Inilah Tindakan Medis yang Diperlukan untuk Mengatasi Plasenta Previa
Halodoc, Jakarta - Ketika tengah mengandung, semestinya rahim ibu akan berkembang dan posisi plasenta berada di sepanjang bagian atas rahim. Namun, ada kalanya justru posisi plasenta berada di bagian bawah (dekat serviks), dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Nah, hal inilah yang dalam dunia medis disebut dengan plasenta previa (plasenta letak rendah).
Plasenta sendiri akan mulai terbentuk dan menempel pada dinding rahim ketika seorang wanita hamil. Peran organ yang satu ini amat vital, organ ini terhubung dengan bayi melalui tali pusar. Fungsinya menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk bayi.
Awasi Gejalanya
Kondisi kehamilan yang satu ini sebenarnya jarang dialami oleh ibu hamil. Meskipun begitu, risikonya tetap harus diwaspadai, sebab dapat membahayakan ibu dan bayi dalam kandungan.
Kata ahli, gejala utama plasenta letak rendah merupakan perdarahan tanpa disertai rasa sakit. Perdarahan ini umumnya terjadi pada tiga bulan terakhir masa kehamilan. Volume darah yang keluar juga bervariasi, bisa ringan hingga parah. Untungnya, perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus.
Namun, tak menutup kemungkinan akan terjadi lagi pada beberapa hari atau minggu kemudian. Dalam beberapa kasus, gejala plasenta previa juga bisa ditandai dengan kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.
Tapi yang perlu diingat, tak semua ibu hamil dengan plasenta letak rendah akan mengalami perdarahan. Kata ahli, bila ibu mengalami perdarahan dalam trimester kedua atau ketiga, sebaiknya segera menghubungi dokter untuk memastikan kondisi kesehatan ibu dan janin.
Pasalnya, plasenta previa ini terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan perdarahan sebelum dan setelah kelahiran, kelahiran prematur, hingga lepasnya plasenta dari rahim.
Faktor Risiko
Menurut data yang diperoleh para ahli,plasenta letak rendah ini menyumbang 5—15 persen angka kematian ibu (AKI). Sayangnya, penyebab plasenta previa ini tak diketahui secara pasti. Namun, setidaknya ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya kondisi ini.
-
Pembuahan in vitro.
-
Rahim yang berbentuk tidak normal.
-
Kehamilan ganda.
-
Pernah mengalami plasenta previa.
-
Pernah mengalami keguguran.
-
Berusia 35 tahun atau lebih.
-
Pernah melahirkan.
-
Luka pada lapisan rahim akibat operasi, operasi caesar, kehamilan sebelumnya, atau aborsi.
-
Pernah menjalani operasi pada rahim.
-
Pernah menjalani operasi caesar.
Cara Penanganannya
Kata ahli, cara penanganan masalah kehamilan ini meliputi istirahat sebanyak mungkin, transfusi darah (bila diperlukan), dan operasi caesar. Namun, langkah-langkah penanganan ini akan ditentukan berdasarkan beberapa faktor. Misalnya, usia kandungan, posisi plasenta dan bayi, terjadi perdarahan atau tidak, perdarahan berhenti atau tidak, tingkat keparahan perdarahan, hingga kondisi kesehatan ibu dan janin.
Kata ahli, ibu yang tidak mengalami perdarahan atau sedikit, biasanya tak membutuhkan perawatan di rumah sakit. Meskipun demikian, ibu tetap harus waspada. Biasanya dokter akan menganjurkan ibu untuk istirahat di rumah, bahkan dianjurkan untuk terus berbaring. Ibu biasanya hanya dibolehkan duduk atau berdiri jika benar-benar diperlukan.
Dalam kondisi ini, hubungan seks dan olahraga juga sebaiknya perlu dihindari, sebab bisa memicu perdarahan. Nah, bila terjadi perdarahan ibu mesti segera ke rumah sakit sebelum perdarahannya semakin parah.
Sedangkan ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan, amat disarankan untuk menjalani sisa masa kehamilannya di rumah sakit (dari minggu ke-34). Tujuannya jelas, agar pertolongan darurat (seperti transfusi darah) segera bisa dilakukan.
Selanjutnya, prosedur caesar kemungkinan besar akan dilakukan ketika usia kehamilan dinilai cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalani prosedur ini, agar perkembangan paru-paru janin dalam kandungan semakin cepat, ibu biasanya akan diberikan kortikosteroid.
Punya keluhan kehamilan seperti plasenta previa? Jangan tunda untuk meminta bantuan dokter. Kamu bisa lho bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan