Inilah 3 Jenis Pengobatan Polihidramnion yang Dikenal "Kembar Air"
Halodoc, Jakarta – Cairan amnion atau yang dikenal juga dengan sebutan air ketuban berperan sangat penting bagi bayi di dalam kandungan. Cairan ini berfungsi sebagai pelindung bagi bayi dan membantu bayi tetap nyaman selama berada di dalam perut ibu. Namun, bila jumlah cairan amnion terlalu banyak juga bisa menimbulkan dampak tidak baik, khususnya bagi ibu hamil. Kondisi penumpukan air ketuban yang sangat berlebihan selama masa kehamilan ini disebut juga dengan polihidramnion. Kondisi ini juga dikenal dengan kehamilan kembar air karena jumlah air ketuban lebih banyak dari normalnya. Yuk, ketahui pengobatan polihidramnion di sini.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, volume air ketuban akan semakin meningkat karena menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin. Air ketuban akan mencapai volume maksimal, yaitu sekitar 1 liter pada minggu ke-34 sampai ke-36 kehamilan. Air ketuban kemudian akan perlahan-lahan berkurang hingga kira-kira setengah liter jelang waktu persalinan.
Namun, pada kasus polihidramnion, volume air ketuban bisa meningkat secara drastis dan cepat hingga mencapai dua liter. Bahkan pada kasus yang parah, volume air ketuban bisa mencapai 3 liter. Sebenarnya janin bisa membantu mengendalikan volume air ketuban dengan cara meminumnya dan mengeluarkannya kembali lewat urine. Namun, bila volume air ketuban meningkat terlalu banyak dan tidak diimbangi dengan kemampuan janin untuk menelannya, maka polihidramnion akan terjadi. Risiko polihidramnion berlangsung pada saat trimester ketiga, walaupun tidak menutup kemungkinan kondisi ini bisa juga terjadi pada trimester pertama atau kedua kehamilan.
Umumnya, kondisi ini tidak menimbulkan dampak yang serius. Polihidramnion hanya akan menyebabkan ibu hamil merasa tidak nyaman. Meski demikian, ibu hamil yang mengalami penumpukan air ketuban ini perlu pemantauan secara rutin oleh dokter kandungan agar terhindar dari kemungkinan komplikasi.
Jenis Pengobatan Polihidramnion
Ibu yang terdiagnosis mengalami polihidramnion perlu memeriksakan kandungannya ke dokter lebih rutin. Dokter akan memantau perkembangan kehamilan ibu lebih saksama dengan cara melakukan nonstress test atau pengukuran detak jantung janin saat janin bergerak, serta melihat profil pernapasan dan gerakan janin dengan alat USG.
Namun, bila polihidramnion terjadi akibat masalah kesehatan yang dimiliki oleh janin atau ibu hamil, maka dokter akan menangani masalah kesehatan tersebut terlebih dahulu sehingga polihidramnion bisa berhenti dengan sendirinya. Contohnya, pemberian obat pada ibu hamil yang terkena diabetes, serta pemberian obat antibiotik untuk ibu yang mengidap toksoplasmosis.
Sebenarnya polihidramnion yang ringan bisa hilang dengan sendirinya tanpa perlu melakukan penanganan medis khusus. Ibu hamil biasanya hanya dianjurkan untuk beristirahat yang banyak dan menjalani pemeriksaan secara lebih rutin. Namun, pada kasus polihidramnion yang parah di mana ibu hamil sampai mengalami sesak napas, sakit perut, ataupun persalinan prematur, maka ibu hamil harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pengobatan. Tindakan pengobatan untuk polihidramnion yang bisa dilakukan, antara lain:
-
Mengurangi air ketuban yang berlebih dengan cara amniocentesis. Namun, tindakan ini berisiko menimbulkan komplikasi, seperti solusio plasenta, pecahnya ketuban lebih awal atau persalinan prematur.
-
Pemberian obat indomethacin. Obat ini bermanfaat untuk mengurangi volume air ketuban dan produksi urine janin. Namun, obat ini tidak bisa diberikan pada ibu hamil yang usia kehamilannya sudah di atas 31 minggu. Kondisi jantung janin juga perlu dipantau bila ibu hamil mengonsumsi obat ini. Efek samping yang bisa ditimbulkan indomethacin, antara lain rasa mual, muntah, dan sakit maag.
-
Ablasi dengan laser. Bila polihidramnion terjadi karena ibu hamil anak kembar dan terdeteksi mengalami sindrom transfusi janin kembar (twin-to-twin transfusion syndrome), maka tindakan pengobatan yang bisa dilakukan adalah ablasi dengan laser. Prosedur ini dilakukan dengan cara menutup sebagian pembuluh darah plasenta yang mengalirkan darah berlebihan ke salah satu janin.
Ibu hamil yang mengalami polihidramnion masih bisa melahirkan secara normal dan sesuai waktunya. Namun, bila ibu hamil mengalami gejala-gejala tertentu atau bila janin menunjukkan tanda-tanda gawat janin, maka persalinan perlu dipercepat.
Nah, itulah beberapa tindakan pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi polihidramnion. Ibu hamil juga bisa membicarakan masalah kesehatan yang dialami dengan menggunakan aplikasi Halodoc, lho. Enggak perlu repot-repot keluar rumah, ibu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan