Kenapa Lansia Rentan Alami Aneurisma Otak?
“Aneurisma otak terjadi ketika muncul benjolan pada pembuluh darah di otak yang terisi dengan darah. Kondisi ini sangat jarang menimbulkan gejala, kecuali saat aneurisma mengalami bocor atau pecah.”
Halodoc, Jakarta - Aneurisma otak adalah tonjolan yang terletak pada pembuluh darah di otak. Jika diibaratkan, aneurisma otak mirip seperti berry yang tergantung pada batang pohon. Ketika mengalami kebocoran atau pecah, aneurisma otak menyebabkan perdarahan di otak yang kondisinya disebut stroke hemoragik.
Biasanya, aneurisma otak pecah di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Jenis stroke hemoragik ini disebut perdarahan subaraknoid.
Aneurisma yang pecah dengan cepat menjadi mengancam jiwa, sehingga membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin. Namun, sebagian besar kasus aneurisma otak tidak pecah, tidak menimbulkan masalah kesehatan atau menyebabkan gejala. Aneurisma otak sering terdeteksi ketika seseorang menjalani tes untuk kondisi lain.
Gejala yang Ditimbulkan Aneurisma Otak
Meskipun aneurisma otak biasanya tidak menunjukkan gejala, kondisi ini dapat menekan otak dan saraf ketika ukurannya menjadi semakin besar. Sebaiknya, segera periksakan diri ke dokter, apabila kamu mengalami gejala berikut ini, seperti:
- Sakit kepala.
- Pembesaran pupil.
- Penglihatan menjadi kabur atau penglihatan ganda.
- Nyeri di atas dan di belakang mata.
- Kelopak mata terkulai.
- Sulit berbicara.
- Kelemahan dan mati rasa di satu sisi wajah.
Jika kamu berencana memeriksakan diri ke dokter, jangan lupa untuk buat janji di rumah sakit terdekat melalui aplikasi Halodoc. Lewat Halodoc, kamu bisa tahu estimasi waktu bertemu dokter, sehingga tidak perlu mengantre lama-lama.
Aneurisma otak yang mengalami kebocoran atau pecah menimbulkan gejala berupa sakit kepala yang menyakitkan hingga kehilangan kesadaran. Ada beberapa gejala yang perlu kamu waspadai terkait dengan aneurisma otak, seperti mual dan muntah, mengalami kantuk terus-menerus, hingga mengalami kehilangan keseimbangan.
Selain itu, leher juga menjadi lebih kaku, pelebaran pupil, lebih sensitif terhadap cahaya, penglihatan menjadi kabur, kelopak mata terkulai, hingga mengalami gangguan kesadaran mental.
Lansia Lebih Rentan Mengidap Aneurisma Otak
Aneurisma otak bisa memengaruhi siapa pun, tetapi lansia berisiko lebih tinggi mengidapnya ketimbang orang dewasa yang lebih muda dan anak-anak. Aneurisma otak paling umum terjadi pada orang berusia antara 35-60 tahun.
Aneurisma otak berkembang seiring bertambahnya usia. Kondisi ini terbentuk pada cabang pembuluh darah yang cenderung lebih lemah. Itulah mengapa, aneurisma sering ditemukan di dasar otak. Wanita lebih mungkin mendapatkan aneurisma daripada pria akibat perubahan kadar estrogen yang terjadi setelah menopause.
Bukan hanya lansia, ada beberapa faktor yang memicu seseorang lebih rentan mengalami aneurisma otak, seperti:
- Berjenis kelamin wanita.
- Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
- Memiliki gangguan pembuluh darah.
- Memiliki gangguan genetik yang memengaruhi jaringan ikat.
- Mengalami gangguan ginjal.
- Mengalami aneurisma otak sebagai penyakit bawaan lahir.
Selain itu, kebiasaan merokok, infeksi darah, riwayat tekanan darah tinggi, dan cedera pada bagian otak juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami aneurisma otak.
Bagaimana Cara Mengobati Aneurisma Otak?
Perawatan untuk aneurisma dapat bervariasi berdasarkan ukuran, lokasi, dan tingkat keparahan aneurisma serta apakah kondisinya telah pecah atau bocor. Obat nyeri bisa dikonsumsi untuk meredakan sakit kepala dan sakit mata. Jika letak aneurisma dapat terjamah, pembedahan dapat dilakukan untuk memperbaiki atau memotong aliran darah ke aneurisma.
Hal ini bisa mencegah agar aneurisma tidak bertambah besar, bocor bahkan pecah. Beberapa opsi pembedahan yang dapat dilakukan, yaitu kliping bedah, di mana aneurisma ditutup menggunakan klip logam atau endovaskular melingkar dengan memasukkan kateter dimasukkan melalui arteri ke aneurisma dan aliran darah tersumbat untuk menutup aneurisma.