Kejang Demam dan Kejang Epilepsi, Ini Bedanya
Halodoc, Jakarta – Kejang demam biasanya merupakan kejadian tunggal, sedangkan epilepsi adalah kondisi neurologis yang ditandai oleh dua atau lebih kejang yang tidak dipicu oleh demam.
Kejang yang disebabkan oleh demam disebut kejang demam. Kejang demam biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak yang memiliki lonjakan tiba-tiba dalam suhu tubuh. Perubahan suhu bisa sangat cepat sehingga tidak disadari sampai tiba-tiba sudah kejang saja.
Kejang Demam Vs Kejang Epilepsi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, epilepsi adalah kondisi neurologis kronis yang melibatkan kejang berulang yang tidak disebabkan oleh kondisi lain yang diketahui. Memiliki kejang demam tidak meningkatkan risiko mengembangkan epilepsi.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kejang adalah:
-
Tumor otak.
-
Aritmia jantung.
-
Eklampsia.
-
Hipoglikemia.
-
Rabies.
-
Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.
-
Tetanus.
-
Uremia.
-
Stroke.
-
Infeksi pada otak atau cairan tulang belakang.
-
Masalah jantung.
-
Reaksi obat atau reaksi terhadap obat atau alkohol.
Seorang dokter kemungkinan akan mendiagnosis seorang anak dengan epilepsi jika anak:
-
Mengalami satu atau lebih kejang tanpa sebab.
-
Dokter mengira anak itu kemungkinan akan mengalami kejang lagi.
-
Kejang anak tidak secara langsung disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti diabetes, infeksi parah atau cedera otak akut
Kejang Demam Berhenti Tanpa Pengobatan
Kejang demam adalah kejang yang dapat terjadi ketika anak kecil mengalami demam di atas 38 Celsius. Kejang biasanya berlangsung selama beberapa menit dan berhenti sendiri sedang demam dapat berlanjut untuk beberapa waktu.
Baca juga: Ini Penyebab dan Cara Atasi Kejang Demam pada Anak
Kejang demam dapat terlihat serius, tetapi kebanyakan berhenti tanpa pengobatan dan tidak menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Beberapa anak mungkin merasa mengantuk setelah satu, sedangkan yang lain tidak merasakan efek yang abadi.
Kejang demam terjadi pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun dan paling umum terjadi pada balita berusia 12–18 bulan. Anak-anak lebih mungkin mengalami kejang demam jika:
-
Memiliki riwayat kejang demam pada keluarga.
-
Sekitar 1 dari setiap 3 anak yang pernah mengalami kejang demam akan mengalami kejang lainnya, biasanya dalam 1–2 tahun dari yang pertama.
-
Mengalami kejang demam pertama ketika mereka lebih muda dari 15 bulan.
-
Sebagian besar anak mengalami kejang demam pada saat mereka berusia 5 tahun.
Kejang demam tidak dianggap sebagai epilepsi (gangguan kejang). Anak-anak yang mengalami kejang demam hanya memiliki sedikit peningkatan risiko untuk mengembangkan epilepsi. Kejang demam biasanya berakhir dalam beberapa menit, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi dapat bertahan hingga 15 menit.
Baca juga: Begini Cara Aman Minum Obat Saat Demam
Selama kejang jenis ini, seorang anak dapat terguncang dan bergerak-gerak, memutar mata, mengerang menjadi tidak sadarkan diri (pingsan), dan muntah atau buang air kecil (kencing) selama kejang-kejang.
Perlu diketahui kejang demam kompleks berlangsung lebih dari 10 menit, terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam, dan melibatkan gerakan atau kedutan hanya pada satu bagian atau satu sisi tubuh. Ingin tahu lebih banyak mengenai kejang demam dan kejang epilepsi, tanyakan langsung ke Halodoc untuk informasi lebih lengkapnya.
Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
KidsHealth. Diakses pada 2019. Febrile Seizures.
Johns Hopkins. Diakses pada 2019. Epilepsy and Seizures: Conditions We Treat.
Healthline. Diakses pada 2019. Convulsions: What They Are and What You Need to Know If You Have One.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan