Jarang Sikat Gigi Bisa Jadi Penyebab Gingivitis?

Ditinjau oleh  dr. Fitrina Aprilia   30 Juli 2019
Jarang Sikat Gigi Bisa Jadi Penyebab Gingivitis?Jarang Sikat Gigi Bisa Jadi Penyebab Gingivitis?

Halodoc, Jakarta – Jarang sikat gigi menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya gingivitis,  yaitu penyakit pada rongga mulut yang disebabkan oleh penumpukan plak. Penyakit ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele karena bisa memicu terjadinya komplikasi. Penumpukan plak terjadi karena sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri di gusi. Plak dan bakteri yang menumpuk menjadi pemicu utama terjadinya radang gusi alias gingivitis. 

Rutin sikat gigi menjadi salah satu cara paling sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Rongga mulut dan gigi yang terjaga kebersihannya akan terhindar dari serangan penyakit, termasuk gingivitis. Sebaliknya, jarang sikat gigi bisa menjadi penyebab gingivitis menyerang. 

Peradangan ini sering ditandai dengan gejala berupa bengkak pada gusi, perubahan warna gusi menjadi merah tua, sering mengalami perdarahan, bau mulut, serta gusi yang mengerut. Sayangnya, kondisi ini sering terlambat disadari karena jarang menimbulkan rasa sakit. Meski begitu, gingivitis adalah penyakit yang sama sekali tidak boleh diabaikan. 

Baca juga: Ini Penyebab Gingivitis yang Kerap Diabaikan

Cegah Gingivitis dengan Rutin Membersihkan Gigi 

Mengabaikan peradangan yang terjadi pada gusi bisa menyebabkan kondisi menjadi lebih buruk. Cara paling ampuh untuk mengatasi atau mencegah gangguan ini menyerang adalah dengan rutin sikat gigi dua kali dalam sehari, yakni pada pagi dan malam hari. Selain itu, kamu juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan gigi rutin ke dokter, setidaknya 6 bulan sekali.  

Penyebab utama radang gusi atau gingivitis adalah penumpukan plak pada gusi. Plak yang menumpuk terbentuk dari kumpulan bakteri sisa makanan yang menempel di permukaan gigi. Pada kondisi yang ringan, plak tersebut biasanya akan hilang dengan menyikat gigi secara rutin. Sebaliknya, plak gigi yang sudah parah harus mendapat penanganan medis dan hanya bisa dibersihkan oleh dokter gigi. Kondisi ini bisa menyerang siapa saja, tetapi ada beberapa kelompok yang disebut lebih berisiko. 

Risiko gingivitis bisa meningkat karena beberapa kondisi, seperti tidak menjaga kebersihan gigi, kebiasaan merokok, menggunakan gigi palsu dengan ukuran tidak pas, kekurangan nutrisi, serta mengidap penyakit tertentu misalnya diabetes. Penyakit ini juga rentan menyerang orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, infeksi jamur dan virus, perubahan hormon, faktor usia, serta efek samping dari obat-obatan tersebut. 

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter gigi jika mengalami gejala penyakit ini. Atau kamu bisa bertanya seputar gingivitis pada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan gigi dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play. 

Baca juga: Peradangan pada Gusi Bisa Berakibat Infeksi

Kondisi ini sama sekali tidak boleh diabaikan karena bisa memicu komplikasi. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi jika radang gusi tidak segera ditangani, seperti: 

  • Periodontitis 

Radang gusi yang tidak segera diobati berpotensi berkembang menjadi periodontitis, yaitu inflamasi pada jaringan pengikat di dalam gusi dan tulang di sekitar gigi. Periodontitis bisa berujung pada gigi tanggal atau lepas. 

Baca juga: Mengenal Gejala dan Cara Mengobati Periodontitis

  • Abses Gigi 

Gingivitis yang diabaikan juga bisa memicu terjadinya abses gigi. Abses gigi terjadi karena adanya infeksi pada gingiva atau tulang rahang. 

  • Ulkus 

Ulkus bisa menjadi salah satu komplikasi dari gingivitis. Kondisi ini terjadi akibat infeksi bakteri yang menyebabkan lecet pada gusi. Ulkus juga bisa menimbulkan luka yang cukup dalam pada gusi. 

  • Gingivitis Berulang

Jika tidak ditangani dengan tepat, gingivitis bisa terjadi secara berulang. Saat penyakit ini terjadi berulang, dibutuhkan pengobatan berupa pemberian antibiotik dan melakukan pembersihan plak alias scaling