Kenali 4 Fakta Penting Mengenai Skizofrenia
Halodoc, Jakarta - Dari banyaknya penyakit mental yang ada, skizofrenia merupakan salah satu yang mesti diwaspadai. Skizofrenia masuk ke dalam gangguan jiwa kelompok psikosis yang bisa mengacaukan pikiran dan kesadaran pengidapnya.
Skizofrenia sendiri merupakan gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Ketika menyerang seseorang, skizofrenia akan membuat pengidapnya mengalami delusi, halusinasi, kekacauan dalam berpikir, mengasingkan diri dari orang lain, hingga mengalami perubahan perilaku.
Nah, berikut ini empat fakta penting mengenai skizofrenia.
1. Penyebabnya Belum Diketahui Pasti
Hingga kini penyebab skizofrenia masih menjadi misteri. Akan tetapi, ada sejumlah faktor yang bisa memicu gangguan mental ini. Misalnya, bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal, faktor genetik dari orangtua, atau lahir dengan kondisi prematur.
Baca juga: Mengenal Gejala Penyakit Skizofrenia
Di samping itu, ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamine dan peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh juga bisa memicu skizofrenia. Ibu hamil jug mesti waspada terhadap gangguan mental ini, sebab kekurangan nutrisi dan paparan racun serta virus bisa meningkatkan risiko anak mengidap skizofrenia.
2. Belum Ada Obatnya
Sama halnya dengan penyebab skizofrenia, obat untuk menyembuhkan penyakit ini pun belum diketahui pasti. Akan tetapi, untungnya ada terapi yang bisa membantu pengidapnya untuk menjalani hidup. Misalnya, perawatan psikososial atau rehabilitasi yang efektif dapat membuat pengidap skizofrenia memiliki kehidupan yang produktif, sukses, dan mandiri. Dengan obat dan terapi yang tepat, sekitar 25 persen dari pengidap skizofrenia bisa sembuh.
Selain itu, terapi psikososial juga bisa bermanfaat bagi pengidap skizofrenia. Contoh terapi ini misalnya terapi keluarga, pengobatan komunitas asertif, dukungan pekerjaan, remediasi kognitif, pelatihan keterampilan, terapi perilaku kognitif (CBT), intervensi modifikasi perilaku, dan intervensi psikososial untuk penggunaan zat, dan pengaturan berat badan.
3. Kematian di Usia Muda dan Pemasungan
Mau tahu seberapa banyak pengidap skizofrenia di dunia? Menurut data dari WHO, kira-kira lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia mengidap gangguan mental ini. Yang bikin resah, pengidap skizofrenia ini berisiko 2–3 kali tinggi mengalami kematian di usia muda.
Baca juga: Benarkah Orang Introvert Rentan Mengalami Skizofrenia?
Bagaimana kasus skizofrenia di Indonesia? Kita bisa mendapat gambarannya dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013—Kementerian Kesehatan RI. Berdasarkan riset itu, diperkirakan sekitar 1–2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia. Kondisi ini membuat hampir 15 persen pengidapnya mengalami pemasungan.
4. Narkoba, Bisa Memicunya
Kecanduan narkoba memang bisa menimbulkan sederet masalah bagi otak. Salah satunya gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Ingat, ketika menyerang seseorang, skizofrenia hampir dipastikan tak bisa disembuhkan.
Gangguan jiwa ini disebabkan karena kelainan secara kimiawi pada otak. Imbasnya bisa mengganggu fungsi sistemik dan impuls syaraf otak. Nah, kondisi ini nantinya bisa menyebabkan kegagalan fungsi otak dalam mengolah informasi dari dan ke panca indra. Hal inilah yang bisa menimbulkan proyeksi yak tak seharusnya, seperti halusinasi, baik secara pendengaran, visual, ataupun proyeksi ingatan masa lalu.
Selain itu, kecanduan narkoba jenis ganja juga sering dikaitkan dengan kondisi neuropsikiatri, seperti skizofrenia. Pengguna narkoba jenis ini bisa mengalami penurunan kualitas pada talamus otak. Kerusakan ini menyerupai kerusakan yang ditemukan pada pengidap skizofrenia.
Memiliki masalah mental atau keluhan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter atau psikolog melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan