Kepribadian Narsisistik Picu Depresi Hingga Keinginan Bunuh Diri, Kok Bisa?
Halodoc, Jakarta - Salah satu gangguan mental yang mudah ditemukan pada seseorang adalah narcissistic personality disorder. Gangguan mental ini menyebabkan seseorang merasa bahwa dirinya superior, atau jauh lebih penting, lebih hebat, lebih rupawan dan semacamnya daripada orang lain. Sayangnya, mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk dipuji atau dibanggakan, namun memiliki empati yang rendah terhadap orang lain.
Namun, tahukah kamu di balik rasa percaya diri yang begitu tinggi, orang dengan gangguan mental narsis memiliki rasa percaya diri yang rapuh dan mudah runtuh hanya dengan sedikit kritikan. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, gangguan mental satu ini mempengaruhi aspek dalam kehidupan hingga membuat pengidapnya depresi dan ingin bunuh diri.
Tidak hanya itu, pengidap gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa diri mereka lebih istimewa, sehingga ia membatasi pergaulannya terbatas hanya pada orang-orang yang dirasa sepadan dengan dirinya. Mereka berusaha mencari perhatian yang berlebihan hanya untuk mengetahui bahwa ia selalu dipikirkan atau dibicarakan oleh orang lain. Mereka tidak dapat menoleransi kritik atau kekalahan, sehingga ketika mendapatkan kritik keras atau penolakan, mereka sering ditinggalkan atau tidak diperdulikan.
Ini yang menyebabkan mereka mudah merasa depresi yang kemudian memicu keinginan bunuh diri. Cara mengatasi kondisi semacam ini bukan hal yang mudah, dan ada tantangan sendiri yang akan dihadapi.
Baca Juga: Karakter yang Bikin Dijauhi Banyak Orang
Lalu, Apa yang Membuat Seseorang Memiliki Kepribadian Narsistik?
Sayangnya hingga kini belum ditemukan penyebab pasti seseorang memiliki gangguan kepribadian narsistik. Sama halnya dengan gangguan kepribadian atau masalah kejiwaan lain, kondisi ini berangkat dari berbagai penyebab yang cukup kompleks. Beberapa hal dikaitkan menjadi penyebab munculnya kepribadian narsistik pada seseorang:
Lingkungan, yang berhubungan dengan ketidaksesuaian dalam hubungan orangtua dan anak dengan kritik berlebihan yang kurang sesuai dengan pengalaman anak.
Genetika, kondisi ini berkaitan dengan faktor keturunan.
Neurobiologi, ada hubungan antara otak dengan perilaku atau pola pikir seseorang.
Faktanya, gangguan kepribadian narsistik sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan sering bermula pada usia remaja akhir atau dewasa awal. Perlu diingat, kala anak menunjukkan tanda-tandanya, bukan berarti ia terus mengembangkan gangguan ini ketika ia dewasa. Orangtua dan lingkungan harus saling bahu membahu agar gangguan semacam ini tidak membuat mereka merasa risih atau terganggu akan sifat yang ditujukan pengidapnya.
Baca Juga: 12 Ciri Pengidap Gangguan Kepribadian Narsistik
Cara Mengatasi dan Menyikapi Seseorang dengan Kepribadian Narsistik
Untuk menyikapi penderita gangguan kepribadian ini, sebaiknya kamu menghindari beradu argumen. Pasalnya, mereka tidak mengenal sifat mengalah. Jika terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada perdebatan, beri tahu saja bahwa kamu tidak setuju dan menyingkir, jangan diperpanjang. Selain itu, saat ia menghina dan mengejek, jangan mudah sakit hati karena kamu yang paling mengetahui dirimu lebih dari orang lain.
Sementara penanganan dari dokter atau psikolog dibutuhkan saat mereka merasa depresi. Saat pengidap gangguan kepribadian narsistik merasakan kesedihan yang berlarut-larut, saat itulah ia membutuhkan pertolongan dokter. Penanganan yang tepat membuat hidupnya terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Baca Juga: Percaya Diri atau Narsistik? Ketahui Bedanya
Penderita gangguan kepribadian ini rentan mengalami depresi, jadi kamu tidak boleh mengabaikannya. Sebaiknya tanyakan cara mengatasi kepribadian narsistik langsung pada ahlinya. Mudah saja, kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc dan bertanya langsung pada dokter melalui layanan Talk to a Doctor.
Baca juga: Narsisistik Lebih Dari Sekadar Suka Selfie, Ketahui Faktanya