Ini 3 Fakta Seputar Nekrolisis Epidermal Toksik

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   27 Mei 2019
Ini 3 Fakta Seputar Nekrolisis Epidermal ToksikIni 3 Fakta Seputar Nekrolisis Epidermal Toksik

Halodoc, Jakarta - Kelainan kulit yang satu ini cukup berat apabila kamu mengalaminya. Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) diawali dengan tanda kerusakan jaringan yang cukup luas, serta bisa berujung pada infeksi berat dan kematian. Bukan hanya di kulit, NET juga dapat menyerang organ dalam dan menyebabkan gangguan pernapasan, perdarahan saluran pencernaan, gangguan pada saluran kencing, dan sebagainya.

Perlu diwaspadai bahwa wanita lebih berpotensi mengalami kelainan kulit ini. NET dapat dialami di berbagai usia. Namun, kasus yang sering terjadi adalah pada kelompok usia 40-60 tahun. Gangguan kesehatan ini merupakan bentuk gangguan sejenis dengan Sindrom Steven-Johnson (SSJ).

Baca juga: Perlu Diwaspadai, Ini Penyebab Nekrolisis Epidermal Toksik

Untuk mengenal lebih lanjut mengenai Nekrolisis Epidermal Toksik, berikut fakta yang perlu diketahui:

1. Akibat Hipersensitivitas Obat

Kelainan kulit ini kuat diduga karena terjadinya reaksi sensitivitas berlebihan (hipersensitivitas) dari sistem imun terhadap racun yang terakumulasi pada kulit. Kondisi tersebut terjadi karena penggunaan atau konsumsi obat. Namun, belum diketahui secara pasti bagaimana mekanisme obat tersebut bisa mengakibatkan nekrolisis epidermal toksik  (NET).

Reaksi hipersensitivitas obat hingga menimbulkan nekrolisis epiderma toksik umumnya berlangsung setelah beberapa hari hingga dua bulan pemakaian obat baru. Obat yang berperan memunculkan penyakit ini terjadi pada obat dengan waktu paruh yang panjang, yakni obat-obatan yang bertahan lama di dalam darah.

Kondisi ini terlihat pada obat sistemik yang digunakan dengan cara diminum atau melalui suntikan, meski sudah diketahui juga adanya kemunculan NET setelah pemakaian obat luar. Obat yang diduga menjadi penyebabnya adalah sulfonamida, antibiotik beta laktam (misalnya sefalosporin), antikonvulsan, paracetamol, allopurinol, nevirapine, serta obat antiinflamasi non-steroid terutama meloxicam atau piroxicam.

Baca juga: Nekrolisis Termasuk Penyakit Serius, Kenali 5 Gejalanya

2. Muncul Ruam Merah pada Kulit

Awalnya nekrolisis epidermal toksis ditandai dengan gejala menyerupai infeksi saluran pernapasan bagian atas atau flu. Seperti demam melebihi 39 derajat celsius, nyeri tenggorokan, pilek, batuk, nyeri otot, mata merah, serta tubuh terasa lelah. Gejala awal atau prodromal ini berlangsung selama beberapa hari.

Pengidap juga kemudian akan mengalami ruam kulit berwarna merah yang menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada wajah dan tungkai. Penyebaran semakin luas selama maksimal 4 hari. Luka pada kulit tersebut berupa kulit merah yang datar dan meluas, luka berbentuk seperti papan target panah, atau luka lepuh. Luka lepuh kemudian menjadi lapisan kulit yang terkelupas, sehingga menyisakan lapisan tengah kulit atau dermis yang berwarna merah gelap dan terlihat seperti luka bakar.

Selain muncul gejala pada kulit, ada juga gejala yang muncul pada bagian tubuh lain seperti pada:

  • Mata, sehingga mata menjadi merah atau sensitif terhadap cahaya.
  • Mulut atau bibir. Bibir terlihat merah, berkerak, atau sariawan.
  • Tenggorokan dan kerongkongan yang dapat menimbulkan kesulitan menelan.
  • Saluran kencing dan kelamin, yang bisa menyebabkan gejala retensi urine dan luka.
  • Saluran pernapasan, yang bisa menyebabkan batuk dan sesak napas.
  • Saluran pencernaan, yang mampu menimbulkan gejala diare.

Baca juga: Fatal, Ini 6 Komplikasi Akibat Nekrolisis Epidermal Toksik

3. Tidak selalu Dapat Dicegah

Sayangnya tidak semua kondisi nekrolisis epidermal toksik (NET) bisa dicegah. Meskipun begitu, apabila seseorang sudah mengetahui dirinya memiliki riwayat alergi terhadap suatu zat atau obat tertentu, usahakan untuk menghindari paparan zat tersebut. Ini akan sangat membantu menurunkan risiko mengalami NET.

Itulah fakta mengenai nekrolisis epiderma toksik yang perlu kamu ketahui. Jika kamu mengalami kecurigaan terhadap suatu gejala, jangan ragu untuk segera mengkomunikasikannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk menerima saran penanganan yang tepat. Komunikasi dengan dokter dapat dengan mudah dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Ayo, download sekarang aplikasinya di App Store dan Google Play!