Kelainan Genetik Bisa Sebabkan Anemia Sel Sabit pada Anak?
Halodoc, Jakarta – Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PloS Medicine memperkirakan, prevalensi penyakit anemia sel sabit di dunia akan meningkat. Setidaknya, terdapat lebih dari 400 ribu bayi yang akan lahir dengan penyakit darah turunan pada tahun 2050, termasuk bayi yang lahir dengan anemia sel sabit. Sebagian besar kasus diperkirakan akan terjadi di negara India, Nigeria, dan Kongo. Meski pengidap penyakit anemia sel sabit di Indonesia terbilang sangat sedikit, namun, peningkatan jumlah bayi yang lahir dengan anemia sel sabit tetap perlu diwaspadai.
Apa itu Anemia Sel Sabit?
Anemia sel sabit adalah kondisi di mana sel darah merah yang diproduksi berbentuk sel sabit atau “sickle”. Akibatnya, sel darah merah yang berbentuk abnormal tersebut tidak bisa bergerak pada sirkulasi pembuluh darah tubuh, sehingga menyebabkan berbagai macam kerusakan dari organ-organ tubuh yang vital (seperti limpa, otak, mata, paru-paru, hati, jantung, ginjal, penis, sendi, kulit, atau bahkan tulang) .
Bentuknya yang abnormal juga membuat sel darah merah lebih rentan hancur (hanya bertahan selama 10 – 20 hari) dibandingkan saat sel darah merah berbentuk normal, yakni berbentuk bulat dan lentur yang bisa bertahan hingga 120 hari. Bahkan, bentuknya yang tidak fleksibel juga membuat sel sabit bisa meledak (hemolyze).
Bagaimana Tanda dan Gejala Anemia Sel Sabit?
Dalam keadaan normal, tubuh selalu membuat sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang sudah tua. Namun, tubuh pengidap anemia sel sabit cenderung kesulitan untuk mengimbangi produksi sel darah merah baru dengan proses penghancuran sel darah merah. Akibatnya, jumlah sel darah merah cenderung lebih rendah dibanding jumlah normal. Kondisi inilah yang disebut dengan anemia karena berkurangnya energi yang dimiliki tubuh.
Berikut ini beberapa tanda dan gejala anemia sel sabit yang perlu diwaspadai:
- Pembengkakan pada tangan dan kaki.
- Rentan mengalami infeksi meski tanpa sebab yang jelas.
- Gangguan tumbuh kembang pada anak.
- Gangguan penglihatan karena pembuluh darah yang menuju mata mengalami penyumbatan akibat sel darah sabit.
- Nyeri akibat sel darah sabit yang memblokir aliran darah. Berbeda dengan remaja dan orang dewasa, sebagian besar anak pengidap anemia sel sabit tidak mengalami nyeri (pain crises).
Apakah Anemia Sel Sabit Disebabkan oleh Kelainan Genetik?
Ya, anemia sel sabit merupakan penyakit darah turunan yang disebabkan oleh kelainan genetik. Ini karena pengidap anemia sel sabit umumnya memiliki gen yang menyebabkan sel darah merah terbentuk abnormal, yakni berbentuk sel sabit.
Seorang anak bisa terkena penyakit ini karena pencampuran gen darah merah dari kedua orangtuanya. Jika hanya satu orangtua yang mengalami anemia sel sabit, seorang anak hanya berperan sebagai "pembawa" atau carrier yang akan mewariskan penyakit ini ke keturunannya nanti. Pada kasus ini, anemia sel sabit yang dibawa tidak menimbulkan gejala apapun.
Itulah fakta tentang anemia sel sabit pada anak yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar anemia sel sabit, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan dimana saja melalui fitur Contact Doctor via Chat, dan Video/Voice Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan