Asfiksia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Asfiksia?
- Penyebab Asfiksia
- Faktor Risiko Asfiksia
- Gejala Asfiksia
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Asfiksia
- Diagnosis Asfiksia
- Komplikasi Asfiksia
- Pengobatan Asfiksia
- Pencegahan Asfiksia
Apa Itu Asfiksia?
Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Bila tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, atau kematian.
Asfiksia bisa terjadi saat persalinan. Ini disebut juga asfiksia lahir atau asfiksia perinatal. Pada kasus tersebut, aliran darah atau oksigen ke janin tidak mencukupi.
Asfiksia perinatal bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan. Namun, sebagian besar kasus terjadi selama proses melahirkan.
Penyebab Asfiksia
Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia, antara lain:
1. Tenggelam
Saat seseorang tenggelam, ia tidak bisa bernapas karena menghirup air.
Akibatnya, tubuh mereka tidak bisa mengalirkan oksigen ke jaringan dan organ mereka.
2. Asfiksia kimia
Ini terjadi ketika seseorang menghirup zat yang bisa memutus suplai oksigen tubuh, baik dengan cara menggantikan oksigen di paru-paru, atau mengganggu pengiriman oksigen dalam darah.
Salah satu contoh zat kimia yang bisa menyebabkan asfiksia disebut karbon monoksida, gas tidak berbau dan tidak berwarna yang ditemukan dalam asap.
3. Anafilaksis
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah terhadap makanan, obat-obatan, atau sengatan serangga.
Reaksi alergi ini bisa menyebabkan pembengkakan pada saluran udara bagian atas.
Bila tidak segera ditangani, pembengkakan bisa bertambah parah dan mengganggu pernapasan.
4. Asma
Selama serangan asma yang parah, saluran udara bisa membengkak dan menyempit.
Tanpa penanganan segera, saluran udara bisa menjadi terlalu sempit dan memutus pasokan oksigen.
5. Saluran udara tersumbat oleh benda asing
Ketika tersedak, benda asing yang tersangkut di jalan napas membuat seseorang sulit untuk menghirup oksigen.
6. Pencekikan
Ketika dicekik oleh tangan, pengikat, atau benda lain, hal ini juga bisa menyulitkan seseorang untuk bernapas, sehingga kadar oksigen dalam tubuh perlahan akan menurun.
Sedangkan beberapa hal yang bisa menyebabkan asfiksia lahir, antara lain:
- Kurangnya oksigen dalam darah ibu.
- Berkurangnya pernapasan pada ibu akibat anestesi.
- Demam atau tekanan darah rendah pada ibu.
- Kompresi tali pusat.
- Fungsi plasenta yang buruk.
- Solusio plasenta.
- Ruptur uteri.
Faktor Risiko Asfiksia
Berikut beberapa kelompok orang yang berisiko lebih tinggi mengalami asfiksia:
- Pengidap asma.
- Orang yang memiliki alergi.
- Bayi.
- Orang dengan masalah pernapasan.
- Orang yang mengalami kesulitan menelan.
Sedangkan beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko bayi mengalami asfiksia perinatal, antara lain:
- Ibu yang melahirkan berusia 20-25 tahun.
- Bayi lahir prematur.
- Ibu yang melahirkan mengalami demam selama persalinan.
Gejala Asfiksia
Gejala asfiksia yang umumnya terjadi, antara lain:
- Suara serak.
- Sakit tenggorokan.
- Kesulitan menelan.
- Sesak napas.
- Hiperventilasi.
- Memburuknya asma yang ada.
- Kecemasan.
- Konsentrasi yang buruk.
- Sakit kepala.
- Penglihatan kabur atau berkurang.
- Penurunan kesadaran.
Sedangkan bayi yang mengalami asfiksia prenatal mungkin akan memiliki:
- Kulit pucat atau kebiruan.
- Detak jantung lambat.
- Refleks lemah.
- Tangisannya lemah.
- Terengah-engah.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Asfiksia
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala asfiksia, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter paru di Halodoc.
Mereka bisa memberikan saran perawatan sekaligus meresepkan obat.
Nah, berikut adalah pilihan dokter paru yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dan mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
1. dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P
Dokter Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P adalah alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada 2014 dan Universitas Airlangga pada 2021.
Kini, beliau berpraktik di Badung, Bali, dan tergabung sebagai anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan nomor STR 3511604321153128.
