Kelahiran Bayi Prematur, Benarkah Jadi Penyebab Stenosis Pilorus?
Halodoc, Jakarta – Setiap orangtua yang sedang menanti-nantikan kelahiran sang buah hati tentunya berharap agar bayi yang dikandung dapat lahir tepat waktu dengan tubuh yang sehat. Namun, adanya gangguan kesehatan tertentu berpotensi membuat Si Kecil lahir ke dunia lebih awal atau dikenal juga sebagai kelahiran prematur. Padahal, minggu-minggu terakhir kehamilan merupakan momen paling penting bagi pertumbuhan janin. Itulah sebabnya bayi yang lahir prematur berisiko mengalami berbagai macam gangguan kesehatan. Salah satunya adalah stenosis pilorus.
Stenosis pilorus merupakan gangguan pencernaan yang biasanya terjadi pada bayi baru lahir di mana pilorus mengalami penyempitan. Kondisi ini terjadi lantaran otot-otot pilorus menebal sehingga menghalangi makanan untuk memasuki usus kecil bayi. Pilorus adalah saluran yang bertugas membawa makanan dan minuman dari lambung ke usus duabelas jari atau duodenum.
Bila penyempitan terus memburuk, maka makanan dan minuman akan tertahan di lambung karena tidak bisa memasuki usus dua belas jari. Akibatnya, bayi bisa mengalami muntah yang menyembur, dehidrasi, dan selalu merasa lapar, tapi berat badannya terus menurun.
Bayi yang mengalami stenosis pilorus biasanya akan menunjukkan keluhan pada usia sekitar 2 sampai 8 minggu. Namun, gejala penyakit ini bisa juga baru muncul saat bayi berusia 6 bulan.
Penyebab Stenosis Pilorus
Sampai saat ini masih belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti menyempitnya saluran pilorus. Namun, faktor genetik diduga berperan dalam menyebabkan kondisi ini terjadi, karena bayi yang lahir dari orangtua yang pernah mengalami stenosis pilorus di masa kecilnya berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama. Selain itu, stenosis pilorus juga lebih sering terjadi pada bayi yang lahir prematur. Itulah sebabnya kelahiran prematur diduga kuat menjadi salah satu pemicu terjadinya stenosis pilorus. Faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko bayi mengalami stenosis pilorus, antara lain:
-
Jenis Kelamin. Bayi laki-laki, terutama yang lahir pertama kali berisiko lebih tinggi mengalami stenosis pilorus dibanding bayi perempuan.
-
Kebiasaan Merokok Selama Hamil. Ibu yang masih merokok selama masa kehamilan juga bisa meningkatkan risiko bayi mengalami stenosis pilorus.
-
Konsumsi Antibiotik. Memberikan antibiotik pada bayi yang baru lahir, misalnya untuk mengobati batuk rejan atau ibu hamil minum antibiotik pada akhir kehamilannya, membuat bayi berisiko lebih tinggi mengalami stenosis pilorus.
Cara Mencegah Stenosis Pilorus
Walaupun stenosis pilorus tidak bisa dicegah, tapi ibu bisa mengurangi risiko bayi mengalami kondisi penyempitan pilorus ini dengan cara tidak merokok selama masa kehamilan. Begitu juga dengan konsumsi antibiotik. Hindari mengonsumsi antibiotik tanpa anjuran dokter, apalagi pada usia kehamilan terakhir. Hindari juga memberikan bayi obat antibiotik.
Cara Mendiagnosis Stenosis Pilorus
Bila bayi menunjukkan gejala-gejala yang mirip gejala stenosis pilorus, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu untuk memastikan stenosis pilorus. Pemeriksaan yang dilakukan, antara lain untuk melihat adakah tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan adakah benjolan sebesar buah anggur di perut yang disebabkan oleh otot pilorus yang menebal.
Pemeriksaan lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang lebih pasti. Dokter akan melakukan USG perut untuk melihat kondisi organ dalam perut bayi, foto rontgen kerongkongan, lambung dan duodenum (OMD) untuk mendapatkan gambaran pilorus yang lebih jelas, serta tes darah.
Pengobatan Stenosis Pilorus
Satu-satunya cara untuk mengobati stenosis pilorus adalah dengan melakukan pembedahan. Prosedur pembedahan untuk stenosis pilorus disebut dengan piloromiotomi. Proses pembedahan ini biasanya dilakukan dengan teknik laparoskopi atau operasi lubang kunci. Caranya adalah dengan membuat sayatan sebesar lubang kunci di dinding perut, kemudian sebuah alat dimasukkan untuk memotong lapisan luar otot pilorus, sehingga lapisan dalam menojol keluar dan membuka saluran makanan. Dengan demikian, makanan dapat lewat ke usus halus. Proses pemulihan operasi dengan menggunakan teknik laparoskopi pun juga lebih cepat.
Operasi ini berlangsung cukup singkat, yaitu kurang dari satu jam, tapi bayi perlu dirawat dulu di rumah sakit selama 1–2 hari untuk proses penyembuhan. Bila bayi masih muntah sampai beberapa hari setelah operasi, jangan khawatir. Itu tandanya lambung Si Kecil masih menyesuaikan diri sebelum bisa kembali bekerja dengan normal. Ibu juga bisa memberikan Si Kecil obat penahan rasa sakit yang diresepkan dokter untuk mengatasi rasa sakit yang mungkin muncul setelah operasi.
Jaga selalu kondisi kesehatan Si Kecil dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Ibu bisa menggunakan layanan Contact Doctor, dan berbicara dengan dokter melalui pilihan komunikasi Chat dan Voice/Video Call untuk mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami Si Kecil. Segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan