Ini Dampak Kelebihan Protein Bagi Tubuh
Halodoc, Jakarta – Kamu mungkin sudah akrab dengan program diet protein tinggi yang sampai saat ini masih populer. Misalnya, diet atkins yang pernah dicoba seleb Hollywood seperti Kim Kardashian. Diet tinggi protein katanya ampuh untuk menurunkan berat badan. Namun, bagi kamu yang ingin menjajal diet protein tinggi atau gemar mengonsumsi makanan tinggi protein, kamu harus tau efek sampingannya bagi tubuh. Pasalnya, dampak kelebihan protein bisa menimbulkan pelbagai masalah bagi tubuh.
- Penyakit jantung
Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan susu berlemak tinggi yang merupakan bagian menu dari program diet protein tinggi, bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal ini dikaitkan dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi.
Menurut studi yang dilansir oleh AHA Journal, mengonsumsi daging merah dalam jumlah besar dan produk susu berlemak tinggi terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.
- Kenaikan Berat Badan
Melansir Health Line, menurut sebuah studi, kenaikan berat badan secara signifikan dikaitkan dengan diet, di mana protein menggantikan karbohidrat, tapi tidak menggantikan lemak. Diet tinggi protein mungkin memang menjanjikan penurunan berat badan. Namun, umumnya kondisi itu hanya berjangka pendek. Kelebihan protein biasanya disimpan sebagai lemak. Sementara itu kelebihan asam amino akan keluar dari tubuh lewat proses ekskresi atau pengeluaran ampas hasil metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh.
Nah, hal inilah yang bisa menyebabkan peningkatan berat badan dari waktu ke waktu. Peningkatan berat badan akan semakin menjadi bila kamu mengonsumsi terlalu banyak kalori di saat mengonsumsi protein dalam takaran yang banyak.
- Menyebabkan Bau Mulut
Bau mulut enggak cuma disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu seperti bawang. Mengasup protein dalam jumlah besar juga bisa jadi biang keladinya. Menurut studi, hal ini disebabkan karena tubuh masuk ke dalam tahap ketosis yang menghasilkan zat keton yang mengeluarkan bau tak sedap.
Sayangnya, hanya menyikat gigi enggak akan menghilangkan baunya. Solusinya, cobalah untuk lebih banyak mengonsumsi air putih, sikat gigi lebih sering, atau mengunyah permen karet untuk sementara waktu.
- Sembelit
Selain jarang mengonsumsi sayur, sembelit juga bisa disebabkan ketika tubuh kelebihan protein. Menurut sebuah studi (2003), 40 persen subjek penelitian mengalami konstipasi alias sulit buang air besar karena diet protein tinggi yang membatasi karbohidrat. Agar buang air besar kembali lancar, cobalah tingkatkan asupan air dan serat harian.
- Diare
Dampak kelebihan protein juga bisa menyebabkan diare. Misalnya, mengasup produk susu tinggi protein, tapi enggak diimbangi dengan kebutuhan serat tubuh. Diare ini bisa semakin parah bila tubuh enggak bisa mentoleransi laktosa yang terkandung dalam produk susu tersebut. Untuk menghindari kondisi ini, cobalah lebih banyak mengonsumi air, menghindari minuman berkafein, dan meningkatkan asupan serat.
(Baca juga: Musim Hujan Waspada 4 Penyebab Diare)
- Dehidrasi
Ketika kamu mengasup banyak protein, tentunya nitrogen yang merupakan zat sampingan juga bisa masuk ke dalam tubuh. Jika level nitrogen dalam tubuh cukup tinggi, tubuh akan mengeluarkannya secara otomatis melalui cairan, sehingga tubuh butuh lebih banyak air. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka dapat meningkatkan resiko dehidrasi.
- Kerusakan Ginjal
Menurut ahli, diet tinggi protein dalam jangka waktu yang lama bisa meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi protein juga bisa memengaruhi seseorang yang telah mengidap penyakit ginjal. Pasalnya, ginjal harus bekerja ekstra keras untuk menyingkirkan nitrogen dan produk limbah dari metabolisme protein.
Berdasarkan penelitian, tingkat level protein yang tinggi dalam tubuh juga bisa menyebabkan warna urin lebih pekat dan keabnormalan blood urea nitrogen (BUN). BUN sendiri merupakan jumlah nitrogen urea yang hadir di dalam darah.
- Kehilangan Kalsium
Dampak kelebihan protein juga dikaitkan dengan hilangnya kalsium tubuh. Imbasnya, kondisi ini bisa menyebabkan osteoporosis dan menurunnya kesehatan tulang. Berdasarkan tinjauan studi pada tahun 2013, para ahli menemukan hubungan antara tingginya tingkat konsumsi protein dan kesehatan tulang yang buruk. Namun, menurut ahli lain, butuh penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan temuan tersebut.
Nah, bagi kamu yang ingin menjajal diet protein tinggi, ada baiknya untuk berdiskusi dahlu dengan dokter dan ahli gizi. Kamu bisa lho menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk berdiskusi mengenai diet tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.