Ingin Langsing, Ini Fakta Diet Detoksifikasi
Halodoc, Jakarta – Diet detoksifikasi sempat menjadi tren dan mendapat cukup banyak peminat. Diet ini menarik untuk dilakukan karena selain dapat merampingkan tubuh, juga bermanfaat untuk membersihkan tubuh dari racun atau zat-zat berbahaya. Jika kamu tertarik, ketahui dulu yuk, fakta tentang diet detoks berikut ini.
Sekilas Tentang Diet Detoks
Tanpa sadar, melalui kebiasaan dan gaya hidup kita sehari-hari, seperti makanan yang kita makan, polusi udara yang kita hirup, dan dari air yang kita minum, kita sedang menumpuk racun di dalam tubuh. Walaupun liver dan ginjal dalam tubuh dapat membuang racun secara alami yang dikeluarkan melalui keringat, air kencing dan tinja, tetapi tetap saja ada racun yang tidak ikut terbuang.
Racun yang tertinggal itu lama-kelamaan akan menumpuk dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, seperti jerawat, sakit kepala, mudah lelah, dan sebagainya. Diet detoks dipercaya dapat meluruhkan racun sampai tubuh benar-benar bersih, sehingga tubuh akan terhindar dari stres, ketidakseimbangan hormon, dan kondisi inflamasi.
Diet detoksifikasi dilakukan dengan cara berpuasa, menghindari makanan olahan, makanan berlemak dan berkarbohidrat. Sebagai gantinya, pelaku diet hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman tertentu yang memiliki kandungan serat yang tinggi, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, jus, atau air. Dengan demikian, usus akan kosong, racun-racun yang mengendap dapat dikeluarkan, dan berat badan kamu akan turun.
Baca juga: Makanan untuk Detoksifikasi Tubuh
Fakta Diet Detoksifikasi
Sampai saat ini, belum ada informasi ilmiah yang membuktikan bahwa diet detoksifikasi bermanfaat. Faktanya, untuk membersihkan tubuh dari racun, tidak perlu dengan melakukan diet detoksifikasi. Tubuh kita dapat dengan sendirinya membersihkan racun secara alami dan tidak akan ada racun yang mengendap di bagian tubuh manapun, karena pembersihan tubuh dilakukan sepanjang waktu. Melalui keringat, air kencing, dan feses yang kita keluarkan, racun-racun pun akan ikut terbuang. Suplemen tertentu yang dikatakan dapat mendetoksifikasi hati juga tidak terbukti benar.
Walaupun demikian, kamu tetap disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi, memperbanyak minum air putih, agar tubuh dapat membersihkan racun secara alami. Selain itu, batasi juga mengonsumsi makanan manis, makanan yang dikemas dalam kaleng, makanan olahan, dan makanan yang sangat berlemak, agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari racun.
Efek Diet Detoksifikasi pada Berat Badan
Masih sedikit penelitian ilmiah yang menyelidiki tentang efektivitas diet detoks terhadap penurunan berat badan. Sementara itu, beberapa orang mungkin mengalami penurunan berat badan secara cepat setelah menjalani diet tersebut. Hal ini tampaknya disebabkan oleh kehilangan cairan dan persediaan karbohidrat dalam tubuh dibandingkan lemak. Karena itu, penurunan berat badan tersebut biasanya tidak berlangsung lama. Berat badan orang yang menjalani diet detoks biasanya akan kembali seperti semula begitu ia berhenti menjalani diet tersebut.
Sebuah studi lain meneliti efektivitas diet detoks lemon pada wanita Korea yang kelebihan berat badan. Diet detoks tersebut membatasi asupan sirup kelapa atau maple dan jus lemon selama tujuh hari. Hasilnya, diet ini berhasil secara signifikan mengurangi berat badan, BMI, presentase lemak tubuh, rasio pinggang sampai pinggul, lingkar pinggang, penanda peradangan, resistensi insulin, dan tingkat leptin yang bersirkulasi dalam darah.
Bila diet detoks melibatkan pengurangan kalori yang sangat ekstrem, hal itu pastinya akan menyebabkan penurunan berat badan dan peningkatan metabolisme, tetapi biasanya sifatnya hanya sementara.
Baca juga: Puasa Bantu Proses Detoksifikasi Tubuh, Benarkah?
Efek Samping Diet Detoksifikasi
Jika dilakukan, diet detoksifikasi dapat menimbulkan efek samping, yaitu lemas, mual, pusing, diare, bahkan kehilangan cairan dan dehidrasi. Proses detoksifikasi tubuh dengan cara mengonsumsi hanya makanan dan minuman yang berserat tinggi saja justru akan membuat kamu sembelit. Asupan protein juga tidak ada dalam diet ini, sehingga kamu akan merasa lelah dan memiliki mood yang berubah-ubah.
Diet detoksifikasi tidak dianjurkan bagi kamu yang memiliki kondisi kesehatan berikut:
-
Mengidap Diabetes. Diet detoksifikasi sangat membatasi makanan yang boleh kamu konsumsi. Hal ini dapat membuat kadar gula darah dalam tubuh menjadi sangat rendah, sehingga berbahaya bagi pengidap diabetes.
-
Anemia. Bagi kamu yang memiliki anemia, kamu sangat memerlukan asupan zat besi dan vitamin. Jadi, sebaiknya kamu tidak melakukan diet detoksifikasi yang membatasi kamu mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan vitamin.
-
Ibu Hamil dan Menyusui. Selama masa kehamilan dan menyusui, ibu perlu mengonsumsi banyak makanan yang bergizi, sehingga tidak dianjurkan melakukan diet detoksifikasi.
-
Mengidap Penyakit Serius. Diet detoksifikasi dapat membuat pengidap penyakit serius kekurangan gizi, sehingga memperparah penyakitnya.
Baca juga: Mengecilkan Perut Buncit, Ini Manfaat Infused Water Lemon
Kamu bisa bertanya seputar diet dan nutrisi kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja. Jika kamu membutuhkan vitamin atau produk kesehatan tertentu, kamu tidak perlu repot-repot lagi keluar rumah. Tinggal order melalui Halodoc dan pesananmu akan diantar dalam satu jam. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.