Ini Penjelasan Kenapa Orang Melakukan Pelecehan Seksual di Kereta Api
Halodoc, Jakarta – Pelecehan di tempat umum lagi-lagi terjadi, kali ini kereta api jurusan Jakarta–Surabaya, Senin (22/4) malam. Awalnya pelaku pelecehan mengajak korban berkenalan, mengobrol baru kemudian lewat tengah malam, pelaku menjalankan aksinya dengan memasukkan tangan korban ke mulutnya, lalu memindahkan tangan korban ke selangkangannya.
Menurut survei yang dilakukan oleh Stop Street Harassment, tempat umum kerap menjadi lokasi di mana pelecehan seksual terjadi. Namun, pelaku pelecehan tidak sembarang mengambil korban. Perempuan kerap menjadi target karena dianggap lemah, tidak berdaya dan lebih peduli terhadap respons sekeliling, sehingga dianggap sebagai target yang pas.
Menurut psikolog Shawn M. Burn Ph.D, seseorang yang melakukan pelecehan seksual menganggap dirinya lebih dominan, memiliki kekuasaan, dan menganggap apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang salah. Ini menunjukkan kalau pelaku pelecehan seksual tidak memiliki konsep gender yang benar.
Baca juga: 6 Trauma Akibat Kekerasan Seksual
Gangguan kejiwaan juga bisa menjadi salah satu penjelasan kenapa orang melakukan pelecehan seksual di tempat umum, termasuk di kereta api. Menurut Journal of Contemporary Family Therapy, orang yang melakukan pelecehan seksual di tempat umum tidak lagi realis dalam memandang sebuah hubungan intim, sehingga ingin melakukannya dengan cara-cara yang tidak normatif. Ini termasuk pemilihan lokasi yang tidak wajar dan cara mendapatkan kepuasan melalui pemaksaan.
Pelaku pelecehan seksual di tempat umum tergolong orang yang percaya diri, bahkan megalomania, sehingga tidak memikirkan apalagi peduli tentang dampak perilaku mereka terhadap korban. Pelaku pelecehan meyakini bahwa situasi terjadi karena salah si korban sendiri yang menempatkan diri dalam situasi yang memberi kesempatan pelaku untuk melakukan pelecehan.
Reaksi korban yang kerap kali hanya terdiam dianggap sebagai pembenaran mengapa pelecehan tersebut terjadi dan diartikan sebagai kondisi “sama-sama mau”. Padahal, tidak ada respons ketika pelecehan seksual terjadi adalah respons itu sendiri.
Tidak Ada Reaksi adalah Reaksi
Dalam penuturan yang disampaikan oleh korban pelecehan seksual di kereta api, ia katakan tidak bisa berbuat apa-apa saat pelaku pelecehan mulai melakukan tindakan tercela tersebut. Secara psikologi dan biologis, rasa syok dapat membekukan gerak tubuh, sehingga tidak bisa melakukan pembelaan. Ini juga dijelaskan oleh Veronique Valliere, seorang psikolog, konselor pelecehan dan kekerasan seksual dari Valliere & Counseling Associates di Pennsylvania.
Penelitian neurobiologis menunjukkan selain melawan dan lari, tidak bergerak adalah respons awal perintah otak untuk melindungi diri. Tubuh menjadi lemas, bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa, kemudian ada juga pertanyaan dan penyangkalan apakah yang dialaminya ini termasuk pelecehan atau tidak.
Baca juga: 5 Hal Ini Masuk Kategori Pelecehan Seksual, Apa Alasannya?
Kemudian, syok bisa saja terjadi karena tidak menyangka pelecehan bisa dilakukan oleh orang yang dianggapnya sebagai sosok yang baik. Apalagi menurut pengakuan korban, perkenalan mereka diawali oleh obrolan kalau ternyata pelaku mengenal ayahnya.
Keduanya menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap sebelum akhirnya pelaku melakukan eksekusi pelecehan. Sesuatu yang baik, kemudian berputar 180 derajat menjadi sebuah kejahatan. Tentunya ini sangat mengejutkan korban, sehingga ketika itu terjadi ia tidak bisa langsung spontan mengambil sikap menolak.
Baca juga: Psikopat adalah Salah Satu Penyakit Mental?
Bersikap hati-hati terutama ke orang yang baru ditemui ataupun dikenal di tempat umum adalah hal yang harus dilakoni, karena kamu tidak pernah tahu dengan siapa berkomunikasi. Pengidap gangguan jiwa, seperti sosiopat dan psikopat, yang melakukan dominasi ke orang yang dianggapnya lemah dan mengambil keuntungan dari itu.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak kenapa orang melakukan pelecehan seksual di tempat umum serta gangguan kejiwaan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan