Sleep Paralysis
DAFTAR ISI
- Apa itu Sleep Paralysis?
- Penyebab Sleep Paralysis
- Gejala Sleep Paralysis
- Komplikasi Sleep Paralysis
- Pengobatan Sleep Paralysis
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa itu Sleep Paralysis?
Sleep paralysis atau biasa disebut sebagai “ketindihan” adalah gangguan tidur di mana seseorang tidak dapat bergerak, bahkan berbicara ketika tertidur atau baru bangun tidur. Sleep paralysis bisa berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Saat tidur tubuh mengalami siklus tidur yang disebut REM (Rapid Eye Movement) yang menyebabkan otot-otot menjadi rileks, dan mencegah tubuh untuk bergerak ketika sedang mimpi.
Ketika sleep paralysis terjadi, otak masih dalam keadaan setengah sadar, tetapi tubuh belum sepenuhnya sadar. Alhasil, tubuh tidak dapat bergerak ketika baru saja bangun tidur.
Penyebab Sleep Paralysis
Penyebab sleep paralysis sebenarnya belum bisa dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya sleep paralysis:
1. Kurang tidur
Waktu tidur yang kurang bisa menyebabkan siklus tidur terganggu. Siklus tidur yang tidak beraturan ini dapat menyebabkan kamu mengalami sleep paralysis. Cobalah untuk mengatur jadwal dan waktu tidur yang cukup dalam satu hari.
2. Stres
Stres bisa memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur seseorang. Tak hanya itu, stres bisa memicu berbagai gangguan tidur seperti sleep paralysis. Sebisa mungkin hindari berbagai pemicu stres dan jalani pola hidup sehat agar mendapatkan kualitas tidur yang baik.
3. Pola tidur yang tidak teratur
Pola tidur yang tidak teratur biasanya bermula dari kebiasaan begadang atau tidur larut malam. Pola tidur yang berantakan ini bisa mengganggu ritme tidur tubuh dan meningkatkan risiko sleep paralysis.
4. Penggunaan obat-obatan tertentu
Terdapat beberapa obat yang bisa memicu terjadinya sleep paralysis seperti antidepresan. Hal ini terjadi karena obat antidepresan bisa memberikan efek kontrol tidur selama siklus tidur REM.
Gejala Sleep Paralysis
Sleep paralysis bisa menyebabkan seseorang menjadi lumpuh sementara saat tertidur atau bangun tidur. Selain itu, ada berbagai gejala lain yang bisa terjadi saat kamu mengalami sleep paralysis, seperti:
1. Tidak bisa menggerakan anggota tubuh
Kondisi ini merupakan gejala yang paling sering terjadi. Seseorang yang mengalami sleep paralysis biasanya tidak mampu untuk menggerakan tubuhnya, dan hanya bisa terpaku di tempat tidur.
2. Halusinasi
Pada gejala ini, seseorang yang mengalami sleep paralysis bisa mengalami pengalaman sensori yang tidak nyata. Halusinasi ini terbagi menjadi beberapa kategori seperti:
- Halusinasi visual. Melihat sosok menyeramkan, bayangan, atau cahaya yang tidak biasa.
- Halusinasi auditori. Menyebabkan seseorang mendengar suara bisikan, langkah kaki, atau suara-suara aneh lain.
- Halusinasi taktil. Pengidap merasa disentuh, ditekan, atau digendong oleh sesuatu yang tidak ada.
3. Sensasi tertekan
Pada kondisi ini seseorang yang mengalami sleep paralysis akan merasa sesak di bagian dada dan tubuh bagian atas (seperti ditindih oleh sesuatu).
4. Kesulitan bernapas
Sleep paralysis juga punya gejala berupa perasaan sesak napas dan kesulitan bernapas, meskipun orang tersebut tidak punya riwayat penyakit pernapasan.
5. Ketakutan dan kecemasan
Rasa takut dan cemas yang intens juga bisa terjadi ketika sedang mengalami sleep paralysis. Sleep paralysis juga sering disertai dengan mimpi buruk sehingga menyebabkan pengidapnya menjadi ketakutan dan cemas.
Komplikasi Sleep Paralysis
Sleep paralysis umumnya tidak menimbulkan komplikasi fisik yang serius. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat dapat memicu beberapa masalah psikologis berkelanjutan. Komplikasi psikologi yang mungkin terjadi dapat berupa:
- Gangguan kecemasan. Sleep paralysis yang terjadi berulang bisa memperburuk gangguan kecemasan pada seseorang seperti gangguan panik.
- Insomnia. Ketakutan karena mengalami sleep paralysis bisa menyebabkan seseorang mengalami insomnia dan mempengaruhi kualitas tidur.
- Fobia. Beberapa orang mungkin menjadi fobia terhadap tidur atau tempat tidur akibat pengalaman sleep paralysis yang traumatis.
- Depresi. Pengalaman sleep paralysis berulang dan berkepanjangan bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi karena rasa putus asa dan kelelahan yang terjadi akibat sleep paralysis.
- PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Pada kasus parah, seseorang yang mengalami sleep paralysis bisa menjadi traumatis dan memicu PTSD. Gejala PTSD akibat sleep paralysis bisa berupa kilas balik, mimpi buruk, dan menghindari situasi yang mengingatkan pada trauma terhadap sleep paralysis.
Pengobatan Sleep Paralysis
Sebenarnya tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi sleep paralysis.. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi frekuensi dan menghindari dampak psikologisnya:
1. Mengelola faktor pemicu
Kelola faktor pemicu bisa menjadi langkah awal untuk mengobati sleep paralysis, seperti:
- Mengatur jadwal tidur.
- Istirahat yang cukup.
- Kelola stres dengan baik.
- Hindari konsumsi kafein atau nikotin terutama sebelum tidur.
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman untuk mendukung kualitas tidur yang baik.
2. Terapi kognitif-perilaku (CBT)
Terapi ini sangat efektif untuk membantu mengubah pola pikir negatif dan mengatasi rasa takut karena sleep paralysis. Terapi CBT juga bisa meliputi teknis relaksasi yang berfungsi mengurangi kecemasan sebelum tidur.
3. Obat-obatan
Dalam kasus tertentu, dokter bisa meresepkan obat-obatan untuk membantu mengatur siklus tidur. Obat penenang juga mungkin diberikan dokter untuk mengurangi kecemasan yang sangat parah.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila sleep paralysis terjadi secara berulang, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang efektif dan tepat. Selain itu, segera hubungi dokter bila:
- Sleep paralysis mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Mengalami kecemasan atau depresi parah akibat sleep paralysis.
- Sleep paralysis disertai gejala fisik yang tidak biasa.
Kamu bisa bertanya lebih jauh mengenai sleep paralysis ke psikolog atau dokter di Halodoc untuk mendapatkan saran medis atau penanganan yang tepat.