Ibu Hamil di Usia Tua, Bayinya Lebih Mudah Terserang Sindrom Klinefelter?
Halodoc, Jakarta - Apabila kamu berencana hamil di usia tua, lebih baik pertimbangkan kembali risiko yang akan dihadapi. Ibu hamil yang berusia lebih tua biasanya memiliki kemungkinan mengalami kelainan kromosom lebih besar daripada ibu hamil yang masih muda. Hal ini karena terdapat perbedaan pada usia telur yang dimiliki oleh wanita lebih tua dan wanita muda.
Wanita dilahirkan dengan sejumlah telur yang disimpan dalam ovariumnya, berbeda dengan laki-laki yang terus membuat sperma baru. Telur-telur ini jumlahnya tidak akan bertambah, justru berkurang karena setiap bulannya telur tersebut akan dilepaskan oleh ovarium. Apabila telur dibuahi oleh sperma, kehamilan pun akan terjadi. Sedangkan jika tidak dibuahi, akan terjadi menstruasi.
Telur-telur tersebut akan matang dan dilepaskan mulai dari usia pubertas. Seiring bertambahnya usia, tentu jumlah telur pun akan berkurang dan usia telur wanita pun mengikuti usia pemiliknya. Apabila seorang wanita berusia 25 tahun, telur tersebut juga berusia 25 tahun. Sedangkan, jika seorang wanita berusia 40 tahun, telurnya pun berusia 40 tahun.
Banyak ahli yang meyakini bahwa kelainan kromosom dapat terjadi karena penuaan pada telur dan mungkin juga karena telur mempunyai jumlah kromosom yang salah saat pembuahan. Telur yang berusia lebih tua lebih rentan mengalami kesalahan saat proses pembelahan meiosis atau mitosis. Sehingga, wanita yang hamil di usia (lebih dari 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami kelainan kromosom.
Berpotensi Terserang Klinefelter
Sindrom klinefelter merupakan kelainan bawaan pada pria yang dapat memengaruhi perkembangan fisik, serta intelektual dalam bersikap dan berperilaku.
Pada umumnya, wanita memiliki dua kromosom X (XX). Sementara pria memiliki kromosom X dan Y (XY). Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, seorang pria dapat dilahirkan dengan jumlah kromosom X yang berlebihan. Nah, kelebihan kromosom X pada pria inilah yang menjadi penyebab sindrom klinefelter. Pria dengan kondisi ini mungkin tidak mengalami masa pubertas sebagaimana mestinya. Sebaliknya, pria mengidap sindrom ini justru memiliki karakteristik Wanita.
Saat dilahirkan, bayi dengan sindrom klinefelter mungkin akan memiliki gejala-gejala, seperti pasif dan pendiam, kekuatan ototnya rendah, serta lambat untuk dapat duduk, merangkak, berjalan, atau bicara dibandingkan bayi normal lainnya. Selain itu, testis bayi dengan sindrom ini juga terlihat tidak turun ke kantung zakar dan menetap di rongga perut (kriptorkismus/undescended testicles).
Pada masa remaja, terutama ketika memasuki masa puber, testis pengidap sindrom klinefelter tidak tumbuh dan membesar secara normal. Akibat ukuran testis yang kecil ini, produksi hormon testosteron menjadi kurang dan perkembangan seksual di masa pubertas menjadi terhambat. Kondisi ini juga dapat menyebabkan massa otot tubuh menjadi rendah, sehingga tubuh menjadi lembek.
Di samping itu, kurangnya produksi testosteron dapat membuat remaja pengidap sindrom klinefelter memiliki penis berukuran kecil, tidak banyak memiliki bulu-bulu di wajah atau tubuh, dan kekurangan kalsium di tulangnya. Bahkan, dua pertiga dari mereka seperti mengalami pembesaran payudara dan pinggul layaknya perempuan.
Meskipun kekurangan kalsium, perkembangan tinggi badan anak-anak dan remaja pengidap sindrom klinefelter biasanya pesat dan di atas tingkat pertumbuhan rata-rata.
Apabila kamu terlanjur mengalami hamil muda di usia tua, sebaiknya rutin mendiskusikan kehamilan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.
Baca juga:
- 5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Ibu Saat Hamil Tua
- Risiko Hamil Di Usia Tua (Lebih Dari 40 Tahun)
- 5 Risiko Hamil Tua yang Perlu Diketahui
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan