Akalasia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Akalasia?
- Penyebab Akalasia
- Jenis-Jenis Akalasia
- Faktor Risiko Akalasia
- Gejala Akalasia
- Diagnosis Akalasia
- Pengobatan Akalasia
- Komplikasi Akalasia
- Pencegahan Akalasia
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Akalasia?
Akalasia tergolong sebagai penyakit langka yang dapat diturunkan. Akalasia sendiri merujuk pada kondisi ketika kerongkongan (esofagus) kehilangan kemampuan untuk mendorong makanan dari mulut ke perut.
Pada kondisi normal, Lower Esophageal Sphincter (LES) akan mengendur, sehingga makanan dapat masuk ke perut.
LES merupakan lingkaran otot yang berada pada bagian bawah kerongkongan. LES akan membuka dan menutup dengan sendirinya untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.
Nah, pada pengidap akalasia, LES tidak dapat mengendur dengan benar, sehingga makanan menumpuk pada bagian bawah kerongkongan atau naik kembali menuju mulut.
Penyebab Akalasia
Penyebab pasti akalasia belum sepenuhnya diketahui. Namun, peneliti menduga ada beberapa kondisi yang bisa memicu akalasia, seperti:
- Rusaknya saraf di kerongkongan yang kemudian menyebabkan otot dan cincin otot di tenggorokan tidak berfungsi dengan maksimal.
- Adanya infeksi virus.
- Komplikasi akibat Chagas (infeksi parasit Trypanosoma cruzi).
- Kanker seperti kanker lambung dan kanker kelenjar getah bening.
- Kondisi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ yang sehat.
- Faktor genetik atau keturunan dalam keluarga.
Jenis-Jenis Akalasia
Ada berbagai macam gangguan otot di kerongkongan yang dialami oleh pengidap akalasia. Dalam kebanyakan kasus, sfingter esofagus bagian bawah yang mengontrol saluran antara esofagus dan lambung tidak mampu untuk rileks pada waktu yang tepat.
Berdasarkan masalah lain yang terjadi bersamaan, dokter mengidentifikasi tiga jenis akalasia, yaitu:
1. Akalasia tipe 1 (akalasia klasik)
Pada jenis ini, otot kerongkongan hampir tidak berkontraksi, sehingga makanan bergerak ke bawah hanya karena gravitasi.
2. Akalasia tipe 2
Tekanan menumpuk di kerongkongan, menyebabkannya terkompresi. Bisa dibilang ini adalah jenis akalasia yang paling umum dan sering menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan tipe 1.
3. Akalasia tipe 3 (akalasia spastik).
Jenis akalasia ini memiliki kontraksi abnormal di bagian bawah kerongkongan, tempat pertemuannya dengan lambung.
Ini adalah jenis akalasia yang paling parah. Sebab, kontraksi dapat menyebabkan nyeri dada, yang membuat seseorang terbangun dari tidur dan gejalanya mirip seperti serangan jantung.
Faktor Risiko Akalasia
Penyebab utama akalasia adalah rusaknya saraf di kerongkongan, sehingga otot tidak bisa bekerja dengan baik.
Selain kerusakan saraf, akalasia juga dapat terjadi karena beberapa faktor risiko berikut ini:
- Mengalami cedera tulang belakang.
- Menjalani skleroterapi endoskopi.
- Mengalami infeksi virus.
- Memiliki penyakit autoimun.
- Memiliki riwayat akalasia dalam keluarga.
- Lemahnya sistem imun pada sel saraf kerongkongan.
- Berusia 40-60 tahun.
- Menderita down syndrome.
Cari tahu selengkapnya, ini beberapa Faktor Risiko Orang yang Dapat Terkena Akalasia.
Gejala Akalasia
Tidak semua pengidap mengalami gejala akalasia. Kebanyakan dari mereka hanya mengalami kesulitan dalam menelan makanan atau minuman.
Berikut ini gejala akalasia yang kerap muncul, seperti:
- Tenggorokan terasa sakit saat menelan makanan atau minuman.
- Makanan kembali lagi ke mulut, seperti ingin muntah.
- Batuk-batuk saat menelan akibat tersedak.
- Peningkatan produksi asam lambung.
- Sakit pada area dada.
- Mengalami infeksi dada berulang.
- Muntah air liur karena meningkatnya produksi asam lambung.
- Penurunan berat badan perlahan, tetapi terjadi secara signifikan.
Seperti penjelasan di atas, akalasia kerap membuat pengidapnya sulit menelan makanan dan minuman. Alhasil, tenggorokan terasa sakit atau tidak nyaman.
Nah, jika mengalaminya, kamu bisa coba atasi dengan 5 Rekomendasi Obat Sakit Menelan yang Ampuh di Apotek ini.
Sejumlah gejala tersebut dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi kapan pun. Jika gejala tersebut dibiarkan begitu saja, maka risiko kanker kerongkongan pun meningkat.
Oleh karena itu, segera lakukan langkah perawatan yang tepat saat menemukan gejalanya.
Diagnosis Akalasia
Proses diagnosis dilakukan oleh dokter spesialis berdasarkan hasil wawancara dan keluhan yang dialami pengidap. Kemudian, dokter melanjutkan proses diagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lain.
Berikut ini beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu kamu lakukan:
- Manometri, yang dilakukan dengan memasukkan tabung plastik kecil melalui mulut atau hidung ke kerongkongan. Gunanya untuk mengukur tekanan otot di sepanjang saluran tersebut.
- Esofagografi, yang dilakukan dengan minum cairan putih yang mengandung barium. Cairan tersebut akan terlihat jelas oleh sinar-X. Gunanya untuk melihat berapa lama waktu untuk makanan dan minuman masuk ke dalam perut.
- Endoskopi, yang dilakukan menggunakan serat optik dan kamera untuk melihat langsung lapisan kerongkongan, cincin otot, dan organ dalam perut pengidap.
Pengobatan Akalasia
Pengobatan akalasia bertujuan untuk membuka otot LES, sehingga makanan dan minuman bisa masuk ke dalam perut.
Berikut ini beberapa prosedur pengobatan yang umum dilakukan:
1. Obat-obatan
Konsumsi obat-obatan dari dokter dapat membantu mengendurkan otot-otot di kerongkongan, sehingga proses menelan menjadi lebih mudah dan tidak menyakitkan.
Prosedur ini belum tentu berhasil untuk semua orang, serta efeknya berlangsung sementara. Penggunaan obat biasanya berfungsi untuk meredakan gejala, sambil menunggu pengobatan lainnya.
2. Peregangan otot
Sebelum melakukan prosedur, pengidap akalasia terlebih dulu diberikan anestesi umum. Kemudian, dokter memasukkan benda semacam balon, yang akan dipompa untuk membantu meregangkan cincin otot tenggorokan.
Tujuannya, untuk meningkatkan elastisitas otot saat menelan. Prosedur ini berisiko kecil merobek kerongkongan, sehingga memerlukan operasi darurat.
3. Injeksi botoks
Cairan botoks dimasukkan ke dalam kerongkongan menggunakan endoskop, dan disuntikkan pada cincin otot. Tujuannya, untuk merelaksasi otot tenggorokan, sehingga proses menelan tidak terasa menyakitkan.
Meski efektif dilakukan, prosedur harus dilakukan secara berulang selama beberapa bulan hingga tahun. Cara ini menjadi alternatif pada orang yang tidak dapat menjalani perawatan lain.
4. Operasi
Prosedur operasi dilakukan dengan memotong otot cincin, sehingga memungkinkan makanan masuk ke dalam perut.
Hasilnya dapat dirasakan secara permanen dan membuat pengidap lebih mudah menelan tanpa rasa sakit.
Ketika cara tersebut tidak berhasil, sebagian orang mungkin saja memerlukan operasi pengangkatan sebagian area kerongkongannya.
5. Peroral Endoscopic Myotomy (POEM)
POEM merupakan prosedur yang dilakukan dengan menggunakan alat bernama endoskop. Alat tersebut dilengkapi dengan kamera dan senter pada sisi ujung untuk mendapat gambaran organ kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar.
Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan otot, sehingga makanan dan minuman dapat dengan mudah mengalir menuju lambung.
Secara umum, peroral endoscopic myotomy dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Dokter spesialis THT akan memasukkan selang endoskop lewat mulut hingga ke kerongkongan (esofagus). Dokter mengendalikan arah alat ini dengan melihat gambar yang diambil oleh kamera di ujung endoskop.
