Ini Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air Ketuban Bagi Bayi
Haldoc, Jakarta – Dampak kekurangan air ketuban selama kehamilan sering membuat ibu resah. Padahal, cairan ini punya peran yang amat penting bagi janin, salah satunya sebagai pelindung janin bila terjadi benturan. Cairan ini jadi unsur penting untuk menunjang kesehatan janin di dalam kandungan.
Ternyata, ketika kekurangan dan kelebihan air ketuban dapat memberikan dampak yang berbeda-beda ada pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan. Ini ulasannya.
Penyebab Kurangnya Air Ketuban
Kekurangan cairan ketuban biasa dikenal dengan oligohidramnion. Kondisi medis ini bisa disebabkan karena banyak faktor, seperti dehidrasi, hipoksia kronis, preeklamsia, diabetes, kehamilan kembar, hingga tekanan darah tinggi kronis.
Melansir dari American Pregnancy, kekurangan air ketuban dapat disebabkan oleh:
-
Usia kehamilan sudah melewati batas. Akibatnya, menurunkan fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
-
Timbulnya masalah pada plasenta. Jika plasenta tidak memberikan darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi, maka memungkinkan ia untuk berhenti mendaur ulang cairan.
-
Masalah pada perkembangan ginjal atau saluran kemih bayi, sehingga produksi air seninya sedikit.
-
Adanya kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban keluar dari rahim.
Baca Juga: 8 Mitos Kehamilan yang Perlu Diketahui Ibu
Dampak Kekurangan Air Ketuban
Air ketuban yang sedikit dalam waktu lama bisa menyebabkan perkembangan janin jadi abnormal. Studi dalam Australasians Journal of Ultrasound in Medicine mengungkapkan, salah satu dampak kurangnya air ketuban adalah terjadi masalah pada paru-paru yang disebut dengan hipoplasia paru. Tidak hanya itu, dampak kekurangan air ketuban dapat meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan.
Volume cairan ketuban yang rendah bisa membatasi pergerakan janin. Alhasil, janin bisa tertekan karena ruang yang sempit. Nah, hal ini yang menyebabkan kelainan pada janin.
Sedangkan kekurangan cairan ketuban terjadi dekat dengan waktu kelahiran, mungkin janin akan mengalami kelahiran prematur. Apalagi bila ibu mengidap preeklampsia dan berat atau janin enggak berkembang di dalam rahim.
Penyebab Berlebihnya Air Ketuban
Sama halnya dengan oligohidramnion, polihidramnion (cairan ketuban lebih banyak) juga bisa disebabkan pelbagai faktor. Biasanya, kelebihan air ketuban ini ditandai dengan rahim mengembang lebih cepat, sehingga terlihat lebih besar. Kondisi ini dapat membuat ibu mengalami ketidaknyamanan pada perut, sesak napas, nyeri punggung, hingga bengkak pada kaki dan pergelangan tangan.
Baca juga: Air Ketuban Berlebihan, Ini Penyebab Polihidramnion
Umumnya, kelebihan air ketuban ini terjadi bila ibu mengalami kehamilan kembar, kelainan genetik janin, dan diabetes gestasional. Selain itu, kelainan janin yang menyebabkan janin sulit menelan cairan tapi ginjalnya terus menghasilkan cairan juga bisa jadi penyebabnya.
Untuk itu, ibu harus rutin memeriksakan kehamilan ke dokter, agar semua masalah kehamilan bisa dideteksi dini. Sekarang tidak sulit kalau mau berobat ke rumah sakit, ibu hanya perlu mengakses aplikasi Halodoc. Membeli obat, vitamin, atau bertanya pada dokter ahli seputar masalah kesehatan pun juga bisa, lho!
Baca juga: Benarkah Polihidramnion Berpotensi Persalinan Prematur?
Dampak Kelebihan Air Ketuban
Air ketuban yang terlampau banyak bukan pertanda baik. Volume air ketuban yang amat banyak bisa mengakibatkan regangan berlebihan pada rahim. Hal ini yang terkadang bisa menyebabkan kehamilan prematur. Tidak hanya itu, terlalu banyak air ketuban dapat menyebabkan komplikasi persalinan, seperti perdarahan pasca persalinan.
Jika ibu mengalami kondisi ini, biasanya dokter mengawasi lebih ketat mengingat risiko ketuban pecah dini lebih tinggi. Selain itu, saat proses persalinan pun dokter akan ekstra hati-hati. Pasalnya, air ketuban yang terlampau banyak mem terjadi prolaps tali pusar, yaitu tali pusar keluar melalui pembukaan leher rahim. Jika kondisi ini terjadi, mau enggak mau ibu mesti melahirkan dengan operasi caesar.
Referensi:
American Pregnancy. Diakses pada 2020. Low Amniotic Fluid Levels: Oligohydramnion.
Dubil, Elizabeth A, et. al. 2015. Diakses pada 2020. Amniotic Fluid as a Vital Sign for Fetal Wellbeing. Australasians Journal of Ultrasound Medicine 16(2): 62-70.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Polyhydramnions.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan