Jumlah Vaksin Corona yang Dibutuhkan untuk Capai Herd Immunity
Halodoc, Jakarta - Tersedianya vaksin COVID-19 telah ditunggu-tunggu oleh jutaan penduduk Bumi. Penyebaran virus SARS-CoV-2 masih belum terbendung, sehingga angka kasus positif dan korban meninggal dunia terus meningkat.
Di Indonesia, sejauh ini pemerintah telah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang akan digunakan, yaitu Bio Farma (Persero), AstraZeneca-Oxford, Sinopharm, Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac. Peran vaksin benar-benar dibutuhkan dalam menanggulangi pagebluk COVID-19. Vaksin dibutuhkan agar masyarakat kebal akan ancaman virus corona.
Nah, bicara soal kekebalan, dulu ada wacana skema herd immunity yang terbilang kontroversial. Sebelum ada vaksin, kalau skema ini dipakai artinya mayoritas penduduk dibiarkan terkena COVID-19 dan sakit, sebelum akhirnya tercapai herd immunity.
Namun, saat ini vaksin COVID-19 telah di depan mata. Dengan kata lain, herd immunity bisa dicapai jika mayoritas penduduk Indonesia divaksinasi. Lalu, pertanyaannya, berapa banyak penduduk Indonesia harus divaksin agar herd immunity bisa tercapai?
Baca juga: Ini 7 Perusahaan Pembuat Vaksin Virus Corona
Butuh 60-70 Persen
Sebelumnya, sudah tak asing asing dengan istilah herd immunity? Herd immunity atau kekebalan kelompok terjadi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok, sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Artinya, semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, maka semakin sulit penyakit tersebut menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi.
Nah, kamu harus tahu setiap penyakit punya angka yang berbeda-beda menyoal herd immunity. Untuk polio contohnya, membutuhkan sekitar 80 persen orang dari suatu kelompok untuk divaksinasi. Sementara itu, untuk campak jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 95 persen. Bagaimana dengan COVID-19 yang tengah mewabah?
“SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah menular. Kami rasa dibutuhkan setidaknya 60 hingga 70 persen populasi untuk menimbulkan kekebalan (terhadap virus), agar benar-benar bisa memutus rantai penularan,” ujar Soumya Swaminathan, Ketua Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laman WHO Episode #1 - Herd immunity.
Lantas, berapa banyaknya penduduk Indonesia mesti divaksinasi? Menurut penjelasan WHO, artinya 160 juta hingga 187 juta penduduk Indonesia mesti disuntik vaksin. Untuk herd immunity, global angkanya tentu lebih banyak lagi, yaitu sekitar 4,5-5,3 miliar populasi harus divaksin.
Hal senada juga dikatakan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro. "Dua pertiga jumlah penduduk Indonesia dibutuhkan kira-kira 180 juta yang harus divaksinasi,” ujarnya.
Nah, apabila diperlukan dua dosis vaksin COVID-19 per orang, maka dibutuhkan 360 juta dosis vaksin COVID-19 untuk mencapai herd immunity.
Ada satu hal yang perlu ditegaskan mengenai herd immunity. Menurut Soumya, jika membiarkan herd immunity terjadi secara alami, maka akan membutuhkan waktu yang amat lama, dan tentu saja akan menimbulkan banyak kerusakan tambahan atau korban jiwa.
Itulah sebabnya, WHO percaya bahwa herd immunity alami, atau membiarkan infeksi menyebar liar di populasi bukan ide yang bagus. Alternatifnya, WHO dan pakar kesehatan global lainnya menargetkan herd immunity melalui vaksinasi.
Baca juga: Picu Sebuah Penyakit, Vaksin COVID-19 AstraZeneca Ditangguhkan
Juga Bisa Gagal
Ketika vaksinasi ini dilakukan, penyebaran virus bisa dibendung sebab sebagian besar populasi bisa menangkalnya. Namun, herd immunity bisa saja tak tercapai meski vaksin virus corona sudah ada. Apa alasannya? Kondisi ini terjadi jika pendistribusian vaksin COVID-19 tidak menjangkau daerah pedalaman atau negara miskin.
Di samping itu, sukses tidaknya herd immunity ini berangkat dari asumsi bahwa vaksin COVID-19 100 persen mujarab. Nah, kamu tahu kalau tak semua vaksin punya tingkat kemampuan yang sama. Contohnya, vaksin “A” bisa saja lebih manjur ketimbang vaksin “B” atau sebaliknya.
Laju penularan virus corona juga memainkan peran. Ingat, tingkat penularan virus corona di suatu daerah bisa berbeda-beda dengan daerah lainnya. Andaikan tingkat penularannya cukup banyak, atau vaksin tak ampuh 100 persen, maka semestinya jumlah orang yang divaksin harus lebih banyak. Tujuannya agar herd immunity bisa tercapai.
Baca juga: Kasusnya Meningkat , Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
Semua Gratis, Suntikan Pertama untuk Presiden
Kabar baik datang dari vaksin COVID-19 di Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa pemerintah akan menggratiskan semua vaksin COVID-19.
"Jadi setelah menerima banyak masukan dari masyarakat dan setelah melakukan kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin COVID-19 untuk masyarakat adalah gratis. Sekali lagi gratis, tidak dikenakan biaya sama sekali," ujarnya dalam YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (16/12).
Alasan menggratiskan vaksin untuk seluruh masyarakat diambil setelah para pemangku kepentingan, menerima banyak masukan dari masyarakat, dan mengalkulasi ulang keuangan negara.
Selain itu, kabar terbaru menyoal vaksin di Indonesia. Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa dirinya menjadi penerima vaksin virus corona pertama di Indonesia. Keputusan ini diambil dirinya untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin COVID-19 yang digunakan aman.
"Saya juga ingin tegaskan lagi, nanti saya yang akan menjadi penerima pertama divaksin, pertama kali,” ujar Jokowi.
Mau tahu lebih jauh mengenai vaksin corona? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?