Kenali Quadriplegia yang Sebabkan Kelumpuhan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Juli 2019
Kenali Quadriplegia yang Sebabkan KelumpuhanKenali Quadriplegia yang Sebabkan Kelumpuhan

Halodoc, Jakarta - Kelumpuhan dapat terjadi karena berbagai hal. Salah satunya adalah kondisi medis bernama quadriplegia atau yang juga dikenal dengan nama tetraplegia. Kelumpuhan akibat kondisi ini umumnya terjadi pada bagian tangan, badan, kaki, dan organ pelvis. 

Penyebab quadriplegia adalah kerusakan pada saraf tulang belakang. Saraf pada bagian ini memegang peran penting dalam pergerakan dan indra perasa. Itulah sebabnya quadriplegia dapat menyebabkan hilangnya kemampuan gerak atau kelumpuhan.  

Sebenarnya, ketika saraf tulang belakang mengalami cedera atau kerusakan, ada cukup banyak masalah yang bisa terjadi (selain kelumpuhan). Beberapa di antaranya adalah sangat rendahnya tekanan darah, detak jantung melambat, kesulitan bernapas, hingga pembekuan darah yang dapat mengancam nyawa.

Baca juga: Ketahui Penyebab dari Kondisi Quadriplegia

Beberapa masalah lain yang juga dapat dialami oleh pengidap quadriplegia adalah:

  • Inkontinensia usus dan kemih.

  • Gangguan pencernaan.

  • Mati rasa dan berkurangnya sensasi.

  • Otot kaku, terutama pada tangan dan kaki.

  • Tidak dapat menggerakkan atau merasakan di bawah area yang terpengaruh.

Quadriplegia merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang siapa saja, tanpa pandang bulu. Jadi, jika kamu mengalami beberapa gejala seperti yang telah dijabarkan tadi, segera periksakan diri ke dokter. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.

Faktor yang Meningkatkan Risiko

Seperti telah disebutkan di awal, bahwa penyebab utama dari quadriplegia adalah cedera atau kerusakan pada saraf tulang belakang. Namun, kondisi lainnya seperti cerebral palsy dan stroke dapat menyebabkan kelumpuhan yang terlihat sama. Selain dari kondisi kesehatan, kecelakaan mobil, dan cedera yang terkait dengan pekerjaan, beberapa faktor berikut juga dapat meningkatkan risiko:

  • Pria. Sebagian besar dari cedera saraf tulang belakang mempengaruhi pria.

  • Berusia di atas 65 tahun. Jatuh merupakan penyebab utama cedera pada lansia.

  • Gangguan pada tulang atau sendi. Cedera yang cukup minor dapat menyebabkan cedera pada saraf tulang belakang jika memiliki kelainan lainnya yang mempengaruhi tulang atau sendi, seperti artritis atau osteoporosis.

Baca juga: Hati-Hati, Gangguan Pencernaan Jadi Gejala Quadriplegia

Bagaimana Quadriplegia Didiagnosis?

Untuk memastikan apakah seseorang mengidap quadriplegia atau tidak, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes, yaitu:

  • Computerized tomography (CT) scan. CT scan dapat menunjukkan kelainan yang lebih jelas dibandingkan dengan X-ray. Scan ini menggunakan komputer untuk menggabungkan kumpulan gambar cross-sectional yang dapat menunjukkan masalah pada tulang, piringan sendi dan lainnya.

  • X-ray. Personel medis biasanya akan menyarankan tes ini pada orang-orang yang diduga memiliki cedera pada saraf tulang belakang setelah trauma. X-ray dapat menunjukkan masalah tumor, patahan atau perubahan degeneratif pada tulang belakang.

  • Magnetic resonance imaging (MRI). Tes ini menggunakan medan magnetik yang kuat dan gelombang suara untuk menghasilkan gambar. Tes ini sangat berguna untuk melihat saraf tulang belakang dan menunjukkan piringan sendi dengan hernia, pembekuan darah dan gumpalan lainnya yang dapat menekan saraf tulang belakang.

Baca juga: Begini Diagnosis untuk Deteksi Quadriplegia

Setelah diagnosis ditetapkan, dokter biasanya akan menyarankan pengidap quadriplegia untuk menjalani rawat inap. Terutama pada kasus quadriplegia yang disebabkan oleh cedera. Selanjutnya pengidap akan dipindahkan ke pusat rehabilitasi, untuk menjalani beberapa jenis perawatan, seperti:

  • Perawatan pernapasan meliputi olahraga dan perawatan untuk membantu bernapas dan menjaga paru-paru tetap sehat. Pengidap mungkin akan memerlukan mesin ventilator untuk membantu pernapasan.

  • Perawatan kulit membantu mencegah luka akibat tekanan. Para spesialis akan membantu pengidap untuk mempelajari bagaimana menjaga kulit agar tetap sehat.

  • Terapis fisik akan mengajarkan latihan untuk meningkatkan pergerakan dan kekuatan.

  • Terapis okupasional akan membantu pengidap belajar melakukan aktivitas sehari-hari.

  • Program usus dan kemih untuk membantu pengidap saat buang air kecil atau buang air besar.