- Selain lampu dan kamera kecil, endoskop juga memiliki pisau kecil khusus di ujungnya. Selama alat ini berada dalam esofagus, pisau kecil tersebut akan memotong dan mengendurkan otot esofagus yang kaku dan memicu gangguan menelan.
- Pisau kecil tersebut juga dapat memotong dan mengendurkan otot di sisi esofagus, katup esofagus bawah, dan bagian atas lambung.
- Setelah selesai, penjepit akan dimasukkan pada dinding esofagus untuk menjaga agar sayatan tetap tertutup.
- Selanjutnya, selang endoskop akan dikeluarkan lewat mulut pasien.
6. Dilatasi pneumatik
Penanganan ini dilakukan menggunakan sebuah perangkat seperti balon, yang dimasukkan dengan endoskopi ke tengah sfingter esofagus dan digelembungkan untuk memperbesar bukaan. Prosedur rawat jalan ini mungkin perlu diulang jika sfingter esofagus tidak tetap terbuka.
Hampir sepertiga orang yang diobati dengan cara ini memerlukan pengobatan ulang. Setidaknya dalam waktu lima tahun. Selain itu, prosedur ini membutuhkan sedasi.
Sama seperti pada prosedur pengobatan lainnya, sejumlah langkah untuk mengatasi akalasia juga dapat memicu munculnya komplikasi. Beberapa kondisi yang menjadi komplikasi pengobatan akalasia, seperti lubang di kerongkongan, kembung, gangguan pencernaan kronis, dan kembalinya gejala akalasia.
Kamu mengalami masalah kesehatan yang satu ini? Begini Penanganan pada Akalasia atau Gangguan Sulit Menelan!
Komplikasi Akalasia
Umumnya, komplikasi akalasia muncul akibat sejumlah gejala yang dialami tidak diatasi dengan langkah perawatan tepat.
Komplikasi terjadi secara bertahap, mulai dari meningkatnya kesulitan menelan makanan dan minuman, hingga penurunan berat badan akibat malnutrisi.
Berikut ini komplikasi lainnya:
- Kanker esofagus atau kerongkongan.
- Naiknya asam lambung ke kerongkongan.
- Pneumonia yang mengakibatkan masuknya makanan ke dalam paru-paru.
- Perforasi esofagus yaitu robeknya dinding kerongkongan.
Pencegahan Akalasia
Jika disebabkan oleh faktor genetik, tidak ada langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Namun, kamu dapat melakukan pemeriksaan dini, agar sejumlah gejala yang muncul dapat diatasi dengan langkah tepat.
Berikut ini beberapa langkah pencegahan akalasia:
- Berhenti merokok.
- Perbanyak konsumsi air putih saat makan.
- Kunyah makanan hingga benar-benar halus sebelum ditelan.
- Jangan konsumsi makanan yang dapat memicu peningkatan asam lambung, seperti makanan pedas, asam, dan makanan serta minuman yang mengandung kafein.
- Makan dengan porsi kecil tapi sering.
- Jangan konsumsi makan saat mendekati waktu tidur.
- Posisikan kepala lebih tinggi saat tidur.
Setiap orang tentu tidak ingin mengalaminya. Untuk itu, simak Begini 5 Cara Sederhana Cegah Akalasia.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika muncul sejumlah gejala yang telah disebutkan dan semakin parah dari waktu ke waktu, sebaiknya konsultasikan diri ke dokter di Halodoc.
Ketahui lebih lanjut, berikut ini 5 Gejala Akalasia yang Bikin Susah Menelan.
Selain itu, apabila kamu memiliki faktor risiko akalasia atau memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit serupa, segeralah lakukan pemeriksaan dini ke dokter.
Dokter mungkin akan merujuk ke dokter spesialis tertentu. Ini penting dilakukan, agar kamu bisa terhindar dari risiko akalasia dan komplikasinya.
Selain itu, dokter mungkin saja meresepkan obat-obatan untuk meredakan gejala akalasia. Tak perlu khawatir, obat bisa kamu beli dengan mudah melalui Toko Kesehatan Halodoc.
Praktis, tanpa perlu keluar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!