Anemia Pernisiosa
DAFTAR ISI
- Apa Itu Anemia Pernisiosa?
- Penyebab Anemia Pernisiosa
- Faktor Risiko Anemia Pernisiosa
- Gejala Anemia Pernisiosa
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Anemia Pernisiosa
- Diagnosis Anemia Pernisiosa
- Pengobatan Anemia Pernisiosa
- Komplikasi Anemia Pernisiosa
- Pencegahan Anemia Pernisiosa
Apa Itu Anemia Pernisiosa?
Anemia pernisiosa adalah kondisi medis yang terjadi ketika tubuh kekurangan vitamin B12. Gejala penyakit ini berkembang perlahan sesuai dengan tingkat keparahan kekurangan vitamin B12.
Vitamin B12 berfungsi untuk produksi sel darah merah yang sehat. Sel darah merah yang mengandung hemoglobin yang cukup berperan dalam tubuh untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia terjadi karena jumlah sel darah merah yang lebih sedikit dari normal atau memiliki kadar hemoglobin yang rendah.
Jenis anemia ini disebut “pernisiosa” karena ketika dahulu terkenal sebagai penyakit mematikan. Hal tersebut berasal dari kurangnya pengobatan yang tersedia pada masanya.
Anemia pernisiosa juga terkenal dengan sebutan Addison atau Biemer. Anemia pernisiosa lebih umum terjadi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini.
Selain itu, orang yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan seperti penyakit Crohn, celiac, dan gastrectomy juga berisiko mengalami anemia pernisiosa.
Penyebab Anemia Pernisiosa
Salah satu penyebab anemia pernisiosa adalah penyakit autoimun.
Biasanya, vitamin B12 akan bergabung dengan protein di dalam saluran pencernaan yang kemudian akan terserap di bagian usus halus yang bernama ileum distal.
Para pengidap anemia pernisiosa, sistem imun pengidap akan menyerang bagian saluran cerna yang memproduksi faktor intrinsik sehingga tubuh tidak bisa menyerap vitamin B12.
Ternyata, Anemia Pernisiosa Rentan Terjadi pada Pengidap Autoimun.
Penyebab lain dari anemia pernisiosa adalah kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12.
Jenis makanan yang mengandung vitamin B12 antara lain daging, ikan, dan produk susu.
Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab kekurangan vitamin B12, antara lain:
- Kondisi yang memengaruhi saluran cerna seperti pembedahan.
- Infeksi.
- Konsumsi obat-obatan tertentu.
- Penyakit jantung kongestif.
- Kerusakan liver.
- Dialisis jangka panjang.
- Kehamilan.
- Mengidap kanker.
Faktor Risiko Anemia Pernisiosa
Beberapa orang lebih mungkin mengalami anemia pernisiosa daripada yang lain. Adapun faktor risikonya meliputi:
- Memiliki riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keturunan Eropa Utara atau Skandinavia
- Menderita diabetes mellitus tipe 1 atau kondisi autoimun spesifik lainnya
- Berusia 60 tahun atau lebih
- Risiko terkena anemia pernisiosa juga meningkat seiring bertambahnya usia.
Gejala Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa adalah jenis anemia yang jarang terjadi. Beberapa gejala yang mungkin terjadi antara lain:
- Lemas dan mudah lelah
- Kulit pucat atau kebiruan
- Nafsu makan menurun
- Nyeri perut atau di area sekitar lambung
- Diare
- Menurunnya berat badan
- Kesemutan dan mati rasa pada tangan dan kaki
- Kesulitan untuk berjalan atau bergerak
- Kehilangan keseimbangan
- Kondisi mental yang berubah, seperti depresi atau kebingungan.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Anemia Pernisiosa
Apabila kamu atau orang terdekat mengidap anemia pernisiosa dan menunjukkan gejala-gejalanya, segera hubungi dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc untuk mendapat saran perawatan dan penanganan yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
Itulah beberapa dokter yang bisa kamu hubungi untuk bantu obati anemia pernisiosa.
Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar kondisi tersebut dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Anemia Pernisiosa
Melakukan diagnosa sering kali berawal dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan sehingga petugas kesehatan dapat mengetahui kondisi yang mengarah kepada faktor risiko terjadinya anemia pernisiosa.
Tes lain yang memungkinkan terjadi, diantaranya:
Tes kadar vitamin B12.
- Hitung darah lengkap (CBC). Tes darah ini menentukan jenis anemia dan tingkat keparahannya.
- Jumlah retikulosit: Tes ini menunjukkan keadaan sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah baru.
- Tingkat laktat dehidrogenase (LDH). LDH adalah enzim yang berasal dari banyak sel. Tingkat LDH yang sangat tinggi dapat mengindikasikan anemia pernisiosa.
Tes kadar serum bilirubin.
- Tingkat asam methylmalonic (MMA). Tingkat MMA yang tinggi mengonfirmasi kekurangan vitamin B12.
- Tingkat homosistein. Tingkat homosistein yang tinggi bisa menjadi tanda tubuh kekurangan vitamin B12. Tes keberadaan antibodi terjadi pada sel parietal di perut dan memblokir aksi faktor intrinsik.
- Endoskopi bagian atas. Penyedia layanan kesehatan menggunakan alat tipis seperti tabung dengan lampu dan lensa untuk melihat yang disebut endoskop untuk mencari tanda-tanda degenerasi atau atrofi (penghilangan) lapisan perut.
Pengobatan Anemia Pernisiosa
Pengobatan anemia pernisiosa biasanya melibatkan suplementasi vitamin B12 melalui suntikan, tablet, atau suplemen mulut.
Pada kasus yang parah, pengobatan mungkin memerlukan suntikan setiap hari selama beberapa minggu hingga kondisi pasien membaik.
Setelah itu, dosis yang lebih rendah dapat diberikan melalui suntikan setiap beberapa bulan untuk menjaga kadar vitamin B12 yang stabil dalam tubuh.
Selain itu, pasien juga perlu melakukan perubahan pada pola makan untuk meningkatkan asupan vitamin B12 melalui makanan seperti daging, ikan, dan produk susu.
Selain itu, pasien perlu memeriksakan diri secara teratur untuk memantau kadar vitamin B12 dalam tubuh dan memastikan pengobatan berjalan dengan baik.
Namun, penting sekali bahwa pengobatan anemia pernisiosa harus segera memulainya setelah terdapat penegakan diagnosis dari dokter.
Jika tidak segera melakukan pengobatan, maka dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dan masalah kesehatan serius lainnya.
Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk bekerja sama dengan dokter mereka dan mengikuti pengobatan dengan disiplin.
Komplikasi Anemia Pernisiosa
Komplikasi perlu waspada untuk investasi dalam jangka waktu panjang. Dokter akan mengidentifikasi kemungkinan efek serius dari anemia pernisiosa.
Komplikasi potensial yang berbahaya adalah kanker lambung. Komplikasi potensia lain dari anemia pernisiosa meliputi:
- Kerusakan saraf perifer.
- Gangguan saluran pencernaan.
- Masalah jantung.
- Permasalahan memori, kebingungan, atau gejala neurologis lainnya.
Komplikasi ini paling sering berasal dari anemia pernisiosa yang berlangsung lama.
Kondisi tersebut bisa permanen, karenanya perlu pengelolaan penyakit secara efektif.
Pencegahan Anemia Pernisiosa
Melakukan pencegahan dapat bermula dengan mengambil langkah kecil mulai dari asupan makan.
Makan makanan tinggi vitamin B12 dapat membantu mencegah kadar vitamin B12 rendah.
Makanan sumber vitamin B12 yang baik meliputi:
- Sereal sarapan dengan tambahan vitamin B12
- Daging seperti daging sapi, hati, unggas, dan ikan
- Telur dan produk susu (seperti susu, yogurt, dan keju)
- Makanan dengan tinggi vitamin B12, seperti minuman berbahan dasar kedelai dan burger vegetarian
- Jika kamu seorang vegetarian yang ketat, bicarakan dengan dokter tentang pemeriksaan kadar vitamin B12 secara teratur.
Vitamin B12 juga terdapat dalam multivitamin dan suplemen vitamin B kompleks.
Dokter dapat merekomendasikan suplemen untuk orang yang berisiko kekurangan vitamin B12, seperti vegetarian ketat atau orang yang pernah menjalani operasi perut.
Orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami kesulitan menyerap vitamin B12.
Oleh karena itu, dokter dapat merekomendasikan orang dewasa yang lebih tua untuk makan makanan dengan tinggi vitamin B12 atau mengonsumsi suplemen vitamin B12.