Iridosiklitis Kronis dan Iridosiklitis Akut, Apa Bedanya?
Halodoc, Jakarta – Iridosiklitis, atau dikenal sebagai uveitis anterior, adalah jenis penyakit mata yang disebabkan karena peradangan pada iris mata dan badan siliar. Kondisi ini menyebabkan mata merah dan bengkak, berkembang secara diam-diam (kronis) maupun muncul mendadak (akut). Agar kamu lebih tahu, ketahui perbedaan iridosiklitis kronis dan iridosiklitis akut.
Baca Juga: 7 Penyakit Tak Biasa Pada Mata
Iridosiklitis Akut vs Iridosiklitis Kronis
Perbedaan iridosiklitis akut dan iridosiklitis kronis terletak pada waktu perjalanan penyakit. Pada iridosiklitis akut, gejala muncul mendadak dan berlangsung selama 6 minggu. Pada iridosiklitis kronis, peradangan mata terjadi terus-menerus dalam waktu lebih dari tiga bulan. Iridosiklitis kronis bisa terjadi berulang setelah pengobatan selesai. Terdapat juga jenis lainnya, yaitu iridosiklitis rekuren yang bisa sembuh dan sering kambuh.
Mengenal Gejala Iridosiklitis
Gejala iridosiklitis terbagi menjadi tiga, yaitu tanda penyumbatan vaskuler, keluarnya cairan (eksudasi), dan perubahan pupil. Jika bagian tengah atau depan mata yang terinfeksi, gejalanya berupa mata merah, mata berair, sakit mata, pupil mengecil, pandangan kabur, dan mata lebih sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Sedangkan, infeksi di bagian belakang mata menyebabkan pandangan kabur dan muncul bercak hitam yang mengambang di penglihatan (floaters).
Baca Juga: Bagaimana Vitamin Pengaruhi Kesehatan Mata?
Berbagai Penyebab Iridosiklitis
Iridosiklitis terjadi akibat masuknya organisme dari luar mata lewat luka terbuka (ulkus). Infeksi juga bisa terjadi akibat infeksi bakteri (seperti bakteri penyebab TB, sifilis, gonore), virus (seperti virus penyebab campak, cacar, dan influenza), dan protozoa endogen (seperti toxoplasmosis).
Penyebab lainnya adalah reaksi alergi dan gangguan autoimun. Itu mengapa pengidap gangguan autoimun (seperti rheumatoid arthritis) rentan mengalami iridosiklitis, termasuk juga pengidap multiple sclerosis dan penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh (seperti HIV/AIDS). Konsumsi obat tertentu juga bisa memicu terjadinya iridosiklitis.
Diagnosis dan Pengobatan Iridosiklitis
Iridosiklitis didiagnosis melalui prosedur anamnesis (wawancara seputar gejala yang dialami dan riwayat penyakit), pemeriksaan fisik (berupa pemeriksaan mata), serta pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen dada dan pemeriksaan darah. Setelah diagnosis ditetapkan, berikut ini jenis obat untuk mengatasi iridosiklitis:
-
Antibiotik atau antiviral, jika iridosiklitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
-
Kortikosteroid, diberikan dalam bentuk oral (diminum), injeksi mata, atau obat tetes. Obat golongan kortikosteroid tidak diberikan jika terdapat ulkus kornea.
-
Midriatikum, obat yang berfungsi untuk menjaga pupil mata tetap lebar (berdilatasi). Obat ini mampu membantu proses penyembuhan, mengurangi nyeri mata akibat pergerakan pupil, dan mencegah pupil menempel lensa mata. Efek samping obat berupa penglihatan buram dan fotofobia.
-
Obat golongan imunosupresan, direkomendasikan jika gejala yang muncul tergolong parah dan berisiko sebabkan kebutaan. Obat ini juga diberikan jika obat lain belum mampu mengatasi iridosiklitis.
Baca Juga: Bekerja di Depan Komputer, Ini 4 Cara Jaga Kesehatan Mata
Itulah perbedaan iridosiklitis kronis dan iridosiklitis akut. Kalau kamu punya keluhan pada mata, jangan ragu untuk berbicara pada dokter ahli. Tanpa harus antre, sekarang kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter mata di rumah sakit pilihan di sini. Kamu juga bisa tanya jawab sama dokter mata dengan download aplikasi Halodoc via fitur Tanya Dokter.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan