hampir secara eksklusif pada laki-laki.
Namun, wawasan tentang gangguan mental ini dapat sangat bervariasi.
Seseorang mungkin menyadari bahwa keyakinan tentang kekurangan yang mereka rasakan berlebihan atau tidak benar, berpikir bahwa itu benar, atau benar-benar yakin bahwa hal tersebut benar.
Semakin yakin seseorang akan keyakinan dirinya, semakin banyak kesusahan dan gangguan yang nantinya mereka alami dalam hidupnya.
Diagnosis Body Dysmorphic Disorder
Proses diagnosis BDD melibatkan serangkaian evaluasi oleh psikolog maupun psikiater. Berikut langkah-langkahnya:
1. Wawancara Klinis
Pertama, dokter akan melakukan wawancara klinis dengan orang yang diduga mengidap BDD.
Selama proses ini, dokter akan meminta pasien untuk membicarakan perasaan, pikiran, dan perilakunya serta persepsi mereka tentang penampilan fisik.
2. Kriteria diagnostik
Selanjutnya, dokter akan mengacu pada Kriteria Diagnostik yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa (DSM-5).
Apabila pasien memenuhi kriteria tersebut, maka ia ditetapkan mengalami BDD.
3. Memeriksa riwayat kesehatan
Dokter juga perlu mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan mental dan medis pasien.
Mereka juga perlu mencari tahu apakah ada gangguan lain yang mungkin terkait atau berkontribusi pada gejala BDD.
4. Pemeriksaan fisik
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan fisik untuk mengesampikan kemungkinan penyakit lain yang gejalanya serupa dengan BDD.
5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
Diagnosis BDD sering melibatkan kerja sama antara profesional kesehatan mental, seperti dokter umum atau spesialis lain jika diperlukan.
Tujuannya untuk memastikan bahwa semua aspek kesehatan individu diperhitungkan secara matang.
Pengobatan Body Dysmorphic Disorder
Adapun perawatan untuk gangguan kesehatan ini sering kali mencakup kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan.
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif berfokus pada:
- Membantu pengidap mempelajari bagaimana pikiran negatif, reaksi emosional, dan perilaku mempertahankan masalah dari waktu ke waktu.
- Menantang pikiran negatif otomatis tentang citra tubuh pasien dan mempelajari cara berpikir yang lebih fleksibel.
- Mempelajari cara-cara alternatif untuk menangani dorongan atau ritual untuk membantu mengurangi pemeriksaan cermin atau pencarian kepastian.
- Mengajari pengidap perilaku lain untuk meningkatkan kesehatan mental, seperti mengatasi penghindaran sosial.
Pengidap dan terapis dapat berbicara tentang tujuan terapi dan mengembangkan rencana perawatan untuk mempelajari dan memperkuat keterampilan mekanisme koping.
Ini melibatkan anggota keluarga dalam pengobatan sangat penting, terutama bagi remaja.
Baca artikel 5 Manfaat Terapi Kognitif bagi Pengidap Gangguan Kesehatan Mental untuk mengetahui apa saja manfaat melakukan terapi ini untuk menyembuhkan masalah kesehatan mental.
2. Obat-Obatan
Meskipun tidak ada obat yang secara khusus mendapatkan persetujuan dari U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati masalah ini, pilihan obat untuk mengatasi kondisi kesehatan mental lain, seperti depresi dan gangguan obsesif-kompulsif mungkin cukup efektif.
Berikut beberapa jenis obatnya:
- Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRI). Masalah ini sebagian muncul karena masalah yang berkaitan dengan serotonin kimia otak, dokter mungkin akan meresepkan obat golongan SSRI. Obat golongan ini tampaknya lebih efektif untuk mengatasi kelainan tubuh tersebut daripada antidepresan lain serta dapat membantu mengendalikan pikiran negatif dan perilaku berulang.
- Obat lain. Dalam beberapa kasus, pengidap mendapat manfaat dari minum obat lain selain SSRI, tergantung pada gejala yang terjadi.
3. Rawat Inap di Rumah Sakit
Dalam beberapa kasus, gejala Body Dysmorphic Disorder sangat parah sehingga pengidap memerlukan rawat inap psikiatri.
Dokter umumnya menyarankan hal ini jika pengidap tidak dapat memenuhi tanggung jawab sehari-hari atau berada dalam bahaya langsung untuk melukai diri sendiri.
4. Perubahan Gaya Hidup
Body Dysmorphic Disorder memerlukan perawatan dari profesional kesehatan mental. Namun, pengidap dapat melakukan beberapa hal untuk rencana perawatan, seperti:
- Tetap ikuti rencana perawatan. Jangan melewatkan sesi terapi. Bahkan jika kamu sudah merasa sehat, teruslah minum obat. Jika berhenti, gejalanya bisa kembali.
- Pelajari tentang gangguan yang muncul. Edukasi yang berhubungan dengan gangguan ini dapat memberdayakan dan memotivasi pengidap untuk tetap berpegang pada rencana perawatan.
- Perhatikan tanda bahaya. Bekerjasamalah dengan dokter atau terapis untuk mempelajari apa yang memicu gejala. Buatlah rencana sehingga tahu apa yang harus kamu lakukan jika gejala kembali. Hubungi dokter atau terapis jika melihat adanya perubahan gejala atau perasaan.
- Hindari narkoba dan alkohol. Sebab, alkohol dan obat-obatan rekreasional dapat memperburuk gejala atau berinteraksi dengan obat-obatan.
- Tetap aktif. Aktivitas fisik dan olahraga dapat membantu mengelola banyak gejala, seperti depresi, stres, dan kecemasan. Misalnya, jalan kaki, jogging, berenang, berkebun, atau melakukan aktivitas fisik lain. Namun, hindari olahraga berlebihan sebagai cara untuk memperbaiki kekurangan yang muncul.
Selain itu, penting untuk orang tua mengetahui bagaimana cara tepat menangani kondisi Body Dysmorphic Disorder pada remaja.
Jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog di Halodoc✔️ yang ahli dalam menangani berbagai masalah kesehatan mental.
Klik gambar di bawah ini untuk terhubung dengan ahlinya.
Pencegahan Body Dysmorphic Disorder
Sayangnya, tidak ada cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah body dysmorphic disorder.
Namun, gangguan ini sering terjadi pada usia remaja awal, sehingga mengidentifikasi lebih dini dan memulai pengobatan akan sangat bermanfaat.
Selain itu, perawatan pemeliharaan jangka panjang juga membantu mencegah kekambuhan gejala gangguan mental ini.
Sebab, kondisi ini tak hanya berpengaruh pada kondisi mental, tetapi juga fisik pengidapnya. Maka dari itu, kenali lebih lanjut Pengaruh Body Dysmorphic Disorder pada Kesehatan Fisik.
Kapan Harus ke Dokter?
Rasa malu tentang penampilan akan membuat seseorang tidak mencari pengobatan untuk gangguan kesehatan ini.
Namun, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal memiliki tanda atau gejala, hubungi profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater di Halodoc yang tersedia 24 jam.
Selain itu, masalah ini biasanya tidak membaik dengan sendirinya. Jika tidak mendapat penanganan, kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu, menyebabkan kecemasan, depresi berat, bahkan pikiran dan perilaku untuk bunuh diri.