Inkontinensia Urine
DAFTAR ISI
- Apa Itu Inkontinensia Urine?
- Penyebab Inkontinensia Urine
- Faktor Risiko Inkontinensia Urine
- Gejala Inkontinensia Urine
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Inkontinensia Urine
- Diagnosis Inkontinensia Urine
- Pengobatan Inkontinensia Urine
- Komplikasi Inkontinensia Urine
- Pencegahan Inkontinensia Urine
Apa Itu Inkontinensia Urine?
Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih. Kondisi ini umum terjadi dan sering kali membuat pengidapnya merasa malu.
Tingkat keparahannya berkisar dari sering buang air kecil saat batuk atau bersin, hingga keinginan untuk buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat. Alhasil, pengidpanya tidak bisa ke toilet tepat waktu.
Meskipun sering terjadi seiring bertambahnya usia, inkontinensia urine bukanlah konsekuensi penuaan yang tidak terhindarkan. Jika inkontinensia urine mempengaruhi aktivitas sehari-hari, maka jangan ragu untuk mengunjungi dokter.
Biasanya, penyesuaian gaya hidup dan perubahan pola makan atau bahkan perawatan medis tertentu dapat mengobati gejala inkontinensia urine.
Penyebab Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran kemih bagian bawah maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian bawah.
Jika terkait saluran kemih bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan karena aktivitas otot dinding kandung kemih yang berlebihan.
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh penyakit saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung kemih atau pun kanker kandung kemih.
Namun, inkontinensia urine juga dapat terjadi meski saluran kemih normal.
Kondisi tersebut biasanya terjadi pada lanjut usia dan terkait dengan kondisi mobilitas juga kognitif.
Penyebab inkontinensia sementara atau jangka pendek dapat mencakup:
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi di dalam saluran kemih (uretra, ureter, kandung kemih dan ginjal) dapat menyebabkan rasa sakit dan meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil
- Kehamilan
Selama kehamilan, rahim memberi tekanan ekstra pada kandung kemih saat mengembang.
Sebagian besar wanita yang mengalami inkontinensia selama kehamilan menyadari bahwa inkontinensia akan hilang dalam beberapa minggu setelah melahirkan.
- Obat-obatan
Inkontinensia dapat menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk diuretik dan antidepresan.
- Minuman
Mengonsumsi minuman tertentu, seperti kopi dan alkohol, dapat membuat seseorang perlu buang air kecil lebih sering.
Jika kamu berhenti mengonsumsi minuman ini, kebutuhan untuk sering buang air kecil pun akan menurun.
- Sembelit
Sembelit kronis (tinja yang keras dan kering) dapat menyebabkan seseorang memiliki masalah kontrol kandung kemih.
Sementara itu, penyebab inkontinensia kronis atau jangka panjang dapat meliputi:
- Gangguan Dasar Panggul. Ketika seseorang memiliki masalah dengan otot-otot dasar panggul, maka dapat memengaruhi fungsi organ, termasuk kandung kemih.
- Stroke. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah dengan kontrol otot. Hal ini mencakup otot-otot yang mengontrol sistem kemih.
- Diabetes. Ketika mengidap diabetes, tubuh memproduksi lebih banyak urine. Peningkatan jumlah urine dapat menyebabkan masalah kebocoran. Selain itu, neuropati perifer dapat mempengaruhi fungsi kandung kemih.
- Menopause. Ketika tubuh wanita mengalami perubahan kadar hormon dengan cepat, otot-otot dasar panggul juga bisa menjadi lebih lemah. Hal ini bisa terjadi seiring bertambahnya usia.
- Multiple Sclerosis. Jika seseorang mengidap kondisi ini, mungkin akan mengalami kehilangan kontrol dengan kandung kemih, yang menyebabkan masalah kebocoran.
- Pembesaran Prostat. Ketika prostat lebih besar dari biasanya, dapat menyebabkan beberapa masalah kontrol kandung kemih. Kondisi ini juga disebut sebagai benign prostatic hyperplasia.
- Pasca Pengobatan Kanker Prostat. Selama operasi kanker prostat, otot sfingter terkadang dapat rusak yang menyebabkan inkontinensia stres.
Jenis-Jenis Inkontinensia Urine
Jenis inkontinensia urin biasanya berkaitan dengan penyebabnya. Termasuk:
- Inkontinensia Stres. Urine bocor saat batuk, tertawa, atau melakukan aktivitas tertentu.
- Inkontinensia Urge. Ada dorongan tiba-tiba dan kuat untuk buang air kecil dan urine bocor pada saat yang sama atau setelahnya.
- Inkontinensia Overflow. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya dapat menyebabkan kebocoran.
- Inkontinensia Total. Kandung kemih tidak dapat menyimpan urine.
- Inkontinensia Fungsional. Urine keluar karena seseorang tidak dapat ke toilet tepat waktu (masalah mobilitas).
- Inkontinensia Campuran. Kombinasi berbagai jenis inkontinensia urine.
Catat, Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Atasi Inkontinensia Urine
Faktor Risiko Inkontinensia Urine
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin meningkat.
Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa memicu terjadinya kondisi tersebut, yaitu:
- Jenis Kelamin. Wanita lebih sering mengalami inkontinensia stres. Sedangkan pria yang memiliki masalah kelenjar prostat berada pada peningkatan risiko jenis inkontenesia urge dan overflow incontinence.
- Usia. Seiring bertambahnya usia, otot-otot kandung kemih dan uretra kehilangan sebagian kekuatannya.
- Kelebihan Berat Badan. Berat badan berlebih meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan otot-otot di sekitarnya, yang melemahkannya. Sehingga memungkinkan urine bocor saat seseorang batuk atau bersin.
- Merokok. Penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko inkontinensia urine.
- Riwayat Keluarga. Jika terdapat anggota keluarga dekat mengalami inkontinensia urine, maka risiko kamu mengalami kondisi tersebut lebih tinggi.
- Mengidap Penyakit Tertentu. Misalnya penyakit saraf atau diabetes dapat meningkatkan risiko inkontinensia urine.
Gejala Inkontinensia Urine
Berdasarkan jenisnya, berikut adalah beberapa gejala inkontinensia urine uang bisa terjadi:
- Inkontinensia Stres. Urine bocor keluar di saat terjadi tekanan di kandung kemih, misalnya saat batuk, bersin, atau tertawa.
- Inkontinensia Urge. Pengidap memiliki keinginan yang kuat untuk tiba-tiba buang air kecil diikuti dengan keluarnya urine yang tidak sengaja (mengompol). Pengidap bisa buang air kecil hingga lebih dari 8 kali dalam sehari, termasuk di malam hari.
- Inkontinensia Overflow. Pengidap sering mengompol dalam jumlah urine yang sedikit-sedikit karena kandung kemih tidak sepenuhnya kosong.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Inkontinensia Urine
Apabila kamu sering mengalami inkontinensia urine, segera hubungi dokter spesialis urologi di Halodoc.
Dokter akan memberikan konsultasi, saran, serta perawatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang kamu alami.
Berikut ini rekomendasi dokter spesialis yang sudah berpengalaman dan memiliki ulasan positif dari pasien-pasien yang sebelumnya pernah mereka tangani:
- dr. Ben Mantiri Sp.U
- dr. Adryansyah Can Sp.U
- dr. Dian Paramita Oktaviani S Sp.U, M.Ked.Klin
- dr. Albert Ivan Parasian Sp.U
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Inkontinensia Urine
Dokter akan melakukan pemeriksaan terkait kondisi inkontinensia urine, tipe, waktu saat terjadi, obat yang sedang dikonsumsi, gejala lainnya untuk menilai kemungkinan penyebab inkontinensia urine.
Pada pemeriksaan fisik, dokter mengidentifikasi adanya gangguan lain yang menyertai, pemeriksaan kandung kemih dan panggul, kondisi saraf, juga pemeriksaan colok dubur jika perlu (misalnya untuk deteksi pembesaran prostat pada laki-laki lanjut usia).
Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa disarankan di antaranya pemeriksaan urine, sistogram, USG, pemeriksaan urodinamik, dan sistoskopi.
Pengobatan Inkontinensia Urine
Menentukan penyebab, jenis, dan tingkat keparahan inkontinensia urine sangat penting, agar dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.
Pengobatan inkontinensia urine meliputi:
- Terapi Perilaku. Untuk mengurangi inkontinensia urine dengan edukasi, pemantauan kebiasaan berkemih, penyesuaian asupan cairan dan kafein, penurunan berat badan untuk wanita yang kelebihan berat badan, penggunaan alat bantu (misalnya, tempat berkemih di samping tempat tidur), dan berbagai jenis pelatihan kandung kemih dan saluran uretra (misalnya, meningkatkan jarak waktu berkemih dan latihan otot panggul).
- Terapi Obat. Dilakukan untuk merelaksasikan kandung kemih. Obat yang digunakan merupakan obat golongan antikolinergik yang dapat memiliki efek samping diantaranya mulut kering, sulit BAB, penglihatan buram dan rasa seperti kebingungan.
- Keteter. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tindakan berupa pemasangan kateter.
- Pembedahan. Ini dapat dilakukan terutama pada kasus inkontinensia urine karena sumbatan di saluran kemih atau pemasangan sfingter buatan (otot berbentuk cincin untuk mencegah aliran urine dari kandung kemih ke uretra).
Komplikasi Inkontinensia Urine
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat inkontinensia urine kronis, antara lain:
- Masalah Kulit. seperti ruam, infeksi kulit dan luka.
- Infeksi Saluran Kemih. Inkontinensia bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih berulang.
- Mengganggu Kehidupan Sosial. Inkontinensia urine merupakan masalah yang memalukan, sehingga bisa memengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan hubungan pribadi pengidapnya.
- Prolaps. Bagian dari vagina, kandung kemih, dan terkadang uretra dapat jatuh ke pintu masuk vagina. Hal ini biasanya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul.
Pencegahan Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine di antaranya dapat dicegah dengan:
- Menjaga berat badan tetap ideal. Kelebihan berat badan dapat menambah tekanan pada kandung kemih dan otot-otot panggul.
- Membatasi mengonsumsi minuman yang bersifat diuretic, seperti teh, kopi, alkohol dan minuman bersoda.
- Latihan kegel untuk memperkuat otot-otot dasar panggul yang berperan dalam mengontrol buang air kecil.
- Konsumsi makanan yang kaya serat untuk mencegah sembelit, karena sembelit dapat menambah tekanan pada kandung kemih dan memperburuk gejala inkontinensia.
- Merokok dapat menyebabkan batuk kronis yang menambah tekanan pada kandung kemih. Berhenti merokok dapat membantu mencegah inkontinensia urine.
- Biasakan buang air kecil pada waktu-waktu yang teratur, misalnya setiap 2-3 jam, bahkan jika tidak merasa ingin buang air kecil. Hal ini dapat membantu melatih kandung kemih untuk menahan urine lebih lama.
- Hindari mengangkat beban yang terlalu berat, karena ini dapat meningkatkan tekanan pada otot-otot panggul dan kandung kemih.
- Kondisi kesehatan seperti diabetes dan infeksi saluran kemih dapat memperburuk inkontinensia urine. Mengelola kondisi-kondisi ini dengan baik dapat membantu mencegah inkontinensia.