Kasus Corona dan Berbagai Efek Paranoid yang Muncul
Halodoc, Jakarta – Penyebaran virus corona alias Covid-19 masih menjadi perhatian global. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 lalu. Hingga kini, sudah banyak negara yang mengonfirmasi kasus positif corona, termasuk Indonesia. Penyebaran penyakit yang terjadi dalam skala dunia dan waktu panjang ini membuat tidak sedikit orang mengalami efek paranoid.
Efek paranoid merupakan perasaan curiga dan rasa takut yang berlebihan terhadap satu hal. Kondisi ini membuat seseorang merasa tidak aman dan percaya bahwa lingkungan sekitar terlalu berbahaya. Gejala efek paranoid banyak ditemukan di tengah maraknya pemberitaan seputar penyebaran virus corona. Setidaknya, ada beberapa perilaku yang mengarah pada rasa takut berlebihan akibat corona, terutama di Indonesia.
Baca juga: Virus Corona: Ini Persentase Kesembuhannya
Efek Paranoid Kasus Corona di Indonesia
Pada Senin (2/3) lalu Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengumumkan kasus positif corona pertama di Indonesia, setelah sebelumnya Indonesia masuk dalam daftar negara yang “bebas” corona. Ditemukannya corona di Indonesia, kemudian membuat masyarakat panik dan melakukan hal-hal impulsif untuk melindungi diri serta mencegah tertular virus penyakit ini.
Sayangnya, hal-hal yang banyak dilakukan malah mengarah pada efek paranoid. Bahkan, terkesan berlebihan. Sejak awal penyebaran virus corona hingga pengumuman kasus pertama di Indonesia, ada berbagai aksi yang bisa jadi mengarah pada efek paranoid, di antaranya:
- Memborong Masker
Segera setelah kasus corona pertama kali ditemukan di Indonesia, masker pelindung sulit ditemukan di pasaran. Hal itu terjadi karena banyak orang yang memborong masker karena percaya bahwa virus corona bisa menular dengan mudah melalui udara. Faktanya, virus corona memang menyerang sistem pernapasan, tetapi penyebarannya di udara tidak semudah itu.
Virus corona disebut lebih berisiko menyerang jika ada kontak langsung dengan orang yang sebelumnya sudah terinfeksi. Penggunaan masker memang disarankan untuk mencegah penularan penyakit, tetapi bukan berarti semua orang harus mengenakannya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut bahwa orang sehat sebenarnya tidak perlu menggunakan masker. Risiko penularan virus menjadi kecil selama seseorang memiliki sistem imunitas yang baik, menjaga kebersihan, dan menghindari kontak langsung dengan pengidap.
- Panic Buying
Tidak hanya masker, penyebaran virus corona juga menyebabkan banyak orang mendadak melakukan panic buying alias aktivitas membeli barang atau kebutuhan yang didorong dengan rasa panik. Bahan makanan, hand sanitizer, hingga tisu basah dan keperluan sehari-hari lainnya menjadi buruan. Alasannya, penyebaran kasus corona dikhawatirkan akan membuat harga pasaran melambung. Dampaknya buruk, penyebaran bahan makanan dan kebutuhan lainnya menjadi tidak merata dan beberapa golongan orang mungkin kesulitan dibuatnya.
Baca juga: Pentingnya Mengelola Stres di Tengah Maraknya Virus Corona
- Menghakimi Penyakit
Oleh karena rasa takut yang berlebihan, banyak orang yang menjadi lebih mudah menghakimi suatu penyakit. Terutama setiap melihat atau bertemu orang yang bersin atau menunjukkan gejala mirip corona. Padahal, bisa jadi orang tersebut hanya mengidap flu ringan atau penyakit lainnya. Sebenarnya, kewaspadaan seperti ini adalah hal yang bagus, tetapi sebaiknya disertai dengan tindakan nyata. Jika mengalami gejala sakit atau mengetahui orang yang menunjukkan gejala, segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
- Stres
Karena merasa panik dan berada dalam bahaya, mungkin banyak orang yang pada akhirnya menjadi stres karena virus corona. Maka dari itu, sangat penting untuk selalu mengelola stres dan mengetahui cara menangani rasa tertekan yang muncul. Stres berlebihan malah bisa menyebabkan sistem pertahanan tubuh menjadi lebih lemah dan mudah terserang virus penyebab penyakit.
Baca juga: Kemenkes Tetapkan Status KLB Virus Corona, Siapa yang Rentan Terserang?
Daripada percaya informasi yang belum tentu benar dan bisa meningkatkan stres, coba cari tahu seputar penyakit corona dengan bertanya langsung pada dokter atau bisa langsung ke rumah sakit rujukan COVID-19 yang dekat dengan tempat tinggalmu melalui aplikasi Halodoc Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Referensi:
Health Foundation. Diakses pada 2020. Looking after your mental health during the Coronavirus outbreak.
Worldometer. Diakses pada 2020. Age, Sex, Existing Conditions of COVID-19 Cases and Deaths.
World Health Organization. Diakses pada 2020. Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public.
Psychology Today. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.