Ini 3 Stadium Filariasis yang Harus Diketahui
Halodoc, Jakarta - Beberapa tahun silam, kabar mengenai mewabahnya penyakit filariasis santer terdengar di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing yang masuk dalam famili Filariidae. Cacing ini dapat dibawa melalui nyamuk dan masuk ke tubuh manusia melalui beberapa kali gigitan nyamuk. Cacing ini akan tinggal di peredaran darah, limfa, otot, jaringan ikat, atau bahkan rongga serosa yang ada di tulang belakang.
Penduduk yang tinggal di wilayah endemis rentan terkena serangan penyakit ini. Namun, faktanya akan diperlukan waktu yang cukup lama dan banyak gigitan nyamuk untuk menyebabkan munculnya penyakit ini. Jadi sebetulnya, akan kecil kemungkinan bagi turis yang bepergian ke daerah endemis untuk terinfeksi penyakit ini.
Namun, karena perkembangannya yang cukup lama ini, maka kamu perlu mewaspadai setiap gejala yang muncul. Secara umum, manifestasi klinis dari penyakit ini dibagi menjadi 3 stadium yakni stadium tanpa gejala, stadium peradangan (akut), dan stadium penyumbatan (menahun). Berikut penjelasan tentang stadium filariasis yang perlu diketahui:
Stadium 1 (Tanpa Gejala)
Meski disebut tanpa gejala, sebenarnya pada tahap ini sudah terdeteksi gejala yang wajib diwaspadai. Gejala utamanya adalah munculnya pembesaran kelenjar getah bening tanpa nyeri, terutama di lipat paha. Pada stadium ini, pemeriksaan darah biasanya akan menunjukkan keberadaan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai peningkatan sel darah putih.
Stadium 2 (Peradangan Akut)
Pada stadium peradangan akut ini, kelenjar getah bening mulai semakin membesar dan menimbulkan rasa nyeri. Pasien akan mengalami beberapa gejala yang menyertainya seperti demam, menggigil, sakit kepala, muntah, dan tubuh yang sering terasa lemah. Pada stadium ini, infeksi cacing mulai mengganggu fungsi dan kelenjar getah bening di kaki, ketiak, telinga, dada, dan alat kelamin. Khususnya pasien laki-laki, mereka biasanya mengalami pembengkakan kantung buah zakar serta kencing yang berwarna putih susu. Terdapat pula ditemukan bercak darah atau busa pada air seni. Gejala lainnya berupa sesak nafas karena tersumbatnya paru-paru akibat respon imunologik berlebih.
Stadium 3 (Pembengkakan)
Pada tahap ini, pembengkakan terjadi secara menahun, gejala yang muncul meliputi hidrokel, limfedema, dan elephantiasis (kaki gajah). Bengkak dapat menetap dan semakin bertambah besar. Pengidap juga mengalami kaki seperti pecah dan berlumut. Pembengkakan yang semakin besar ini membuat pengidapnya tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan normal.
Pengobatan dan Pencegahan Filariasis
Prinsip utama dari penanganan filariasis adalah mencegah terjadinya komplikasi dan penularan dari satu individu ke individu lain. Sementara itu, pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat antibiotik untuk menangani infeksi sekunder dan abses pada tahap awal. Sementara itu terapi Dietilcarbamazine dilakukan untuk membunuh mikrofilaria dalam darah. Tetapi, matinya cacing bukan berarti bengkak akan mengempis, sebab tubuh cacing yang sudah mati terkumpul pada kelenjar limfa. Pembedahan dapat dilakukan untuk membebaskan kelenjar getah bening yang tersumbat. Pencegahan dilakukan dengan berfokus untuk menghindari gigitan nyamuk, seperti dengan penggunaan kelambu saat tidur, penggunaan losion anti nyamuk, menggunakan pakaian berlengan panjang, dan celana panjang saat hendak mengunjungi area wabah filariasis menyerang.
Itulah informasi mengenai filariasis dan stadium yang wajib kamu ketahui. Kalau kamu mengalami tanda dan gejala filariasis di atas, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan