Atelektasis
DAFTAR ISI
- Apa itu Atelektasis?
- Faktor Risiko Atelektasis yang Harus diwaspadai
- Penyebab Atelektasis
- Jenis-Jenis Atelektasis
- Gejala Atelektasis
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Atelektasis
- Diagnosis Atelektasis
- Pengobatan Atelektasis
- Pencegahan Atelektasis
Apa itu Atelektasis?
Atelektasis adalah kondisi yang terjadi karena bagian bernama alveolus yang ada di paru-paru tidak tidak terisi udara. Alhasil, paru-paru gagal atau tidak mengembang secara sempurna.
Normalnya, pernapasan yang efektif berlangsung sejak hidung menghirup udara, hingga udara masuk ke saluran pernapasan, yaitu bronkus, bronkiolus, dan mencapai alveoli.
Kemudian dari alveoli, udara akan masuk ke dalam pembuluh darah dan kandungan oksigen dari udara akan dialirkan ke seluruh tubuh.
Untuk dapat berfungsi normal, alveoli perlu untuk selalu berada dalam keadaan terbuka, sehingga udara yang mengandung oksigen dapat masuk dan mengalir ke pembuluh darah.
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti cairan surfaktan (untuk mempertahankan tegangan permukaan), aktivitas bernapas yang kontinyu (untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka), pernapasan dalam (untuk mendorong pelepasan surfaktan ke alveoli), dan batuk (untuk membersihkan saluran napas dari lendir).
Atelektasis sebenarnya bukanlah sebuah penyakit, tapi merupakan gambaran radiologis yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit.
Apabila tidak ditangani, maka kondisi ini dapat mengakibatkan kekurangan oksigen di dalam tubuh dan infeksi, seperti pneumonia.
Faktor Risiko Atelektasis yang Harus Diwaspadai
Atelektasis dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin maupun ras.
Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini, antara lain:
- Berusia 60 tahun atau lebih.
- Bayi lahir prematur.
- Selesai menjalani operasi.
- Memiliki penyakit paru.
Penyebab Atelektasis
Atelektasis dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang menghambat paru-paru mengembang dengan sempurna.
Salah satu penyebab utamanya adalah sumbatan di saluran pernapasan.
Lendir yang menumpuk secara berlebihan, terutama setelah operasi ketika batuk menjadi sulit, dapat menyumbat aliran udara.
Selain itu, atelektasis juga dapat disebabkan oleh kondisi berikut:
- Mainan kecil atau makanan yang tersangkut di saluran pernapasan, khususnya pada anak kecil.
- Tumor dalam atau di sekitar paru-paru.
- Efusi pleura.
- Pneumotoraks.
- Pneumonia.
- Komplikasi pascaoperasi besar, terutama pada dada, perut, dan paru-paru.
- Pukulan keras, patah tulang rusuk, atau luka dada akibat kecelakaan.
- Pasien yang memerlukan alat bantu pernapasan.
Penyakit yang memengaruhi otot-otot pernapasan, seperti distrofi otot atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS), juga dapat menyebabkan paru-paru sulit mengembang secara optimal, sebab otot yang seharusnya membantu pernapasan berada dalam kondisi lemah.
Jenis-Jenis Atelektasis
Atelektasis merupakan kondisi saat paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna.
Ada tiga jenis atelektasis yang paling umum terjadi, yaitu sebagai berikut:
1. Atelektasis Resorptif atau Obstruktif
Jenis ini terjadi ketika karbon dioksida dan oksigen keluar dari alveoli (kantung udara kecil di paru-paru), tetapi udara baru tidak masuk. Akibatnya, alveoli menjadi kolaps.
Atelektasis obstruktif khususnya terjadi ketika ada sesuatu yang menghalangi saluran napas, sehingga udara tidak bisa mencapai alveoli.
Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh lendir tebal, benda asing, atau bahkan tumor.
2. Atelektasis Kompresif
Atelektasis kompresif adalah kondisi dimana paru-paru menjadi tertekan hingga kolaps.
Tekanan ini bisa disebabkan oleh adanya tumor, cairan yang menumpuk (seperti pada efusi pleura), udara yang masuk ke rongga dada (pneumotoraks), atau darah.
3. Atelektasis Kontraksi
Jenis ini juga dikenal dengan atelektasis cicatricial, yang terjadi saat jaringan paru-paru mengalami luka atau bekas luka (jaringan parut).
Bekas luka ini membuat alveoli sulit mengembang dan menahan udara seperti seharusnya.
Kondisi ini sering kali diakibatkan oleh penyakit paru-paru yang serius, seperti fibrosis (penebalan jaringan paru-paru) atau tuberkulosis.
Selain itu, terdapat beberapa kasus atelektasis lainnya, yang meliputi:
5. Atelektasis Adhesif
Alveoli (kantung udara kecil di paru-paru) dilapisi oleh cairan khusus yang mengandung surfaktan paru, yang berfungsi menjaga alveoli tetap stabil dan bekerja dengan baik.
Jika tubuh tidak menghasilkan cukup surfaktan, alveoli bisa kolaps.
Inilah kondisi yang disebut atelektasis adhesif dan bisa disebabkan oleh masalah paru-paru yang serius, seperti sindrom gangguan pernapasan atau memar pada paru-paru (pulmonary contusion).
6. Atelektasis Akselerasi
Atelektasis ini dialami oleh pilot jet saat mereka terbang dengan kecepatan tinggi ke atas (mencapai 5-9 kali gaya gravitasi/G-force).
Percepatan ini dapat menyebabkan saluran napas tertutup, membuat sulit bernapas, serta menimbulkan nyeri dada dan batuk.
7. Atelektasis Bulat
Jenis ini berhubungan dengan penyakit pleura, yaitu kondisi yang memengaruhi jaringan tipis yang melapisi rongga dada dan mengelilingi paru-paru.
Salah satu penyebab umum adalah asbestosis, penyakit yang terjadi akibat menghirup serat asbes dalam jangka waktu lama yang merusak pleura.
8. Atelektasis Linear
Atelektasis linear ditandai dengan paru-paru kolaps dalam bentuk garis lurus. Biasanya terjadi ketika saluran udara tersumbat dan juga dikenal sebagai atelektasis discoid, plate, atau band.
Jika seseorang sering mengalami atelektasis linear tanpa menunjukkan gejala, hal ini bisa menjadi tanda awal kanker paru-paru.
Gejala Atelektasis
Keluhan yang mungkin dialami oleh pengidap atelektasis dapat bervariasi, mulai dari tidak ada keluhan sama sekali, hingga keluhan yang berat tergantung pada jumlah alveoli yang terkena.
Semakin banyak jumlah alveoli yang terkena, maka semakin besar kemungkinan munculnya gejala, seperti:
- Sesak napas.
- Nyeri dada, terutama saat bernapas dalam atau batuk.
- Napas menjadi cepat.
- Detak jantung meningkat.
- Kulit pada tubuh, bibir, ujung jari tangan, dan kaki menjadi kebiruan.
Apabila atelektasis disertai dengan infeksi paru, bisa terjadi gejala tambahan berupa batuk produktif dan demam.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Atelektasis
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala atelektasis, sebaiknya segera periksakan pada dokter di Halodoc.
Dokter spesialis berikut ini mempunyai pengalaman lebih dari 7 tahun, sehingga mereka mampu memberikan penanganan yang lebih akurat.
Tak perlu khawatir, sebab mereka juga telah mendapat rating yang baik dari pasien-pasien sebelumnya yang mereka tangani.
Berikut ini daftar rekomendasinya:
1. dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P
Kamu bisa menghubungi dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P, seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2014 dan Universitas Airlangga tahun 2021.
Saat ini, ia berpraktik di Badung, Bali dan tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan nomor STR 3511604321153128.
Dengan pengalaman 11 tahun sebagai dokter spesialis paru, dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P siap membantu kamu dalam mengobati gejala atelektasis.
Ia juga mampu melayani konsultasi seputar gangguan pada paru-paru lainnya, termasuk TBC, ISPA, Covid-19, serta batuk kronis.
Chat dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P Mulai dari Rp55.000,- di Halodoc.
2. dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P
Dokter rekomendasi selanjutnya yaitu dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang pada 2014 dan Universitas Brawijaya pada 2023.
Dokter Silvy Amalia Falyani Sp.P telah tercatat sebagai anggota aktif Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan nomor STR QX00001140799033 dan kini menjalani praktik di Malang, Jawa Timur.
Berbekal pengalaman selama 8 tahun, dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P mampu memberikan layanan konsultasi di Halodoc terkait gejala atelektasis.
Chat dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P Mulai dari Rp55.000,- di Halodoc.
Dokter spesialis paru tersebut siap membantu kamu dalam menangani gejala atelektasis.
Tenang, dengan Halodoc, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter kapan saja dan di mana saja.
Kamu juga tak perlu khawatir jika dokter terlihat sedang offline atau tidak tersedia. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Atelektasis
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis atelektasis, meliputi:
- Pemeriksaan riwayat penyakit dan keluhan.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemeriksaan kadar oksigen darah dengan menggunakan oksimeter. Alat ini akan dipasangkan pada ujung jari.
- Pemeriksaan kadar oksigen, karbondioksida, dan kimia darah dengan pemeriksaan gas darah.
- Pemeriksaan rontgen dada. Pemeriksaan ini dapat melihat kondisi atelektasis secara umum.
- Pemeriksaan CT Scan. Melalui pemeriksaan ini, kemungkinan penyebab atelektasis, seperti tumor atau massa lainnya bisa diketahui.
- Pemeriksaan bronkoskopi. Pemeriksaan ini untuk melihat adanya sumbatan pada jalan napas. Dokter akan memasukkan kamera dengan menggunakan alat khusus melalui hidung atau mulut, hingga ke paru-paru.
Pengobatan Atelektasis
Umumnya, atelektasis skala ringan dapat pulih secara alami tanpa memerlukan pengobatan medis secara khusus.
Akan tetapi, untuk pasien yang mengalami atelektasis berat, terutama yang disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu, diperlukan penanganan medis yang lebih intensif.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang biasa diterapkan untuk menangani atelektasis:
1. Terapi Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan langkah yang umum diberikan kepada pasien pasca-operasi untuk memulihkan fungsi normal paru-paru. Latihan pernapasan serta teknik fisik tertentu bertujuan membantu paru-paru mengembang kembali dengan baik.
Metode ini mencakup latihan menarik napas dalam, penggunaan perangkat latihan pernapasan (spirometer insentif), dan teknik pukulan ringan di dada guna memobilisasi lendir yang menumpuk.
2. Prosedur Bronkoskopi Fiberoptik
Bronkoskopi fiberoptik adalah prosedur medis yang menggunakan alat khusus untuk memeriksa dan membersihkan saluran pernapasan.
Jika terdapat benda asing yang menghalangi pernapasan, bronkoskopi dapat membantu dokter untuk mengangkatnya dengan aman.
Selain itu, prosedur ini juga digunakan untuk menyedot lendir yang menumpuk dan menyebabkan sumbatan.
Dokter juga dapat memeriksa adanya kelainan struktural di saluran udara yang memicu terjadinya atelektasis.
3. Pembedahan
Ketika atelektasis disebabkan oleh pertumbuhan tumor atau kanker di paru-paru, operasi mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan abnormal.
Pembedahan ini dapat disertai dengan terapi tambahan seperti radioterapi atau kemoterapi untuk memastikan sel kanker lainnya tidak menyebar, tergantung pada jenis dan stadium kanker.
Terkadang, sebagian dari paru-paru mungkin harus diangkat dalam prosedur yang disebut reseksi.
4. Penggunaan Obat-obatan
Beberapa jenis obat berikut ini juga mampu membantu mengatasi atelektasis, antara lain:
- Antibiotik: Diresepkan jika atelektasis dipicu oleh infeksi bakteri untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Bronkodilator: Berfungsi memperluas bronkus, memungkinkan udara mengalir lebih lancar, dan membantu membersihkan lendir dari saluran pernapasan.
- Mukolitik: Obat ini bekerja mengencerkan lendir yang menumpuk sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk.
- Recombinant Human DNase I (Dornase Alfa): Digunakan khusus untuk pasien yang memiliki cystic fibrosis, obat ini membantu mengurangi viskositas lendir di paru-paru.
Dokter juga dapat merekomendasikan tambahan terapi oksigen bagi pasien yang kesulitan bernapas akibat berkurangnya kapasitas paru-paru.
Selain itu, perlu diketahui bahwa posisi tubuh saat tidur atau berbaring juga sangat penting untuk membantu pemulihan.
Umumnya, dokter akan menyarankan pasien berbaring miring ke sisi paru-paru yang sehat. Posisi ini dapat mendorong paru-paru yang kolaps untuk mengembang lebih cepat, sekaligus memperbaiki sirkulasi udara di dalam organ pernapasan.
Bagi pasien yang mengalami kesulitan bernapas saat tidur, pengaturan posisi dan bantal tambahan mungkin diperlukan untuk menjaga kenyamanan dan kelancaran pernapasan.
Pencegahan Atelektasis
Pencegahan atelektasis dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, antara lain:
- Mengonsumsi makanan yang sehat.
- Minum air yang cukup.
- Olahraga teratur.
- Menghindari merokok.
- Menghindari menghirup asap yang berlebihan.
- Melakukan pengobatan yang teratur dengan dokter jika memiliki penyakit paru.
Bila mengalami gangguan paru dan berencana melakukan operasi paru, sebaiknya diskusikan kepada dokter agar dapat menghindari terjadinya atelektasis pasca tindakan pembedahan.
Pencegahan penyakit ini juga bisa dilakukan jika sistem kekebalan tubuh cukup kuat.
Karena itu, lengkapi gaya hidup sehat dengan konsumsi multivitamin tambahan agar kekebalan tubuh terjaga kuat.
Cek kebutuhan multivitamin dan suplemen di aplikasi Halodoc. Dengan layanan antar, pesanan obat akan dikirim segera ke rumah. Ayo, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play!