Berbekal pengalaman selama 10 tahun sebagai dokter paru, ia bisa memberikan layanan konsultasi di Halodoc seputar afiksia.
Kamu bisa menghubunginya untuk bertanya tentang penyakit paru, seperti batuk kronis, COVID-19, asma, pneumonia, dan bronkitis.
Chat dr. Made Agustya Darma Putra Wesnawa Sp.P mulai dari Rp 55.000,- di Halodoc.
2. dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P
Kamu bisa menghubungi dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P. Ia merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang pada 2014 dan Universitas Brawijaya pada 2023.
Saat ini, ia menjalani praktik di Malang, Jawa Timur, dan tergabung sebagai anggota aktif Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan nomor STR QX00001140799033.
Pengalaman selama 8 tahun yang ia miliki membuat dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P bisa memberikan layanan konsultasi di Halodoc terkait afiksia.
Chat dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P mulai dari Rp 55.000,- di Halodoc
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Asfiksia
Asfiksia sebenarnya bisa diketahui dengan mengamati gejalanya.
Namun, pada bayi, berikut beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis asfiksia prenatal:
- Tingkat asam yang parah, yaitu pH kurang dari 7,00, dalam darah arteri tali pusat.
- Skor Apgar dari nol hingga tiga selama lebih dari lima menit. Tes Apgar digunakan tepat setelah lahir untuk mengevaluasi warna, detak jantung, refleks, tonus otot, dan pernapasan bayi baru lahir.
- Masalah neurologis, seperti kejang, koma, dan tonus otot yang buruk.
- Gangguan pernapasan, tekanan darah rendah, atau tanda lain dari aliran darah rendah ke ginjal atau usus.
- Masalah dengan sistem peredaran darah, pencernaan, dan pernapasan bayi juga dapat menunjukkan bahwa bayi mengalami asfiksia saat lahir.
Komplikasi Asfiksia
Komplikasi asfiksia bisa terjadi setelah seseorang sadar kembali. Kerusakan bisa terjadi pada organ, jantung, paru-paru, dan sistem saraf.
Kerusakan ortopedi juga bisa terjadi pada kasus pencekikan atau gantung diri.
Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara asfiksia perinatal, atau asfiksia saat melahirkan, dengan kelumpuhan otak.
Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal itu.
Pengobatan Asfiksia
Pengobatan untuk asfiksia tergantung pada penyebabnya. Hal itu mungkin termasuk:
- Resusitasi jantung paru (CPR). CPR adalah prosedur yang melibatkan kompresi dada untuk meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen. Ini digunakan saat jantung seseorang berhenti berdetak.
- Manuver Heimlich. Ini adalah teknik pertolongan pertama untuk tersedak. Manuver Heimlich dilakukan dengan mendorong perut di bawah diafragma untuk mengeluarkan benda asing dari saluran udara seseorang.
- Terapi oksigen. Terapi oksigen memberikan oksigen ke paru-paru. Ini mungkin melibatkan ventilator, tabung pernapasan, atau masker atau tabung hidung yang menyediakan oksigen.
- Pengobatan. Obat-obatan bisa membantu meringankan efek dari reaksi alergi, serangan asma yang parah, atau overdosis obat. Misalnya, epinefrin (EpiPen) dapat dengan cepat mengobati anafilaksis.
Pencegahan Asfiksia
Pencegahan asfiksia juga bisa berbeda-beda tergantung penyebabnya.
Berikut adalah beberapa teknik pencegahan berdasarkan penyebabnya:
- Pelajari beberapa teknik bela diri agar bisa melepaskan diri dari cengkeraman atau cekikan orang lain.
- Orang tua dan pengasuh harus menjauhkan benda-benda kecil dari jangkauan anak-anak untuk mencegah anak tersedak yang bisa menyebabkan asfiksia.
- Belajar berenang dan hindari berenang di perairan lepas yang tidak diketahui arusnya.
- Orang yang memiliki alergi harus menghindari hal-hal yang mereka tahu bisa memicu reaksi alergi. Selain itu, selalu membawa EpiPen saat meninggalkan rumah.
- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, mencantumkan sejumlah cara untuk mencegah keracunan karbon monoksida. Ini termasuk memperbaiki peralatan pembakaran gas, minyak, atau batu bara secara teratur, memasang detektor karbon monoksida, dan tidak menjalankan mobil atau truk di dalam garasi yang terhubung dengan rumah.
- Pengidap asma harus selalu membawa inhaler mereka.