Kecanduan Narkoba Berdampak pada Fungsi Otak, Benarkah?
“Penyalahgunaan narkoba dapat memengaruhi kinerja otak seseorang. Otak sendiri adalah organ vital sekaligus pusat kendali tubuh. Kecanduan narkoba dapat menurunkan kinerja otak, yang memengaruhi fungsi tubuh seseorang secara menyeluruh.”
Halodoc, Jakarta - Dampak kecanduan narkoba pada dapat dilihat dari gejala fisik seseorang. Mata mereka menjadi memerah, pupil mata mengecil atau membesar, perubahan pola makan dan tidur, serta peningkatan atau penurunan berat badan yang drastis dalam waktu singkat. Sedangkan bagi otak, ini dampak yang terjadi!
Dampak Kecanduan Narkoba pada Fungsi Otak
Kecanduan narkoba memberikan dampak pada otak dari berbagai tingkatan. Saat digunakan, zat beracun dan berbahaya dari narkoba akan masuk ke otak melalui aliran darah. Begitu bahan kimia memasuki otak, hal tersebut dapat menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas impuls.
Zat kimia berinteraksi dengan sistem limbik di otak untuk melepaskan emosi perasaan senang dan bahagia, yang mempengaruhi tubuh dan pikiran seseorang. Untuk mendukung emosi perasaan tersebut, seseorang akan terus-menerus mengonsumsinya.
Hal tersebut menciptakan siklus penggunaan narkoba yang intens, sehingga akhirnya berujung pada kecanduan. Lebih lanjut lagi, berikut ini beberapa dampak kecanduan narkoba bagi fungsi otak:
1. Memanipulasi Mood dan Perilaku
Dampak kecanduan narkoba yang pertama adalah memanipulasi mood dan perilaku seseorang. Karena hal tersebut, narkoba disebut dengan zat psikoaktif. Narkoba dapat menghambat kerja otak dan menurunkan kesadaran, yang berujung pada timbulnya rasa kantuk.
Berkaitan dengan suasana hati dan perasaan, narkoba akan memengaruhi bagian otak yang bernama sistem limbus. Hipotalamus yang berperan sebagai pusat kenikmatan adalah bagian dari sistem limbus. Obat yang memicu dampak ini termasuk candu, morfin, heroin, dan petidin, serta obat penenang seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG, dan alkohol.
2. Memicu Otak Bekerja Keras
Dampak kecanduan narkoba selanjutnya adalah peningkatan kinerja otak. Narkoba bersifat stimulan yang dapat memicu otak bekerja lebih keras. Tidak heran jika banyak sekali para pemakai yang bersemangat, terasa segar, dan mengalami peningkatan rasa percaya diri.
Efek buruknya adalah pengguna yang menjadi sulit tidur, jantung berdetak lebih cepat, rasa gelisah, hingga peningkatan tekanan darah. Beberapa jenis narkoba yang memberikan dampak tersebut, yaitu amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin dalam tembakau.
3. Sering Berhalusinasi
Halusinasi terjadi ketika seseorang menggunakan narkoba melebihi batas kewajaran. Efek halusinasi pada pemakai dikenal dengan sebutan ‘tripping’. Halusinasi yang dialami pun berbeda-beda, tergantung pada suasana hati pemakai dan lokasi saat menggunakannya.
Jenis narkoba yang memicu halusinasi, yaitu LSD dan ganja. Bahayanya, ketika digunakan dalam suasana hati yang buruk, halusinasi akan mengarah pada hal-hal negatif yang berujung membahayakan nyawa pemakainya. Hal tersebut termasuk lompat dari ketinggian, bunuh diri, meminum racun, dan lain-lain.
Alasan Narkoba Membuat Seseorang Ketergantungan
Ketergantungan berawal dari ketagihan akibat sensasi rasa senang yang muncul dalam waktu singkat setelah menggunakan narkoba. Hal tersebut memicu ketagihan, sehingga seseorang senang menggunakan narkoba. Kemudian, ketagihan pun berubah menjadi ketergantungan ketika otak dan tubuh terus-menerus membutuhkannya.
Ketergantungan menjadi semacam “pembelajaran” sel-sel otak pada pusat kenikmatan. Ketika seseorang mengonsumsi narkoba, otak akan membaca tanggapan tubuh. Jika merasa nyaman, otak akan mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan memberikan kesan menyenangkan.
Kemudian, otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang dicari sebagai prioritas karena dianggap menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program yang salah, seolah orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan pokok dan terjadilah ketergantungan.
Nah, karena sudah ketergantungan, pemakai narkoba akan merasa sakit luar biasa dan muncul rasa tidak nyaman jika tidak mendapat asupan narkoba dalam waktu lama. Akhirnya, segala cara pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan obat terlarang tersebut, termasuk dengan cara yang salah.
Jika tidak, akan muncul gejala putus obat atau yang biasa dikenal dengan istilah sakau. Kondisi tersebut adalah gejala yang dialami tubuh akibat pemberhentian pemakaian obat atau penurunan dosis sekaligus. Gejalanya sendiri dapat dilihat dari tanda fisik dan emosional, seperti:
- Gejala fisik. Kondisi ini termasuk berkeringat, jantung berdebar, otot menegang, dada terasa sesak, kesulitan bernapas, tremor, dan mual, muntah, atau diare.
- Gejala emosional. Kondisi ini termasuk kecemasan, gelisah, mudah marah, insomnia, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, mengurung diri, dan depresi.
Gejala tersebut akan berbeda-beda pada setiap pemakai, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan. Ketika terus-menerus digunakan, narkoba dapat mengganggu fungsi organ-organ tubuh yang sehat, seperti jantung, paru-paru, hati, dan sistem reproduksi.
Jika kamu adalah salah satu pemakai yang ingin berhenti menjadi pengguna, cobalah untuk menemui dokter di rumah sakit terdekat lewat aplikasi Halodoc. Ingat, kecanduan narkoba bukan hanya gangguan saat ini saja, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan tubuh dalam jangka panjang.
Sebaiknya jangan pernah menyentuh apalagi memakainya. Hindari penggunaan narkoba dalam jenis apa pun, apalagi jika kamu tidak memiliki indikasi medis tertentu yang disarankan untuk memakainya. Jika kamu ingin membaca informasi seputar kesehatan lainnya, download Halodoc sekarang juga, ya.