Kenali Penyebab Divertikulitis, Radang Kantung Usus Besar
Halodoc, Jakarta – Divertikulitis adalah peradangan pada kantung yang terbentuk di sepanjang saluran cerna (divertikula), terutama di usus besar (kolon) bagian sigmoid. Kebanyakan kasus divertikulitis terjadi pada orang berusia lebih dari 40 tahun dan orang yang jarang konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur. Divertikulitis dapat diatasi dengan terapi, namun harus melihat kembali dari penyebabnya.
Baca Juga: Jarang Makan Sayur Bisa Bikin Usus Besar Sakit, Hati-Hati Divertikulitis
Bagaimana Divertikulitis Terjadi?
Divertikulitis terjadi akibat makanan tidak tercerna dengan baik sehingga terjebak dan menyumbat divertikula. Akibatnya, kantung ini membengkak dan timbul robekan kecil pada dinding usus besar. Kondisi ini membuat bakteri usus besar berkembang lebih banyak hingga menimbulkan infeksi.
Meski belum diketahui penyebabnya, terbentuknya divertikula diduga akibat pola makan rendah serat, konstipasi, dan obesitas. Faktor risiko lainnya adalah pertambahan usia, faktor genetik, efek samping obat-obatan, kebiasaan merokok, dan kurang olahraga.
Apa Saja Tanda dan Gejala Divertikulitis?
Divertikulitis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Jika sudah mengalami peradangan divertikula dan berkembang menjadi divertikulitis, pengidapnya akan mengalami nyeri perut, sembelit atau diare, perut kembung, demam, mual, muntah, serta buang air besar disertai lendir maupun darah.
Bila gejala ini muncul, jangan ragu berbicara pada dokter agar dilakukan diagnosis. Biasanya divertikulitis didiagnosis lewat pemeriksaan fisik dan pemeriksaan colok dubur untuk melihat adanya perdarahan. Tes darah, tes urine, tes kehamilan, tes darah samar pada sampel tinja, dan CT scan juga bisa dilakukan untuk menunjang hasil pemeriksaan sebelumnya.
Baca Juga: Terdengar Mirip, Apa Perbedaan Divertikulosis dan Divertikulitis?
Bagaimana Divertikulitis Diobati?
Divertikulitis yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menimbulkan komplikasi. Di antaranya abses, fistula, obstruksi usus, serta perforasi dan peritonitis. Itu sebabnya setelah didiagnosis mengidap divertikulitis, berikut pengobatan yang mungkin dijalani:
-
Konsumsi obat, seperti antibiotik (diberikan secara oral ataupun suntik) dan obat pereda nyeri.
-
Diet tinggi cairan dan rendah serat. Dilakukan hingga nyeri yang muncul berkurang dan menghilang. Setelahnya, kamu bisa menambahkan asupan serat pada menu makan harian.
-
Infus cairan dan nutrisi. Biasanya pengidap diminta puasa selama seminggu untuk mengistirahatkan usus.
-
Pemasangan selang ke lambung untuk membantu mengosongkan isi lambung.
-
Operasi. Dilakukan pada pengidap yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, mengalami divertikulitis berulang, atau saat muncul komplikasi. Terdapat dua jenis operasi yang mungkin dilakukan, yaitu reseksi usus dan anastomosis serta reseksi usus dengan kolostomi.
Bisakah Divertikulitis Dicegah?
Tentu bisa. Caranya dengan rutin berolahraga, konsumsi lebih banyak serat, dan minum banyak cairan. Berikut penjelasannya.
-
Olahraga rutin mendorong fungsi usus yang normal dan mengurangi tekanan pada usus besar. Lakukan setidaknya 20-30 menit per hari.
-
Konsumsi lebih banyak serat untuk melunakkan feses dan membantunya melewati usus besar lebih cepat. Hal ini mengurangi tekanan di dalam saluran cerna. Makanan berserat yang bisa dikonsumsi adalah sayur, buah, dan gandum utuh.
-
Minum banyak cairan berfungsi membantu proses pelunakan feses pada usus besar.
Baca Juga: Perawatan dan Pengobatan yang Ampuh Mengatasi Divertikulitis
Kalau kamu mengalami gejala divertikulitis, jangan ragu berdiskusi dengan dokter Halodoc. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk bicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!