Ini 4 Akibat Pola Asuh Otoriter pada Anak
Halodoc, Jakarta - Dalam memilih pola asuh yang akan diterapkan pada Si Kecil, kamu dan pasangan mesti punya banyak pertimbangan. Sebab pola asuh ini pastinya akan berdampak besar pada kehidupannya. Nah, dari berbagai jenis pola asuh, tak jarang orangtua memilih pola asuh otoriter untuk membesarkan anaknya. Padahal, pola asuh ini menyimpan berbagai dampak negatif bagi perkembangan anak ke depannya. Lalu, apa sih dampak pola asuh otoriter pada anak?
Baca juga: Pola Asuh Beda dengan Pasangan, Harus Bagaimana?
1. Bikin Agresif
Kata ahli, tipe orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter, biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterima ketika kecil. Pendek kata, pola asuh jenis ini tak memberikan ruang ‘demokrasi’ pada anak, sebab peraturan dibuat untuk mengontrol anak. Orangtua dengan pola asuh ini juga terbilang keras dengan alasan mendidik. Namun, sayangnya beberapa orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter terkadang menyertakan hukuman fisik sebagai ganjaran bila anak melakukan kesalahan.
Menurut ahli, efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu. Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk agresivitas pada orang lain.
2. Mengganggu Kesehatan Mental
Pola asuh jenis ini tak hanya menyoal keagresifan saja. Ternyata, pola asuh otoriter juga bisa mengganggu kesehatan mental anak, lo. Enggak percaya? Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan, efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.
Baca juga: Begini Cara Asuh Anak yang Tepat untuk Keluarga Baru
3. Kurang Memiliki Motivasi
Pola asuh yang ‘mengekang’ kebebasan anak, ujung-ujung bisa membuat anak kurang memiliki motivasi internal untuk menentukan perilaku yang tepat. Ke depannya, anak akan merasa takut dan pencemas serta kurang terpenuhi rasa aman dan kasih sayang yang mendasar.
Enggak cuma itu, menurut ahli seperti dikutip dari Bully Online, anak yang mengalami kekekrasan fisik di rumah, bisa melampiaskan kemarahannya di luar rumah. Nah, hal inilah yang nantinya bisa memicu perilaku agresif terhadap teman-teman di sekitarnya.
4. Takut Berpendapat
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung takut mengemukakan pendapat. Pasalnya, orangtua mereka selalu menutup rapat-rapat ruang untuk berdiskusi. Itulah sebabnya anak akan merasa ragu atau takut salah ketika mengutarakan pendapatnya pada orang lain.
Enggak cuma itu saja lo, pola asuh ini juga bisa membuat anak jadi tak berani mengambil keputusan sendiri. Kok bisa? Jelaslah, sebab segala keputusan, apalagi menyangkut hal penting, tentunya akan diputuskan oleh orangtua mereka. Makanya, tak heran anak dengan pola asuh otoriter kurang cakap ketika disuruh mengambil keputusan sendiri. Selain itu, anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini juga tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
Baca juga: 5 Cara Menghadapi Anak Nakal
Lalu, apa sebaiknya pola asuh jenis ini tak diterapkan? Kata ahli, kamu bisa kok mengombinasikan pola asuh ini dengan pola asuh lainnya. Misalnya, menerapkan pola asuh autoritatif (demokrasi) dalam keseharian anak. Namun, bila anak mulai ‘bermasalah’, contohnya dengan jam malam, kamu sah-sah saja kok menerapkan pola asuh otoriter untuk mengontrol dirinya.
Si Kecil punya keluhan kesehatan? Ibu enggak perlu panik, ibu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!