Amenorrhea
Pengertian Amenorrhea
Amenorrhea adalah suatu kondisi ketika wanita tidak mengalami menstruasi atau datang bulan. Kondisi ini terjadi jika seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut atau lebih, atau jika hingga berusia 15 tahun belum pernah mengalami menstruasi. Amenorrhea terbagi menjadi dua, yaitu:
- Amenorrhea primer, yaitu ketika seorang perempuan telah mengalami perubahan lain pada masa pubertas, tetapi belum mengalami menstruasi dan berusia 15 tahun.
- Amenore sekunder, yaitu kondisi tidak haid selama lebih dari tiga siklus atau 6 bulan.
Faktor Risiko Amenorrhea
Beberapa faktor risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:
- Riwayat keluarga yang mengalami amenorrhea.
- Gangguan pola makan, seperti anoreksia atau bulimia.
- Olahraga dengan intensitas tinggi.
- Obesitas
- Genetika, seperti memiliki perubahan pada gen FMR1, yang juga menyebabkan sindrom Fragile X1.
Penyebab Amenorrhea
Beberapa penyebabnya antara lain:
- Organ reproduksi yang tidak berkembang dengan sempurna, seperti tidak adanya uterus atau vagina, adanya penyempitan dan penyumbatan pada leher rahim (serviks), serta vagina yang terbagi menjadi 2 bagian (sekat vagina).
- Perubahan hormon alami, seperti pada masa kehamilan, menyusui, dan menopause.
- Disebabkan oleh penggunaan beberapa jenis obat, salah satunya obat kontrasepsi.
- Berat badan 10 persen lebih rendah dari berat badan normal dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memicu berhentinya ovulasi, seperti pada pengidap bulimia dan anoreksia.
- Stres yang memicu perubahan fungsi hipotalamus pada otak, yang merupakan daerah yang mengontrol siklus menstruasi.
- Olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan dapat mengganggu siklus menstruasi.
- Gangguan yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon, seperti pada sindrom ovarium polikistik, gangguan tiroid, tumor hipofisis, atau menopause dini.
Gejala Amenorrhea
Beberapa gejala kondisi ini antara lain:
- Tidak menstruasi.
- Rambut rontok.
- Nyeri kepala.
- Nyeri panggul
- Timbul jerawat.
- Gangguan penglihatan.
- Tumbuh bulu-bulu halus pada wajah.
- Keluar cairan dari puting susu.
Diagnosis Amenorrhea
Dokter akan mendiagnosis dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes Fungsi Tiroid, untuk mengukur jumlah hormon perangsang tiroid (TSH) dalam darah untuk mengetahui apakah tiroid berfungsi dengan baik. Pasalnya, masalah pada kelenjar tiroid bisa menyebabkan amenore.
- Tes Fungsi Ovarium, untuk mengukur jumlah hormon perangsang folikel (FSH) dalam darah untuk mengetahui kinerja ovarium.
- Tes Androgen, untuk memeriksa tingkat androgen dalam darah.
- Tes Prolaktin. Kadar hormon prolaktin yang rendah mungkin bisa menjadi pertanda tumor kelenjar pituitari.
- Ultrasonografi (USG) untuk menentukan penyebab amenorrhea.
- Pencitraan resonansi magnetik (MRI) pada otak jika diduga terdapat kelainan kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
- Tomografi komputer (CT scan) pada bagian perut dan panggul untuk melihat kelainan rahim atau indung telur.
Komplikasi Amenorrhea
Beberapa komplikasi yang diakibatkan amenorrhea, antara lain:
- Infertilitas atau ketidaksuburan, oleh karena tidak terjadi ovulasi sehingga tidak dapat hamil.
- Osteoporosis, disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah.
Pengobatan Amenorrhea
Pengobatan diberikan berdasarkan penyebabnya, antara lain:
- Operasi, terapi hormon atau keduanya dilakukan apabila amenorrhea disebabkan oleh cacat bawaan lahir yang mengakibatkan kelainan anatomi.
- Pemberian obat, seperti medroksiprogesteron pada wanita dengan adult onset hiperplasia adrenal, hipotiroidisme, dan kegagalan ovarium dini.
- Penurunan berat badan dengan diet, olahraga, serta pemberian metformin, dapat dilakukan pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK).
- Konsultasi dengan dokter spesialis genetik, pada wanita yang mengalami kondisi tidak haid yang diakibatkan karena faktor keturunan.
Pencegahan Amenorrhea
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:
- Perubahan pola hidup sehat.
- Cukup beristirahat.
- Hindari berolahraga atau beraktivitas berlebihan.
- Jaga pola makan yang sehat dengan tidak menahan nafsu makan.
- Hindari stres yang berkepanjangan.
- Catat dan perhatikan siklus menstruasi dengan saksama.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami tanda dan gejala tersebut, segera bicarakan dengan dokter di aplikasi Halodoc untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat. Download aplikasinya sekarang di App Store atau Play Store.
Referensi: