Abses Paru
Daftar Isi:
- Apa Itu Abses Paru?
- Penyebab Abses Paru
- Faktor Risiko Abses Paru
- Gejala Abses Paru
- Diagnosis Abses Paru
- Pengobatan Abses Paru
- Pencegahan Abses Paru
- Komplikasi Abses Paru
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Abses Paru?
Abses paru adalah dan pembentukan kavitas (lubang) pada jaringan paru yang berukuran lebih dari 2 sentimeter. Lubang ini berisi kumpulan jaringan paru yang mati (nekrosis) akibat infeksi bakteri. Kondisi ini merupakan bagian dari infeksi paru.
Menurut waktu terjadinya, abses paru dapat terbagi menjadi dua jenis, yakni abses paru akut dan kronis. Abses paru akut terjadi kurang dari 6 minggu dan abses paru dikatakan kronis apabila terjadi lebih dari 6 minggu.
Abses paru bisa berawal dari paru-paru basah. Kenali Bahaya Paru-paru Batah Untuk Kesehatan.
Penyebab Abses Paru
Berdasarkan penyebabnya, abses paru terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Abses paru primer
Kondisi ini terjadi akibat proses di dalam paru itu sendiri dan terjadi pada hampir 60 persen dari seluruh kasus. Penyebab dari dari abses paru primer, antara lain aspirasi (masuknya benda selain udara ke saluran pernapasan), misalnya akibat adanya infeksi gigi, hidung, gangguan kesadaran, gangguan menelan, penyakit refluks lambung, muntah yang sering, infeksi paru (pneumonia), ataupun pada kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah (immunocompromised)
2. Abses paru sekunder
Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari proses di tempat lain. Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan kondisi ini, yaitu sumbatan saluran pernapasan, misalnya oleh tumor, benda asing, atau pembesaran kelenjar getah bening, dengan disertai adanya penyakit paru (seperti penyakit bronkiektasis, emfisema bulosa, fibrosis kistik, infark paru, ataupun kontusio paru).
Selain itu, jenis sekunder dapat merupakan hasil penyebaran melalui darah dari tempat lain, seperti pada keadaan sepsis, endokarditis infektif, infeksi pada kateter vena sentral, dan sebagainya. Penyebab lainnya dari jenis sekunder adalah hasil penyebaran langsung. Hal ini dapat terjadi jika ada lubang yang menyambungkan antara bronkus dan esofagus dan pada abses subfrenikus.
Faktor Risiko Abses Paru
Orang dengan gangguan penggunaan alkohol atau yang baru saja sakit (terutama dengan pneumonia) memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Orang lain yang juga berisiko termasuk mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko abses paru, antara lain:
- Tidak bisa batuk. Hal tersebut sering terjadi akibat anestesi, penggunaan alkohol atau narkoba, penyakit sistem saraf, dan sedasi.
- Kesehatan mulut yang buruk. Orang dengan penyakit gusi lebih mungkin terkena abses paru.
- Sistem kekebalan tubuh yang tidak bekerja dengan baik. Kondisi tersebut dapat kuman masuk ke mulut atau tenggorokan. Kuman tersebut termasuk jamur atau bakteri penyebab TBC, radang tenggorokan, dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Risiko ini juga dapat dialami oleh orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah,seperti pengidap HIV, kanker, atau orang yang menjalani transplantasi organ.
- Tersumbatnya jalan napas. Lendir dapat terbentuk di belakang tumor atau benda asing di tenggorokan, yang dapat menyebabkan abses. Jika bakteri masuk ke dalam lendir, maka terjadi penyumbatan yang dapat menghalangi kamu batuk.
- Penyebab yang menular melalui darah. Meskipun ini jarang terjadi, tapi bakteri atau gumpalan darah yang terinfeksi dari bagian tubuh lain, dapat menyebar melalui aliran darah dan masuk ke paru-paru. Hal tersebut dapat menyebabkan abses paru.
Risikonya tinggi bagi orang-orang yang baru saja dibius dan mereka yang tidak sadarkan diri akibat cedera atau sakit. Menghirup benda asing yang menghalangi jalan napas besar juga merupakan faktor risikonya.
Hati-Hati, Pneumonia Bisa Sebabkan Abses Paru-Paru
Gejala Abses Paru
Tanda dan gejala awal dari kondisi ini biasanya tidak terlalu berbeda dengan infeksi paru pada umumnya. Beberapa gejala abses paru, antara lain:
- Demam.
- Menggigil.
- Batuk.
- Keringat terutama pada malam hari.
- Sesak napas.
- Penurunan berat badan dan lemas.
- Nyeri dada.
- Anemia.
Batuk yang terjadi pada abses paru biasanya awalnya tidak berdahak. Tetapi kemudian menjadi berdahak dan terkadang disertai dengan batuk darah.
Perhatikan jika Batuk Anak Tak Kunjung Sembuh, Bisa Jadi Terkena Penyakit Ini.
Diagnosis Abses Paru
Dokter biasanya mengidentifikasi abses paru melalui analisa gejala, faktor risiko dan gejala fisik. Pada pemeriksaan fisik, biasanya dokter dapat menemukan gejala demam. Dokter juga mungkin mendengar adanya suara napas bronkial dan area di atasnya mungkin terdengar tumpul saat dada diketuk.
Setelah pemeriksaan fisik, dokter mungkin juga perlu melakukan salah satu atau beberapa jenis pemeriksaan berikut:
1. Tes pencitraan
Computerized tomography (CT)dada merupakan salah satu tes yang efektif. Selain itu tes ultrasonografi (USG) paru-paru juga dapat membantu mengevaluasi abses, terutama yang dialami pada anak-anak. CT-scan juga dapat membantu membedakan antara abses paru dan empiema.
2. Analisa kultur bakteri
Sampel dahak yang dibatukkan terkadang perlu diambil untuk dianalisa di laboratorium. Namun bentuk pemeriksaan ini cenderung tidak akurat.
Pengobatan Abses Paru
Penggunaan terapi standar yang biasanya untuk mengobati abses paru adalah antibiotik. Beberapa jenis antibiotik untuk mengobati abses paru, yaitu:
- Klindamisin.
- Metronidazol.
- Kombinasi golongan betalaktam.
- Makrolida.
- Aminoglikosida.
Dokter akan melakukan pemeriksaan yang lengkap untuk menentukan jenis antibiotik apa yang tepat. Perbaikan kondisi biasanya akan terjadi dalam 4-7 hari, tetapi penyembuhan yang dan perbaikan hasil pencitraan dapat terlihat setelah sekitar 2 bulan.
Pada abses yang berukuran lebih dari 6 sentimeter atau gejala dirasakan lebih dari 12 minggu dengan telah mengonsumsi antibiotik, kemungkinan membutuhkan prosedur pembedahan.
Prosedur pembedahan yang paling umum yaitu lumpektomi atau segmentektomi. Melakukan prosedur tersebut dokter akan mengangkat abses dan beberapa jaringan di sekitarnya. Prosedur ini dapat dilakukan dengan operasi invasif minimal, yaitu beruba bedah thoracoscopic yang dibantu dengan gambar video.
Namun, prosedur bedah umumnya dilakukan jika ada indikasi seperti berikut:
- Abses besar (diameter lebih dari 6 sentimeter).
- Batuk darah.
- Sepsis.
- Demam berkepanjangan atau peningkatan jumlah sel darah putih.
- Terbentuknya fistula bronkopleura.
- Empiema.
- Penanganan abses dengan antibiotik atau drainase tidak berhasil.
- Jika ada dugaan kanker yang menyertainya.
Efek samping yang dapat terjadi pada terapi antibiotik bergantung pada jenis antibiotik yang digunakan. Sedangkan untuk terapi pembedahan, efek samping yang dapat terjadi adalah dapat terjadi perdarahan, infeksi, atau dapat terjadi hal yang fatal bila tidak dilakukan bukan oleh ahlinya, ataupun pada keadaan kondisi umum yang berisiko, seperti pada pengidap yang berusia lanjut, malnutrisi, atau pecandu alkohol.
Pencegahan Abses Paru
Beberapa upaya untuk mencegah terjadinya abses paru, yaitu:
- Makan makanan yang bergizi.
- Menerapkan pola hidup yang sehat.
- Berhenti konsumsi alkohol.
- Kunjungi dokter jika mengalami masalah medis yang berkaitan dengan pernapasan.
Selain menerapkan cara di atas, lakukan juga olahraga untuk meningkatkan fungsi paru-paru. Ini 5 Olahraga untuk Meningkatkan Fungsi Paru-Paru.
Komplikasi Abses Paru
Dalam kasus yang jarang terjadi, abses paru dapat pecah. Jika terjadi, kondisi ini adalah masalah medis yang serius. Perawatan bedah juga dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi potensial setelah ruptur atau perawatan bedah abses, antara lain:
- Empiema. Pada empiema, kumpulan besar cairan yang terinfeksi terakumulasi di sekitar paru-paru dekat abses. Kondisi ini bisa mengancam nyawa. Perawatan medis segera harus dilakukan agar cairan dapat dikeluarkan.
- Fistula Bronkopleural. Fistula bronkopleural adalah koneksi abnormal yang berkembang antara saluran udara besar di dalam paru-paru dan ruang di lapisan di sekitar bagian luar paru-paru. Pembedahan atau bronkoskopi dapat memperbaikinya. Dalam bronkoskopi, bronkoskop dan sealant dapat menutup fistula.
- Pendarahan dari Paru-Paru atau Dinding Dada. Ini bisa berupa sejumlah kecil darah atau banyak darah, yang mengancam nyawa.
- Infeksi Menyebar ke Bagian Tubuh Lain. Jika infeksi meninggalkan paru-paru, maka ia dapat menghasilkan abses di bagian lain dari tubuh, termasuk otak.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami keluhan, seperti demam, batuk, sesak napas, nyeri dada ataupun gangguan medis lain, segera periksakan diri ke dokter agar bisa mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Ada juga beberapa pemeriksaan penunjang untuk pengobatan abses paru, simak selengkapnya di artikel berikut Ini Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis Abses Paru.