Kenali Gejala dari Penyakit Anemia Hemolitik
Halodoc, Jakarta - Anemia hemolitik adalah kondisi saat sel darah merah hancur lebih cepat dibandingkan proses pembentukannya. Kondisi ini terjadinya karena dipicu oleh faktor dari dalam sel darah merah (intrinsik) maupun faktor dari luar sel darah merah (ekstrinsik). Cukup banyak hal, kondisi, dan faktor dapat merangsang tubuh untuk menghancurkan sel-sel darah merah. Berbagai penyebab penyakit ini pun bisa diwariskan atau diperoleh.
Kondisi diwariskan berarti orangtua yang menurunkan gen yang memicu kondisi tersebut, sementara ada juga kasus yang mana tubuh seseorang tidak memiliki gen pemicu tersebut namin tubuh kamu sendiri yang mengembangkan kondisi tersebut. Selain itu, pada beberapa kasus, penyebab anemia hemolitik tidak bisa terdeteksi.
Baca Juga: Mudah Lelah, Waspada 7 Tanda Anemia yang Perlu Diatasi
Gejala Anemia Hemolitik
Gejala penyakit anemia hemolitik hampir mirip dengan anemia jenis lain. Untuk membedakannya, kamu wajib melakukan diagnosis lebih lanjut. Beberapa gejala anemia hemolitik yang kerap muncul, antara lain:
- Kulit pucat.
- Kelelahan.
- Demam.
- Kepala terasa berat dan berkunang-kunang.
- Pusing.
- Letih dan tidak dapat melakukan aktivitas fisik berat.
Sementara gejala lain yang bisa muncul pada penderita anemia hemolitik antara lain:
- Urine yang berubah jadi gelap.
- Kulit dan putih mata menguning.
- Jantung terasa berdesir.
- Denyut jantung meningkat.
- Pembesaran limpa dan hati.
Baca Juga: Inilah Jenis-Jenis Anemia yang Merupakan Penyakit Keturunan
Pengobatan Anemia Hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik akan bergantung pada tingkat keparahan anemia, usia, kondisi kesehatan pasien secara umum, dan toleransi pasien terhadap obat-obatan tertentu. Beberapa metode pengobatan anemia hemolitik yang bisa dilakukan antara lain:
-
Transfusi darah. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pasien dan mengganti sel darah yang rusak secara cepat.
-
Imunoglobulin intravena (IVIG). Faktanya, saat seseorang mengalami kekurangan sel darah merah, maka hal ini dapat menyebabkan pasien lebih rentan terkena infeksi. Untuk mencegahnya, pasien diberikan imunoglobulin melalui cairan intravena.
-
Kortikosteroid. Pada pasien anemia hemolitik ekstrinsik yang disebabkan oleh penyakit autoimun, kortikosteroid akan diberikan untuk menekan respons sistem imun agar sel darah merah tidak dihancurkan dengan mudah.
-
Operasi Pengangkatan Limpa. Limpa adalah organ yang berfungsi menghancurkan sel darah merah. Mereka yang mengidap anemia hemolitik yang berat dan tidak dapat diatasi dengan metode pengobatan lain, limpa pasien dapat diangkat untuk mengurangi kerusakan sel darah merah.
Langkah Pencegahan Anemia Hemolitik
Sayangnya anemia hemolitik yang diwariskan tidak bisa dicegah, kecuali untuk kasus defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Jika kamu terlahir dengan defisiensi G6PD, kamu wajib menghindari zat pemicu kondisi tersebut, seperti kacang fava, naftalena (zat yang biasa ditemukan dalam kamper), dan obat-obatan tertentu (sesuai saran dokter).
Sementara itu, beberapa jenis anemia hemolitik yang diperoleh umumnya bisa dicegah, misalnya melalui transfusi darah. Reaksi tubuh terhadap transfusi darah (yang dapat menyebabkan anemia hemolitik) dapat dicegah dengan mencocokan jenis darah donor dengan pasien.
Baca Juga: 5 Jenis Asupan Makanan untuk Pengidap Anemia
Jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang anemia pernisiosa, tanyakan saja langsung kepada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa berdiskusi dan minta saran kesehatan dengan dokter kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan