Anoreksia Nervosa
DAFTAR ISI
- Apa Itu Anoreksia Nervosa ?
- Penyebab Anoreksia Nervosa
- Faktor Risiko Anoreksia Nervosa
- Gejala Anoreksia Nervosa
- Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengidap Anoreksia Nervosa
- Diagnosis Anoreksia Nervosa
- Pengobatan Anoreksia Nervosa
- Efek Samping dari Anoreksia Nervosa
- Pencegahan Anoreksia Nervosa
Apa Itu Anoreksia Nervosa ?
Anoreksia nervosa adalah penyakit kejiwaan yang membuat pengidapnya memiliki obsesi untuk memiliki tubuh kurus karena mereka sangat takut memiliki tubuh gemuk atau terlihat gemuk.
Meskipun sudah kurus, tetapi pengidapnya selalu menganggap tubuhnya masih kurang kurus atau gemuk.
Selain dari anoreksia nervosa, ada juga gangguan makan lain yang cukup berbahaya, yaitu bulimia. Meski sama-sama termasuk dalam gangguan makan, kedua masalah kejiwaan ini memiliki perbedaan.
Perbedaan antara anoreksia nervosa dan bulimia nervosa terlihat dari berat badan dan perilaku yang muncul. Gangguan kejiwaan bulimia umumnya memiliki berat badan normal karena pengidapnya memiliki obsesi makan berlebihan, lalu memuntahkan makanan tersebut.
Sementara itu, pengidap anoreksia umumnya memiliki berat badan kurang dari normal dan memiliki obsesi untuk menjadi kurus. Anoreksia bisa sangat berbahaya karena menyebabkan malnutrisi pada tubuh pengidapnya.
Penyebab Anoreksia Nervosa
Sayangnya, ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab anoreksia nervosa secara pasti.
Seperti banyak penyakit pada umumnya, mungkin ada kombinasi antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan.
1. Biologis
Meski belum jelas gen mana yang terlibat, mungkin ada perubahan genetik yang membuat beberapa orang berisiko lebih tinggi terkena anoreksia.
Selain itu, seseorang juga mungkin memiliki kecenderungan genetik terhadap perfeksionisme, kepekaan, ketekunan, dan semua ciri yang berkaitan dengan anoreksia.
2. Psikologis
Beberapa orang dengan anoreksia nervosa memiliki ciri kepribadian obsesif-kompulsif yang membuatnya lebih mudah untuk tetap berpegang pada diet ketat dan melupakan makanan meski sedang lapar.
Mereka mungkin memiliki perfeksionisme ekstrem, yang menyebabkan munculnya pikiran bahwa mereka tidak pernah cukup kurus.
Selain itu, mereka juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan melakukan makan terbatas untuk menguranginya.
3. Lingkungan
Tidak sedikit budaya populer modern yang menekankan tubuh ideal adalah tubuh yang langsing. Sukses dan terkenal sering disamakan dengan tubuh ideal yang kurus.
Tekanan teman sebaya juga dapat membantu memicu keinginan untuk menjadi kurus, terutama antara gadis-gadis muda.
Faktor Risiko Anoreksia Nervosa
Anoreksia lebih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita Namun, kini anak laki-laki dan laki-laki dewasa juga mengembangkan gangguan makan, yang mungkin terkait dengan meningkatnya tekanan sosial.
Anoreksia juga lebih sering terjadi pada kalangan remaja. Meski begitu, orang dari segala usia dapat mengembangkan kelainan makan ini.
Selain itu, gangguan ini jarang terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Remaja mungkin lebih berisiko karena semua perubahan yang terjadi pada tubuh mereka selama masa pubertas.
Selain itu, remaja juga mungkin menghadapi tekanan dari teman dan lebih sensitif terhadap kritik atau bahkan komentar santai tentang berat badan maupun bentuk tubuh.
Sementara itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anoreksia, yaitu:
1. Genetika
Perubahan gen tertentu dapat membuat orang-orang tertentu berisiko lebih tinggi terkena anoreksia.
Mereka yang memiliki kerabat tingkat pertama, seperti orang tua, saudara kandung, atau anak yang memiliki gangguan tersebut memiliki risiko anoreksia yang jauh lebih tinggi.
2. Pola makan buruk dan kelaparan
Diet merupakan faktor risiko paling utama untuk gangguan makan. Ada bukti kuat bahwa gejala anoreksia nervosa sebenarnya adalah gejala kelaparan.
Kondisi kelaparan memengaruhi otak dan perubahan suasana hati, kekakuan dalam berpikir, kecemasan, dan penurunan nafsu makan.
Kelaparan dan penurunan berat badan dapat mengubah cara kerja otak pada individu yang berisiko. Kondisi ini selanjutnya dapat menormalkan terbentuknya perilaku makan yang terbatas dan menyulitkan mereka untuk kembali ke kebiasaan makan yang normal.
3. Transisi
Baik itu sekolah baru, rumah atau pekerjaan, putus hubungan, maupun kematian atau penyakit yang terjadi pada orang tercinta, beberapa perubahan ini dapat membawa tekanan emosional dan meningkatkan risiko anoreksia.
Selain itu, orang tua juga perlu waspada akan pola asuh yang mereka terapkan karena Keliru dalam Mengasuh Anak Sebabkan Anoreksia Nervosa.
Gejala Anoreksia Nervosa
Tanda dan gejala anoreksia nervosa berhubungan dengan tanda kelaparan.
Anoreksia juga mencakup masalah emosional dan perilaku yang melibatkan persepsi berat badan yang tidak realistis dan ketakutan yang sangat kuat untuk menambah berat badan atau menjadi gemuk.
Tanda dan gejala mungkin sulit diketahui karena apa yang dianggap sebagai berat badan rendah berbeda-beda untuk setiap orang. Selain itu, beberapa orang mungkin tidak tampak sangat kurus.
Pengidap anoreksia nervosa juga sering kali menyamarkan tubuh kurusnya, kebiasaan makan, atau masalah fisik mereka.
1. Gejala fisik
Tanda dan gejala fisik anoreksia mungkin termasuk:
- Penurunan berat badan yang ekstrem atau tidak mengalami kenaikan berat badan sesuai perkembangan.
- Penampilan kurus.
- Jumlah elemen darah yang tidak normal.
- Kelelahan.
- Insomnia.
- Pusing atau pingsan.
- Perubahan warna kebiruan pada jari.
- Rambut yang menipis, patah atau rontok.
- Rambut halus berbulu halus menutupi tubuh.
- Tidak mengalami menstruasi.
- Sembelit dan sakit perut.
- Kulit kering atau kekuningan.
- Intoleransi dingin.
- Irama jantung tidak teratur.
- Tekanan darah rendah.
- Dehidrasi.
- Pembengkakan lengan atau tungkai.
- Gigi terkikis dan kapalan di buku-buku jari karena muntah.
Jenis anoreksia binge and purge, mirip dengan bulimia. Namun, pengidap anoreksia umumnya berjuang dengan berat badan rendah yang tidak normal, sedangkan pengidap bulimia biasanya memiliki berat badan lebih dari normal.
2. Gejala emosi dan perilaku
Gejala perilaku anoreksia mungkin termasuk upaya menurunkan berat badan dengan:
- Sangat membatasi asupan makanan melalui diet atau puasa.
- Berolahraga secara berlebihan.
- Makan berlebihan dan muntah yang disengaja untuk menyingkirkan makanan, mungkin termasuk penggunaan obat pencahar, enema, alat bantu diet, atau produk herbal.
Sementara itu, tanda dan gejala emosional dan perilaku dari pengidap anoreksia nervosa termasuk:
- Keasyikan dengan makanan, yang terkadang termasuk memasak makanan yang rumit untuk orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak memakannya.
- Sering melewatkan makan atau menolak makan.
- Menyangkal lapar atau membuat alasan untuk tidak makan.
- Hanya mengonsumsi beberapa makanan tertentu, biasanya yang rendah lemak dan kalori.
- Tidak mau makan saat ada banyak orang.
- Berbohong tentang berapa banyak makanan yang dikonsumsi.
- Takut bertambah berat yang mungkin termasuk menimbang atau mengukur tubuh berulang kali.
- Sering memeriksa cermin untuk mencari kekurangan.
- Mengeluh tentang gemuk atau memiliki bagian tubuh yang gemuk.
- Menutupi lapisan pakaian.
- Suasana hari yang datar atau kurang emosi.
- Penarikan sosial.
- Sifat lekas marah.
- Insomnia.
- Kurang minat untuk melakukan hubungan intim.
Bahkan, sebenarnya cara kerja otak untuk pengidap kelainan makan ini tidak sama dengan orang yang normal. Nah, Seperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia Nervosa.
Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengidap Anoreksia Nervosa
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala anoreksia nervosa secara fisik atau pun mental, segera hubungi dokter, psikolog, atau psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan dan penanganan yang tepat.
Konsultasi dengan psikolog atau dokter dapat membantu kamu mengatasi kondisi tersebut dengan cara yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
Psikolog
Psikiater
Dokter Gizi
Itulah beberapa ahli yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait anoreksia nervosa. Jangan ragu untuk segera hubungi dokter, psikolog, atau psikiater agar dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Anoreksia Nervosa
Dokter dapat melakukan diagnosis melalui wawancara, pemeriksaan fisik, dan berbagai pemeriksaan penunjang.
Dokter akan memberi diagnosis anoreksia apabila mendapati adanya karakteristik berikut:
- Pengidap membatasi asupan makanan untuk mempertahankan atau mendapat berat badan yang kurang dari normal tanpa memperhatikan kalori dan energi yang tubuh perlukan.
- Mempunyai ketakutan besar jika mengalami kenaikan berat badan atau gemuk. Rasa takut ini pada akhirnya akan membuat pengidap melakukan aktivitas yang dapat mengurangi berat badan yang sudah kurang dari normal.
- Memiliki masalah dalam melihat diri sendiri, seperti terus melihat berat badan dan bentuk tubuh serta menyangkal kalau berat badannya sudah jauh di bawah normal.
Kemudian, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik berupa:
- Mengukur berat dan tinggi badan.
- Memeriksa kondisi kuku dan kulit.
- Melakukan pemeriksaan pada lambung, jantung, dan paru-paru.
- Mengukur tanda vital, seperti suhu tubuh, detak jantung, dan tekanan darah.
Supaya mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter mungkin merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang.
Tujuannya untuk menghilangkan potensi masalah lain yang menyebabkan berat badan berkurang atau potensi adanya komplikasi. Tes tersebut termasuk:
- Pemeriksaan laboratorium, termasuk tes hitung darah lengkap, tes urine, dan mengukur protein serta kadar elektrolit dalam darah. Pemeriksaan lainnya termasuk fungsi ginjal, kelenjar tiroid, dan organ hati.
- Melakukan evaluasi kondisi kejiwaan, berupa wawancara untuk mengetahui bagaimana perasaan, kebiasaan makan, dan pola pikir pengidap.
- Rontgen untuk mengetahui kesehatan dan kepadatan tulang, serta potensi adanya infeksi pada paru atau masalah pada organ jantung.
Pengobatan Anoreksia Nervosa
Berikut adalah beberapa langkah pengobatan anoreksia nervosa yang bisa kamu lakukan:
1. Konsultasi dengan profesional medis dan psikologis
Langkah pertama yang penting adalah mencari bantuan dari tim medis dan psikologis yang berpengalaman dalam menangani gangguan makan.
Dokter, psikiater, atau psikolog dapat membantu mendiagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat.
2. Nutrisi dan pemulihan berat badan
Dalam kasus anoreksia nervosa, pemulihan berat badan menjadi prioritas untuk mengembalikan fungsi tubuh yang sehat. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang seimbang.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang efektif dalam mengatasi anoreksia nervosa.
Terapi ini membantu pengidapnya mengidentifikasi pola pikir dan perilaku negatif yang berkaitan dengan makan dan berat badan. Terapis juga akan membantu mereka untuk mengganti pola pikir tersebut dengan yang lebih sehat dan realistis.
4. Terapi keluarga
Jenis terapi ini umumnya diperuntukkan untuk remaja yang mengidap anoreksia nervosa.
Melibatkan keluarga dalam perawatan dapat membantu membangun dukungan dan memahami peran keluarga dalam pemulihan.
5. Dukungan kelompok
Bergabung dengan kelompok dukungan untuk gangguan makan dapat membantu individu merasa lebih diterima dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang mengalami hal serupa.
6. Mengatasi masalah emosional
Terapi juga membantu individu mengatasi masalah emosional yang memicu kondisi ini, seperti kecemasan, depresi, atau stres. Dokter biasanya meresepkan obat-obatan seperti antidepresan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati.
7. Hindari membandingkan diri
Selain itu, jangan membandingkan diri dengan orang lain, terutama yang berkaitan dengan berat badan dan penampilan.
Fokus terhadap pemulihan untuk diri sendiri. Pengidap juga perlu terbuka. Jangan ragu untuk berbicara dengan orang-orang terdekat tentang perjuangan yang sudah dilalui.
Jika sudah mencapai tahap yang gawat dan gejala malnutrisi sudah mengarah pada kematian, pengidap membutuhkan penanganan medis segera.
Efek Samping dari Anoreksia Nervosa
Anoreksia dapat memiliki banyak komplikasi. Pada kondisi yang parah, komplikasinya bisa berujung pada kematian, bahkan ketika seseorang tidak terlalu kurus.
Kondisi ini bisa terjadi akibat irama jantung yang tidak normal (aritmia) atau ketidakseimbangan elektrolit maupun mineral seperti natrium, kalium, dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Komplikasi lain dari anoreksia meliputi:
- Anemia.
- Masalah jantung, seperti prolaps katup mitral, irama jantung yang tidak normal, atau gagal jantung.
- Keropos tulang (osteoporosis), meningkatkan risiko patah tulang.
- Kehilangan otot.
- Tidak mengalami menstruasi pada wanita. Sedangkan pada pria, penurunan kadar hormon testosteron.
- Masalah pencernaan, seperti sembelit, kembung atau mual.
- Kelainan elektrolit, seperti kalium darah rendah, natrium dan klorida.
- Masalah ginjal.
Jika pengidap anoreksia menjadi kekurangan gizi parah, setiap organ tubuh bisa rusak, termasuk otak, jantung, dan ginjal.
Kerusakan ini mungkin tidak sepenuhnya dapat pulih, bahkan ketika anoreksia sudah berhasil terkendali.
Selain sejumlah komplikasi fisik, pengidap anoreksia juga umumnya memiliki gangguan kesehatan mental lainnya. Ini termasuk:
- Depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya.
- Gangguan kepribadian.
- Kelainan obsesif-kompulsif.
- Penyalahgunaan alkohol dan zat.
- Melukai diri sendiri, pikiran untuk bunuh diri, atau upaya bunuh diri.
Pencegahan Anoreksia Nervosa
Sayangnya, belum ada cara pasti untuk mencegah anoreksia nervosa. Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa kamu coba untuk mengurangi risiko mengalami kondisi ini, antara lain:
- Tidak menuntut atau memberi tekanan pada keluarga yang berhubungan dengan penampilan maupun penampilan.
- Membantu meningkatkan rasa percaya diri pada sesama anggota keluarga.
- Berfokus pada hal lain yang tidak ada hubungannya dengan penampilan.
- Berdiskusi dengan dokter apabila ingin menjalani diet maupun perubahan pada pola makan guna mengurangi berat badan.