Azoospermia
Pengertian Azoospermia
Azoospermia adalah kondisi ketika air mani pria tidak mengandung sperma. Kondisi ini dialami 1 persen pria di seluruh dunia dan menyebabkan infertilitas. Sebanyak 10 sampai 15 persen pria tidak subur terdeteksi azoospermia.
Dua jenis utamanya, yakni:
1. Obstruktif
Jenis obstruktif dipicu oleh penyumbatan atau putusnya sambungan di area epididimis, vas deferens, atau di tempat lain di sepanjang saluran reproduksi. Kondisi ini menghambat keluarnya sperma, sehingga tidak ada jumlah yang terdeteksi dalam air mani.
2. Non-obstruktif
Jenis non-obstruktif dipicu oleh kualitas sperma yang buruk akibat cacat pada struktur atau fungsi testis. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyakit tertentu.
Penyebab Azoospermia
Penyebab penyakit diklasifikasikan berdasarkan jenisnya:
1. Azoospermia Obstruktif
Penyebab umumnya yakni masalah pada:
- Epididimis, yakni tabung melingkar di bagian belakang testis.
- Vas deferens, yakni tabung yang mengangkut sperma dari epididimis.
- Saluran ejakulasi, yakni tabung tempat sperma keluar menuju uretra dan bercampur dengan cairan pembentuk air mani.
Penyebab lainnya, meliputi:
Penyumbatan epididimis
Beberapa kondisi dapat menyebabkan penyumbatan pada epididimis, seperti infeksi, peradangan, dan trauma atau cedera skrotum. Lainnya, fibrosis kistik, yakni kelain genetik langka yang memicu penyumbatan atau perkembangan abnormal. Gangguan menyebabkan penebalan sekresi dan memicu penumpukan sperma.
Pembedahan pada vas deferens
Prosedurnya disebut dengan vasektomi. Caranya dengan memotong atau menjepit vas deferens guna menghentikan aliran sperma. Namun, ada kondisi lain yang dapat memiliki dampak yang sama:
- Trauma atau cedera. Contohnya, perbaikan hernia dan prosedur untuk mengatasi sumbatan serta sambungan.
- Penyumbatan saluran ejakulasi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi, trauma, dan prosedur operasi sebelumnya.
2. Azoospermia Non-obstruktif
Beberapa penyebab jenis non-obstruktif, antara lain:
Genetika
Gangguan dan mutasi genetik dari orang tua bisa menyebabkan masalah azoospermia yang berisiko menyebabkan ketidaksuburan.
Penghapusan kromosom Y
Kromosom Y mengandung banyak gen penting untuk sperma. Penghapusan kromosom menyebabkan kasus azoospermia sebanyak 10 persen. Faktanya, setiap anak laki-laki yang lahir dari ayah dengan penghapusan kromosom Y akan mewarisi cacat tersebut.
Kelainan kariotipe
Kelainan ini menyebabkan peningkatan kromosom X yang berdampak pada sindrom Klinefelter. Gangguan ini menyebabkan penurunan fungsi testis, jumlah sperma, dan kadar testosteron dalam tubuh.
Radiasi dan racun
Paparan zat tertentu, seperti logam berat, kemoterapi, pestisida, dan radioterapi meningkatkan risiko azoospermia.
Obat-obatan
Salah satu contohnya adalah testosteron. Konsumsi dalam jumlah berlebihan tidak akan membantu memperbaiki fungsi reproduksi pria, justru meningkatkan risiko azoospermia.
Varikokel
Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah vena di skrotum. Gangguan ini dapat menurunkan produksi sperma dan kualitasnya.
Faktor Pemicu Azoospermia
Beberapa faktor pemicu yang bisa menurunkan kualitas sperma, antara lain:
- Gangguan tiroid.
- Hiperprolaktinemia, yakni peningkatan hormon prolaktin.
- Kelainan genetik.
- Infeksi.
- Kelainan saluran sperma.
Gejala Azoospermia
Gejala yang terkait, meliputi:
- Penurunan hasrat seksual.
- Disfungsi ereksi.
- Benjolan, pembengkakan, atau ketidaknyamanan di sekitar testis.
- Penurunan produksi rambut di area wajah dan tubuh.
Diagnosis Azoospermia
Pertama-tama, dokter akan membantu mendeteksi riwayat gangguan kesehatan dengan bertanya seputar masalah itu. Tim medis akan mengajukan pertanyaan seputar:
- Keberhasilan atau kegagalan memiliki keturunan di masa lalu.
- Penyakit yang dialami saat masa kecil.
- Cedera atau operasi di daerah panggul.
- Infeksi saluran kemih atau reproduksi.
- Riwayat infeksi menular seksual.
- Paparan radiasi atau kemoterapi.
- Obat yang dikonsumsi saat ini dan sebelumnya.
- Riwayat penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
- Riwayat keluarga cacat lahir, ketidakmampuan belajar, kegagalan reproduksi atau cystic fibrosis.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti:
- Memeriksa bentuk tubuh dan alat reproduksi.
- Memeriksa keberadaan vas deferens.
- Memeriksa kelembutan atau pembengkakan epididimis.
- Memeriksa ukuran testis.
- Memeriksa adanya penyumbatan saluran ejakulasi.
Sementara pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, antara lain:
- Pengukuran kadar testosteron dan hormon perangsang folikel.
- Pengujian genetik.
- Rontgen atau ultrasonografi (USG) organ reproduksi untuk melihat adanya masalah dengan bentuk dan ukurannya.
- Tes pencitraan otak untuk mengidentifikasi gangguan hipotalamus atau kelenjar hipofisis.
- Biopsi atau pengambilan sampel jaringan testis.
Pengobatan Azoospermia
Langkah pengobatan akan tergantung dari jenis penyakitnya.
1. Obstruktif
Gangguan dapat diatasi dengan menghubungkan atau merekonstruksi tabung atau saluran sperma melalui prosedur pembedahan. Perawatan dan pengobatan hormonal juga dapat membantu. Langkah ini dilakukan jika penyebab utamanya adalah penurunan produksi hormon dalam tubuh.
2. Non-obstruktif
Pada jenis ini, pengidap mungkin saja tidak menanggapi pengobatan. Jika masih ingin memiliki momongan, mereka bisa melalui fertilisasi in vitro atau injeksi sperma intracytoplasmic. Prosedurnya dilakukan dengan mengekstraksi sperma dari testis menggunakan jarum kecil.
Sementara langkah perawatan rumahan yang dapat menunjang keberhasilan pengobatan, antara lain:
- Mengonsumsi makanan padat nutrisi untuk mendorong produksi sperma.
- Berolahraga secara teratur guna membantu meningkatkan kadar testosteron.
- Yoga atau meditasi untuk menurunkan kadar stres dalam tubuh. Kortisol (hormon stres) bisa berdampak pada penurunan produksi testosteron.
Komplikasi Azoospermia
Komplikasi utama pada pengidap adalah tidak dapat memiliki keturunan. Kondisi ini bisa berdampak pada stres atau depresi berkepanjangan. Sementara itu, komplikasi berupa perdarahan bisa saja terjadi akibat prosedur medis yang dilakukan untuk mengatasi azoospermia.
Pencegahan Azoospermia
Pengidap dapat melakukan beberapa langkah ini guna meningkatkan kualitas sperma:
- Membatasi aktivitas atau olahraga berat. Sebab, kegiatan itu dapat membahayakan testis dan saluran reproduksi.
- Membatasi paparan radiasi.
- Hindari aktivitas yang dapat membuat testis terkena suhu tinggi, seperti sauna atau mandi uap.
Kapan ke Dokter?
Silakan tanya dokter melalui Halodoc jika memiliki gejala di atas. Diagnosis yang tepat dapat meminimalisir komplikasi yang berdampak pada masalah kesejahteraan mental. Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.