Kapan Sebaiknya Skizofrenia Diperiksakan ke Psikiater?
Halodoc, Jakarta – Tidak hanya kesehatan fisik, menjaga kesehatan mental juga sama pentingnya. Ada berbagai gangguan kesehatan mental yang dapat dialami oleh seseorang, salah satunya adalah skizofrenia. Penyakit skizofrenia adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Baca juga: Kenali 4 Fakta Penting Mengenai Skizofrenia
Kondisi ini menyebabkan pengidapnya mengalami halusinasi, perubahan pola pikir, hingga perubahan perilaku. Pengidap skizofrenia tidak dapat membedakan mana kenyataan dengan halusinasinya. Pengobatan dilakukan untuk mengendalikan dan menurunkan gejala. Lalu, kapan sebaiknya pengidap skizofrenia melakukan pengobatan pada psikiater?
Waktu yang Tepat Kunjungi Psikiater bagi Pengidap Skizofrenia
Penyakit skizofrenia sering muncul pada masa remaja. Ada beberapa gejala yang umumnya dialami oleh pengidap skizofrenia. Ketika penyakit ini aktif, pengidap skizofrenia tidak mampu membedakan mana pengalaman yang nyata dan yang tidak nyata. Gejala yang muncul berbeda pada tiap pengidapnya.
Namun, ada beberapa gejala umum yang akan dialami, seperti cenderung mengasingkan diri dari orang lain, mudah marah, depresi, perubahan pola tidur, kurang konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Melansir dari American Psychiatric Association, gejala skizofrenia juga masuk dalam beberapa kategori, seperti:
1. Gejala Psikotik Positif
Kondisi ini menyebabkan pengidap mengalami halusinasi, seperti mendengar suara, paranoid, dan perilaku yang berlebihan.
2. Gejala Negatif
Pengidap mengalami penurunan maupun kehilangan kemampuan untuk memulai rencana, berbicara, atau mengekspresikan emosi yang dirasakan.
3. Gejala Disorganisasi
Pengidap mengalami gangguan berpikir, terkadang mereka memiliki pikiran yang logis dan kadang memiliki tingkah laku yang aneh atau abnormal.
4. Gangguan Kognisi
Masalah dengan perhatian, konsentrasi, memori, serta menurunkan kualitas pengerjaan tugas sekolah.
Baca juga: Benarkah Orang Introvert Rentan Mengalami Skizofrenia?
Lalu, kapan sebaiknya pengidap skizofrenia melakukan pengobatan? Melansir Mayo Clinic, pengidap skizofrenia terkadang tidak menyadari gejala yang mereka alami. Untuk itu, dukungan lingkungan dan keluarga sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Sebaiknya segera kunjungi rumah sakit terdekat atau psikiater jika kamu melihat ada anggota keluarga atau temanmu yang mengalami gejala skizofrenia. Kamu bisa membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc untuk memudahkan pemeriksaan.
Terkadang, keinginan untuk menyakiti diri sendiri muncul pada pikiran pengidap skizofrenia, sehingga pastikan pengidap skizofrenia selalu mendapatkan pendampingan dari orang terdekat, keluarga, maupun kerabat untuk mencegah hal ini.
Ini Penyebab Skizofrenia
Melansir National Institute of Mental Health, ada beberapa faktor risiko untuk meningkatkan seseorang mengalami skizofrenia, seperti:
1. Faktor Genetik dan Lingkungan
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia lebih rentan mengalami hal yang serupa. Namun, cukup banyak pengidap skizofrenia yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang serupa.
Hal ini juga bisa berkaitan langsung dengan lingkungan pengidap. Lingkungan yang buruk memiliki kaitan dengan skizofrenia, seperti paparan virus, mengalami malnutrisi saat berada dalam kandungan, mengalami gangguan ketika proses persalinan, dan faktor psikososial.
2. Struktur dan Reaksi Kimia dalam Otak
Ketidakseimbangan reaksi kimia dalam otak melibatkan neurotransmitter dopamin yang berkaitan langsung dengan skizofrenia. Selain itu, adanya gangguan perkembangan otak selama kehamilan mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami skizofrenia.
Baca juga: Amankah Bergaul dengan Pengidap Skizofrenia?
Pengidap skizofrenia harus mendapatkan perawatan dan pengobatan yang digunakan untuk mengendalikan kondisi ini. Penggunaan beberapa jenis obat-obatan dan kegiatan terapi menjadi pengobatan yang umumnya dilakukan untuk menurunkan risiko gejala yang mungkin terjadi. Jangan lupa untuk tetap mendampingi kerabat maupun anggota yang mengalami kondisi ini agar tidak mengalami komplikasi, seperti dehidrasi, fobia, hingga keinginan bunuh diri.