Ibu Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk Janin

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 Januari 2022
Ibu Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk JaninIbu Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk Janin

"Dampak ibu hamil mengangis ternyata juga dirasakan oleh janin. Malahan, ada beberapa kondisi yang disebut bisa terjadi pada janin, jika ibu sering menangis atau mengalami ledakan emosi selama kehamilan. Hal ini bahkan bisa memengaruhi perkembangan janin hingga meningkatkan risiko kelahiran prematur."

Halodoc, Jakarta – Selama menjalani masa kehamilan, ibu disarankan untuk melakukan hal-hal yang bisa membuat perasaan bahagia, karena suasana hati ibu turut memengaruhi kondisi janin di dalam kandungan. Namun, ada kalanya ibu hamil juga bisa merasa tertekan karena lelah dengan proses kehamilan atau karena diliputi rasa khawatir akan berbagai hal. Belum lagi perubahan hormon yang terjadi saat hamil juga membuat perasaan ibu semakin sensitif. Akibatnya, ibu hamil bisa merasa sedih dan menangis. Jangan menangis, bu, karena ini berdampak pada janin.


Sebenarnya tidak semua ibu jadi bertambah sensitif saat hamil. Biasanya seiring bertambahnya kematangan mental, atau bagi para ibu yang sudah pernah menjalani kehamilan sebelumnya, mereka dapat mengontrol emosi dengan lebih baik.

Namun, lain halnya bila kehamilan ini merupakan yang pertama kalinya bagi ibu. Berbagai macam masalah yang timbul saat hamil, rasa khawatir terhadap kondisi kesehatan janin, atau bahkan kurangnya persiapan mental, bisa membuat sSi cCalon iIbu ini menjadi stres, sehingga akhirnya sering menangis. Sebenarnya apa yang terjadi pada janin ketika ibu menangis?

Ini yang Terjadi pada Janin Ketika Ibu Hamil Menangis

Sebuah penelitian dari Association for Psychological Science menemukan bahwa janin yang berumur enam bulan bisa merasakan emosi yang sedang ibu rasakan. Ketika seorang ibu menangis karena atau stres, bayi juga ikut mengalami kecemasan yang luar biasa. Ia bisa mengusap wajahnya seperti orang dewasa yang sedang mengalami stres. Hal ini terjadi karena pada saat ibu merasa tertekan, tubuh akan menghasilkan hormon stres yang akan disalurkan ke janin melalui plasenta.

Semakin sering ibu merasa khawatir atau cemas, semakin banyak pula hormon stres yang dihasilkan dan disalurkan ke janin. Bila janin terus menerus mendapatkan hormon stres, lama kelamaan ia akan mengalami stres kronis. Padahal selama di dalam kandungan, janin sedang mengalami berbagai proses perkembangan termasuk salah satunya perkembangan sistem sarafnya. Bila proses perkembangan ini terganggu, janin tidak bisa tumbuh dengan optimal bahkan berisiko mengalami berbagai macam masalah kesehatan berikut:

1. Memengaruhi Perkembangan Psikis Janin

Ibu yang sering menangis karena stres akan berdampak pada kondisi psikologis anak nantinya ketika mereka sudah beranjak besar. Hal ini karena perasaan sedih ibu juga akan membuat Si Kecil menjadi tidak nyaman. Bila sejak masih di kandungan bayi sudah merasakan stres dari ibu, maka bukan tidak mungkin Si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang cengeng atau penakut.

2. Menghambat Perkembangan Fisik Janin

Tidak hanya perkembangan psikis janin saja yang akan terganggu bila ibu sering menangis, perkembangan fisiknya pun juga ikut terpengaruh. Ibu yang menangis karena merasa depresi akan menyebabkan berat badan bayi menjadi rendah saat dilahirkan. Hal ini terjadi karena menangis membuat aliran darah yang disalurkan ke bayi menjadi tidak lancar, sehingga pertumbuhan janin pun jadi terhambat.

3. Berkurangnya Suplai Oksigen ke Janin

Saat ibu menangis karena stres, ikatan pembuluh darah akan semakin menguat karena produksi hormon norepinephrine yang meningkat. Hal ini menyebabkan sirkulasi oksigen ke janin menjadi berkurang, sehingga menghambat perkembangannya.

4. Meningkatkan Risiko Lahir Prematur

Berada dalam kondisi stres hingga menangis terus menerus saat hamil juga bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Hal ini karena saat stres, plasenta akan menghasilkan banyak hormon pelepas kortikotropin (CRH), yang merupakan hormon pengatur jangka waktu kehamilan. Bila hormon ini terus menerus diproduksi oleh plasenta, maka ibu berisiko melahirkan jauh lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Mengingat banyaknya dampak buruk yang bisa terjadi pada janin bila ibu menangis karena cemas dan stres, jadi ibu disarankan untuk meluapkan emosi dengan cara yang lebih positif selain menangis, misalnya dengan berolahraga, melakukan hobi atau curhat kepada orang-orang terdekat. Ibu juga bisa membicarakan tentang masalah psikis yang dialami pada dokter atau psikolog lewat aplikasi Halodoc. Tanpa perlu keluar rumah, ibu bisa ngobrol dengan dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.


Referensi: 
American Psychological Association. Diakses pada 2021.The Consequences of Stress During Pregnancy.
Parents. Diakses pada 2021. Could Too Much Stress During Pregnancy Harm the Baby?
WebMD. Diakses pada 2021. Fetus to Mom: You're Stressing Me Out!